dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri. Dengan demikian, ia bebas dalam menentukan kebijaksanaan usahataninya tanpa perlu
dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain. Golo ngan petani yang agak berbeda statusnya adalah yang agak berbeda statusnya adalah yang mengusahakan
tanmannya sendiri dan juga mengusahakan lahan orang lain.
2.3. Fragmentasi Lahan
Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian merupakan salah satu penyebab semakin tingginya laju penyusutan lahan. Selain itu,
fragmentasi lahan juga menyebabkan praktik usahatani di Indonesia semakin marjinal dan sulit untuk meningkatkan efisiensi pertanian. Fragmentasi lahan ini
telah menyebabkan menurunya rata-rata lahan garapan petani menjadi hanya 0,3 hektar per rumah tangga di Jawa dan 0,5 hektar per rumah tangga di luar Jawa.
Fragmentasi lahan cenderung terjadi karena masyarakat tradisional mewarisakan lahan pertaniannya kepada keluarga terdekat yang terkait erat
dengan sosial budaya dan norma adat atau nilai-nilai komunal. Menurut Sunanto 2009, fragmentasi lahan ialah dipecahnya lahan pertanian untuk diberikan
kepada anak-anak petani secara malwaris.
5
Jika kecenderungan ini terus berlangsung, rata-rata lahan garapan akan menjadi terlalu kecil, akhirnya
membuat mereka lebih rentan terhadap konversi ke tujuan non–pertanian.
5
Sunanto, H. 2009. Dengan Program Apapun, Pendapatan Petani Tetap Rendah . Kedaulatan Rakyat http:www.kr.co.id
2.4. Usahatani
Usahatani adalah
ilmu yang
mempelajari bagaimana
seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinir penggunaan faktor- faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin Surtiyah, 2006 dalam Ubaydillah,
2008. Menurut Soeharjo dan Patong 1977 usahatani adalah seluruh organisasi
alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan pad a produksi di lapang pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja
diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Pada umumnya
ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya
pendapatan usahatani Soekartawi et al., 1986. Terbatasnya modal seringkali menyebabkan petani tidak mampu membeli teknologi. Dengan keterbatasan itu
usahatani biasanya dilaksanakan oleh teknologi yang dimiliki petani. Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahata ninya berbeda-beda
Soeharjo dan Patong, 1977. Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian
disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga subsistence farm. Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan, maka usahatani
yang demikian disebut usahatani komersial commercial farm.
2.5. Biaya Produksi