Sifat Kimia Tanah Analisis Tanah

air ke lapisan dibawah cenderung lambat. Namun apabila air tersebut sudah berada di lapisan pada kedalaman 10-20 cm, maka air tersebut cenderung dengan mudah diloloskan oleh tanah. Syarief 1985 diacu dalam Musthofa 2007 menyatakan bahwa permeabilitas dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah, sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya pertukaran udara. Selanjutnya faktor tersebut mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dan perakaran dalam tanah.

5.8.2. Sifat Kimia Tanah

Poerwowidodo 2004 menyatakan bahwa tingkat kesuburan tanah dapat diukur berdasarkan gatra kimiawinya. Dalam penelitian ini, dilakukan juga analisis terhadap sifat kimia tanah dengan tujuan untuk mengetahui kadar hara yang terdapat pada tanah terutama yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman. Sifat kimia tanah yang dianalisis adalah pH dan Kapastas Tukar Kation KTK. Berdasarkan analisis kimia tanah yang dilakukan, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 21 berikut Tabel 21 Hasil pengukuran sifat kimia tanah pada hutan primer dan LOA TPTII 2 dua tahun Kondisi Hutan Lokasi Kelerengan pH 1:1 KTK H 2 O KCl me100 g Primer - - 4,80 4,00 8,58 LOA TPTII 2 Tahun Jalur Tanam Datar 0-15 4,20 3,50 5,63 Sedang 15-25 4,30 3,40 7,80 Curam 25 4,50 3,50 9,83 Bawah Tegakan Datar 0-15 4,10 3,20 10,50 Sedang 15-25 4,30 3,40 7,88 Curam 25 4,40 3,40 9,00 Keterangan: TPTII Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif Tabel 21 menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai pH antara hutan primer dengan LOA TPTII 2 dua tahun. Hutan primer memiliki pH H 2 O 4,80. Sedangkan di LOA TPTII 2 dua tahun, pH tanah di semua kelerengan berkisar antara 4,10-4,50. Hal ini menunjukkan bahwa pH di areal penelitian termasuk sangat masam, baik di hutan primer maupun LOA TPTII 2 dua tahun Olson 1981 dalam Poerwowidodo 2004. Derajat kemasaman tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H + di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H + didalam tanah, semakin masam tanah tersebut Hardjowigeno, 2003. Reaksi tanah pH menjadi asam disebabkan karena tingginya curah hujan yang mengakibatkan basa-basa mudah tercuci dan adanya dekomposisi mineral alumunium silikat akan membebaskan ion aluminium Al 3+ , Ion tersebut akan dijerap kuat oleh koloid tanah dan bila di hidrolisis akan menyumbangkan ion H + , akibatnya tanah menjadi masam Nyakpa et al. 1988. Kapasitas Tukar Kation KTK merupakan banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah biasanya per 100 g. Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. KTK merupakan sifat kimia tanah yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah Hardjowigeno, 2003. Berdasarkan hasil analisis kimia tanah, maka diperoleh nilai KTK di hutan primer sebesar 8,58 me100 g. Sedangkan pada LOA TPTII 2 dua tahun nilai KTK-nya berkisar antara 5,63-10,50 me100 g. Menurut Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Perdana 2009, nilai KTK yang terdapat pada kedua kondisi hutan tersebut tergolong rendah karena berkisar diantara 5,0-16,00 me100 g. KTK merupakan sifat kimia tanah yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan cirri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik dan pengapuran, serta pemupukan. Tanah dengan KTK tinggi dapat menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah Hardjowigeno, 2003.

5.9. Hubungan Antara Kondisi Tanah dengan Perkembangan Tegakan di

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30