sehingga jenis-jenis yang ada merupakan jenis-jenis yang telah beradaptasi dan merupakan jenis puncak dalam proses suksesi.
Terjadinya perbedaan komposisi jenis antara hutan primer dengan LOA TPTII disebabkan karena terjadinya pemungutan hasil hutan melalui kegiatan
pemanenan. Kegiatan pemanenan dapat menyebabkan kerusakan pada tegakan tinggal, sehingga hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi
jenis pada LOA TPTII tersebut. Perubahan komposisi jenis yang sedang terjadi di LOA TPTII 2 dua tahun dapat disebabkan karena proses suksesi yang sedang
berlangsung. Kecenderungan jumlah jenis yang menurun pada LOA TPTII 2 dua tahun dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang cocok untuk
mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu.
5.1.2. Kerapatan dan Frekuensi Kelompok Jenis
Kerapatan merupakan banyaknya individu tumbuhan yang dinyatakan per satuan luas. Nilai kerapatan dapat menggambarkan bahwa suatu jenis dengan nilai
kerapatan yang tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Sedangkan frekuensi dapat dipakai sebagai parameter yang dapat menunjukkan distribusi atau
sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nilai frekuensi yang diperoleh dapat menggambarkan kapasitas
reproduksi dan kemampuan adaptasi serta menunjukkan jumlah unit contoh yang mengandung jenis tertentu Fachrul 2008.
Pada tabel 9 berikut dapat dilihat komposisi permudaan jenis dilihat dari nilai kerapatan NHa dan frekuensi yang terdapat pada plot pengamatan di
masing-masing kelerengan. Dari tabel tersebut terlihat adanya penurunan nilai kerapatan dan frekuensi apabila dibandingkan antara hutan primer dengan LOA
TPTII 2 dua tahun. Tabel 9 Komposisi permudaan jenis komersial ditebang pada plot pengamatan
dilihat dari kerapatan NHa serta frekuensi
Kondisi Hutan
Kelerengan Semai Pancang
Tiang Pohon
K F K F K F K F 1
2 3 4 5 6 7 8 9
10
Primer Datar 0-15
10.467 0,79
1.712 0,73
192 0,77
120 0,69
Sedang 15-25 22.200
0,80 2.043
0,83 313
0,80 132
0,74 Curam
25 12.967 0,78 2.693 0,83 249 0,79 114 0,65
Rata-rata 15.211 0,79 2.708 0,80 243 0,79 174 0,69
T
L T
K
k t
r P
m m
n d
t m
m h
2
G Tabel 9 lan
1
LOA TPTII 2 Tahun
Keterangan: L
Dari ta komersial ji
tahun, baik rata-ratanya
Pada tingka Sedangkan
masing-mas Permu
memiliki ke nilai kerapat
dapat diseba tebangan ter
mengakibatk memiliki nil
histogram ya 2 dua tahu
Gambar 2 K p
500 1000
1500 2000
2500
K e
rapat an
NH a
njutan
2
Datar 0-15 Sedang 15-2
Curam 25
Rata-rata
LOA Logged Indonesia Inte
abel 9 dapat ika dibandin
dari nilai ke , pada tingk
at pancang pada tingk
ing adalah 7 udaan jenis
erapatan yan tan yang sig
abkan karena rsebut. Suks
kan kerapata lai yang me
ang memban un.
Kerapatan j pengamatan.
00 00
00 00
00
0-15
Ker
3
6.7 25
13.3 5
8.3
9.4
Over Areah ensif; K Kerap
t dilihat bah ngkan antar
erapatan mau at semai terj
penurunan at tiang da
72 indha dan komersial d
ng lebih keci gnifikan ditem
a proses suk esi sekunder
an yang terd endekati kon
ndingkan ke
jenis komer
15-25 2
Primer
K
rapatan Je
4
700 0,94 367 0,81 1
333 0,87 1 467 0,87 1
hutan bekas t patan; F Fre
hwa terjadi p ra hutan prim
upun nilai f jadi penurun
kerapatan y an pohon p
n 127 indha di LOA TPT
il dibandingk mukan hamp
ksesi yang m r yang belum
dapat di LO ndisi hutan p
rapatan pada
rsial diteba
25 0-15
LO
Kondisi Hutan
enis Kome
5 6 789 0,69
1.072 0,67 1.328 0,79
1.063 0,71
tebangan; TP ekuensi.
penurunan ju mer dengan
frekuensinya nan kerapata
yang terjadi enurunan k
a. TII 2 dua
kan pada hu pir pada seti
masih berlang m stabil atau
OA TPTII 2 primer. Gam
a hutan prim
ang yang d
15-25 OA TPTII 2 Tah
ersial Dite
7 8 189 0,80
191 0,84 132 0,84
171 0,82
PTII Tebang P
umlah permu n LOA TPT
a. Jika diliha an sekitar 9.1
sekitar 1.6 kerapatan ya
tahun pada utan primer.
iap kelereng gsung pada a
u mencapai k dua tahun
mbar berikut mer dengan L
ditemukan
25 hun
ebang
9 10 68 0,84
68 0,81 72 0,79
69 0,81
Pilih Tanam
udaan jenis TII 2 dua
at dari nilai 133 indha.
645 indha. ang terjadi
umumnya Penurunan
gan. Hal ini areal bekas
klimaksnya n ini belum
t ini adalah LOA TPTII
pada plot
Semai Pancang
Tiang Pohon
g
T t
p 2
t d
t p
p p
n p
l k
d
G
p Berbed
TPTII 2 du tingkat perm
permudaan b 2 dua tahu
Jika di tingkat sema
dengan kon tingkat panc
penyebaran primer. Pen
pola penyeb nilai frekue
pengamatan lingkungan t
Histog komersial d
ditunjukkan
Gambar 3 F Wyatt
permudaan
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80 0,90
1,00
Frekuensi
da dengan k ua tahun jus
mudaan. Pada berkisar anta
un nilai freku iamati dari n
ai, tiang dan ndisi hutan
cang. Hal in jenis pada L
ningkatan ni baran jenis d
nsi yang re n tidak mer
tempat tumb gram beriku
ditebang pad dalam
gamb
Frekuensi jen -Smith 196
dianggap cu
0-15 1
P
Pola Pen
kerapatan, ni tru mengala
a hutan prim ara 0,65-0,83
uensinya berk nilai rata-rata
n pohon pada primer. Na
ni mengindi LOA TPTII
lai frekuens dalam plot pe
endah menun ata. Hal in
buhnya kuran ut menunju
da hutan prim bar 3
.
nis komersia 63 dalam In
ukup jika te
5-25 25
Primer
Kon
nyebaran J
lai frekuensi ami peningka
mer kisaran n 3 atau 65-
kisar antara anya, terjadi
a LOA TPT amun terjadi
ikasikan bah 2 dua tahu
si mendekat engamatan h
njukkan bah ni dapat dis
ng. ukkan pola
mer dengan
al ditebang p ndrawan 20
erdapat palin
0-15 LOA
ndisi Hutan
Jenis Kom
i antara huta atan pada be
nilai frekuen 83. Sedan
0,67-0,94 at i peningkata
II 2 dua ta i penurunan
hwa telah t un jika diban
ti nilai 100 hampir terseb
hwa penyeb ebabkan ka
a penyebar n LOA TPT
pada plot pen 000 mengem
ng sedikit 1
15-25 2
A TPTII 2 Tahun
mersial Dit
an primer de eberapa keler
nsi untuk sem ngkan pada L
tau 67-94 an nilai freku
ahun jika dib n nilai freku
terjadi perub ndingkan den
menandak bar merata.
baran jenis d arena adapta
ran frekue TII 2 dua t
ngamatan. mukakan ba
000 batang
25
tebang
engan LOA rengan dan
mua tingkat LOA TPTII
. uensi untuk
bandingkan uensi pada
bahan pola ngan hutan
kan bahwa Sedangkan
dalam plot asi dengan
ensi jenis tahun yang
ahwa suatu ha dengan
Semai Pancang
Tiang Pohon
nilai penyebarannya 40 untuk tingkat semai, 240 batangha dengan penyebaran 60 untuk tingkat pancang, 75 batangha dengan penyebaran 75 untuk tingkat
tiang, dan 25 batangha dengan penyebaran 25 untuk tingkat pohon. Berdasarkan uraian tersebut, nilai kerapatan dan frekuensi pada hutan
primer maupun LOA TPTII 2 dua tahun masih dianggap memenuhi kriteria yang dikemukakan oleh Wyatt-Smith. Hal ini berarti pada areal pengamatan baik
pada hutan primer maupun LOA TPTII 2 dua tahun masih memiliki permudaan yang cukup dan tersebar merata.
Soerianegara dan Indrawan 1998 juga menegaskan bahwa jenis-jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki jumlah dan penyebaran yang luas. Tumbuhan
mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan tempat tumbuh habitat dalam hal penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya. Jenis-jenis yang dominan tersebut
memiliki nilai kerapatan dan frekuensi yang tinggi. Kerapatan jenis yang tinggi menunjukkan bahwa jenis ini memiliki jumlah jenis yang paling banyak
ditemukan di lapangan dibandingkan jenis lainnya. Sedangkan tingginya frekuensi relatif suatu jenis menunjukkan bahwa jenis tersebut tersebar merata hampir di
seluruh petak pengamatan.
5.1.3. Dominansi Jenis