Biaya Produksi Biaya Transaksi

2.5. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah Hernanto, 1989. Sedangkan menurut Soekartawi, et. al. 1986 menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai masuk yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

2.6. Biaya Transaksi

Biaya transaksi adalah biaya untuk mengukur atribut barang dan jasa information cost yang akan dipertukarkan, biaya untuk melindungi hak atas barang exclusion cost, serta biaya untuk menetapkan kontrakperjanjian contratual cost dan biaya untuk menjalankan perjanjian policing cost North 1990 dalam Priyono, 2004. Menurut Ostorm, Schroeder dan Waynee 1993 dalam Nugroho 2003 biaya transaksi meliputi: 1. Biaya informasi information cost Biaya informasi information cost adalah biaya yang diperlukan untuk mencari dan mengorganisasi data, termasuk biaya atas kesalahan informasi sebagai akibat kesenjangan pengetahuan tentang variabel waktu dan tempat serta ilmu pengetahuan. 2. Biaya koordinasi coordination cost Biaya koordinasi coordination cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk waktu, modal, dan personil yang diinvestasikan dalam negoisasi, pengawasan, dan kesepakatan antara pelaku. 3. Biaya strategis strategic cost Biaya strategis strategic cost adalah biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat informasi, kekuasaan, dan sumer daya lainnya tidak sepadan diantara pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai free riding, rent seeking, dan corruption. Hubungan principal-agent yang efisien menjadi sesuatu yang kompleks untuk dipecahkan. Besarnya biaya transaksi sangat dipengaruhi oleh derajat ketidaksepadanan informasi assymetric information, kekuasaan, kepemilikan asset endowment yang dimiliki oleh pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Assymetric information muncul karena pada umumnya pihak agent menguasai informasi tentang keragaan work effort yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan agent yang dimiliki oleh principal umumnya sangat terbatas. Pada kondisi demikian, maka principal mengahadapi dua risiko yaitu risiko salah memiliki agent yang sesuai dengan keinginan adverse selection of risk pada ex ante sebelum kontrak dibuat dan risiko agent ingkar janji moral hazard pada ex post setelah kontrak disepakati. Semakin tidak sepadan informasi, kekuasaan dan endowment yang dimiliki oleh para pihak yang mengadakan pertukaran, biaya trasaksi ini akan semakin besar Nugroho, 2003.

2.7. Analisis Efisiensi