Indeks Kekayaan Jenis HASIL DAN PEMBAHASAN

pemanenan yang dilaksanakan dua tahun sebelumnya ternyata mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis yang terdapat di LOA TPTII 2 dua tahun. Namun, penurunan tingkat keanekaragaman jenis yang terjadi tidak terlalu besar. Karena setelah dua tahun, tingkat keanekaragaman yang terdapat di LOA TPTII 2 dua tahun tidak berbeda jauh nilainya dengan hutan primer dan indeks keanekaragaman jenis H’ tersebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman di LOA TPTII 2 dua tahun masih tergolong sedang. Keanekaragaman jenis yang tinggi memang menjadi karakteristik umum sekaligus keunggulan yang dimiliki oleh hutan hujan tropika selain lingkungan yang konstan atau sedikitnya perubahan musim dan siklus hara tertutup Mulyana et al. 2005. Soerianegara 1996 mengemukakan bahwa sering dinyatakan tentang menurunnya indeks keanekaragaman jenis, namun sampai saat ini belum ada ukuran mengenai tinggi rendahnya indeks keanekaragaman jenis di suatu daerah. Untuk Indonesia, dari perhitungan untuk berbagai tipe hutan, dapat dikatakan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis 3,5 ke atas dapat dikatakan tinggi.

5.4. Indeks Kekayaan Jenis

Salah satu parameter yang dapat mempengaruhi tingkat keanekaragaman suatu komunitas adalah kekayaan jenis. Dalam penelitian ini untuk menentukan tingkat kekayaan jenis pada areal pengamatan digunakan Indeks Kekayaan Margallef R 1 . Marpaung 2009 menyebutkan bahwa Indeks Kekayaan Margallef R 1 adalah indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas dan besarnya indeks kekayaan ini dipengaruhi oleh banyaknya spesies dan jumlah individu dari vegetasi yang ada pada areal tersebut. Besarnya nilai R 1 yang terdapat di hutan primer dan LOA TPTII 2 dua tahun dapat dilihat pada tabel 15 berikut. Tabel 15 Indeks Kekayaan Margallef R 1 pada hutan primer dan LOA TPTII 2 dua tahun berdasarkan tingkat permudaannya Kondisi Hutan Kelerengan Indeks Kekayaan Jenis R 1 Semai Pancang Tiang Pohon 1 2 3 4 5 6 Primer Datar 0-15 4,00 6,08 6,69 7,40 Sedang 15-25 5,27 6,05 7,41 7,95 Curam 25 5,94 5,43 6,23 7,34 Tabel 15 lanjutan 1 2 3 4 5 6 LOA TPTII 2 tahun Datar 0-15 2,75 3,51 7,39 8,58 Sedang 15-25 3,45 4,36 7,80 7,79 Curam 25 4,06 4,50 7,55 9,11 Keterangan: LOA Logged Over Areahutan bekas tebangan; TPTII Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif Magurran 1988 menyatakan bahwa nilai R 1 3,5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah. Sedangkan nilai R 1 = 3,5-5,0 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong sedang. Apabila diperoleh nilai R 1 5,0 maka kekayaan jenis dalam komunitas tersebut tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam tabel 16, dapat diketahui bahwa nilai indeks kekayaan Margallef R 1 pada kondisi hutan primer secara umum memiliki nilai diatas 5,00, kecuali pada vegetasi tingkat semai di kelerengan datar dimana nilainya adalah 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekayaan jenis yang terdapat di hutan primer tergolong tinggi lihat tabel 8. Hutan primer dianggap memiliki keadaan yang stabil atau klimaks, sehingga diasumsikan memiliki tingkat kekayaan jenis yang tinggi. Jumlah jenis yang terdapat di hutan primer untuk tiap tingkatan vegetasi pada berbagai kelerengan berkisar antara 25-47 jenis. Keadaan yang berbeda ditunjukkan di LOA TPTII 2 dua tahun. Dari tabel 15 dapat terlihat bahwa pada LOA TPTII 2 dua tahun terjadi penurunan nilai indeks kekayaan Margallef R1 untuk tingkat semai dan pancang di berbagai kelerengan. Nilainya hanya berkisar 2,75-4,50, sehingga tingkat kekayaan jenisnya tergolong kedalam kriteria rendah-sedang. Namun pada tingkat tiang dan pohon justru terjadi peningkatan nilai R 1 jika dibandingkan pada hutan primer. Indeks kekayaan Margallef yang ditunjukkan hampir semuanya memiliki nilai diatas 5,00 baik untuk tingkat tiang maupun pohon di berbagai kelerengan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kekayaan Margallef R 1 untuk tingkat tiang dan pohon di LOA TPTII 2 dua tahun tergolong tinggi.

5.5. Indeks Kemerataan Jenis

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30