Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat).

(1)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

RINGKASAN

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA. A14304062. Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahteraan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian akan menjadi masalah berat di masa datang karena usahatani yang dikembangkan bersifat land base agricultural, artinya lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan.

Fragmentasi lahan pertanian yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor menyebabkam sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana 564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar.

Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan yang tergolong sempit, yaitu luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau petani pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi, biaya transaksi dan tingkat efisiensi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2008, dengan Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibungbulang yang sebagian besar lahan pertaniannya relatif terfragmentasi. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik sebanyak empat puluh orang, dua puluh orang


(3)

petani pemilik lahan sempit dan dua puluh orang petani pemilik lahan luas. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan petani dan instansi terkait dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk mengetahui sejauh mana luas lahan garapan mempengaruhi efisiensi usahatani padi. Berdasarkan hasil analisi biaya produksi, biaya produksi rata-rata usahatani padi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas adalah Rp 1.054,53 per kilogram dan Rp 985,13 per kilogram gabah. Hasil analisis biaya transaksi petani padi Desa Ciaruteun Udik, maka rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit setiap musimnya sebesar Rp 16.377,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan rata-rata biaya transaksi sebesar Rp 43.035,83.

Hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi menunjukkan bahwa petani pemilik lahan luas dengan rasio 2,03 lebih menguntungkan daripada petani pemilik lahan sempit yang memiliki rasio 1,89. Dan dilihat dari rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan luas memiliki rasio tingkat efisiensi penerimaan 0,0056 yang lebih tinggi dibandingkan petani pemilik lahan sempit dengan rasio efisiensi penerimaan 0,0074. Sedangkan, rasio biaya transaksi terhadap biaya total menunjukkan bahwa petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0138 dan petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0112, dimana besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tidak mempengaruhi jumlah produksi gabah.

Secara umum usahatani padi sawah yang dilakukan di Desa Ciar uteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor masih cukup menguntungkan dan memberikan insentif untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya yang lebih besar dari satu, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total yang masih tergolong rendah pada usahatani menurut luas lahan garapan. Oleh karena itu, usahatani padi sawah khususnya pada usahatani lahan sempit masih cukup menguntungkan untuk dilaksanakan.

Berdasarkan hasil penelitian, petani pemilik lahan sempit hendaknya mengikuti dosis anjuran dalam menggunakan input pertanian. Petani Desa Ciaruteun Udik sebaiknya menjadikan lahan pertanian sebagai usaha bersama dengan satu nama pemilik di tiap wilayahnya, sehingga dapat mengurangi fragmentasi lahan dan biaya transaksi. Selain itu, pemberian insentif berupa penyuluhan dan sarana produksi pertanian oleh pemerintah daerah kepada petani yang akan menjual lahan pertaniannya.


(4)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perta nian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(5)

Judul : Dampak Fragmentasi Lahan te rhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pe milik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Corry Wastu Lingga Putra

NRP : A14304062

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. NIP. 19650212 199003 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. D r. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 19571222 198203 1 002


(6)

PERN YATAAN MENGENAI SKRIPSI

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUD UL “DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (KASUS: DESA CIARUTEUN UDIK, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2009

CORRY WASTU LINGGA PUTRA A14304062


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang tanggal 28 Mei 1986, merupakan putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami. Tahun 1991 penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Al-Aqsa. Tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Barata I Harapan Jaya, Bekasi. Kemudian pada tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah pada SLTP Negeri 5 Bekasi dan pada tahun 2001 pada SMU Negeri 1 Bekasi. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif pada kegiatan organisasi dan kemahasiswaan. Penulis pernah aktif di Komisi Kesekretariatan DPM Fakultas Pertanian pada tahun 2006, Komisi Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa DPM Fakultas Pertanian pada tahun 2007, dan Komisi Eksternal DPM Keluarga Mahasiswa IPB pada tahun 2008. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada bulan Juni-Agustus 2007.


(8)

KATA PENGAN TAR Assalamu‟alaikum Wr. WB.

Subhanallah, segala puji bagi Allah pencipta semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Alhamdulillah puji syukur hanya kepada Allah atas terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan kebenaran sehingga kita bias merasakan nikmat Iman dan Islam.

Skripsi dengan judul “Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009 di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Perbaikan atas skripsi ini masih sangat diperlukan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini Penulis bermaksud untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada:

1. Penguasa semesta alam, yang menggenggam jiwa dan raga, Allah SWT atas kemudahan kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Suri teladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW, sang inspirator sejati dalam kehidupan. Allahumma shalli „alaa Muhammad.

3. Kedua orang tua tercinta Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami yang telah mencurahkan cintanya yang tulus. Tak lupa kepada saudara kandung, Adikku Wastu Wandhira Putri yang senantiasa memberikan semangat kepada Penulis. 4. Dosen Pembimbing Eva Anggraini, S.Pi., M.Si., dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. atas kesabarannya dalam membimbing Penulis hingga selesainya skripsi.

5. Sekretasi Kepala Desa Ciaruteun Udik Bapak Asep beserta stafnya yang dengan baik hati memberikan berbagai informasi dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian.

6. Petugas Penyuluh Lapang Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Cibungbulang Bapak Zaenal dan Ibu Ida yang telah mengantar dan mendampingi Penulis menemui ketua-ketua kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik.

7. Sahabat-sahabatku mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya angkatan 41 dan penghuni Wisma Biru Balebak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, setiap diri kalian sungguh berarti dan dan luar biasa. 8. Para staf sekretariat PS EPS yang dipimpin oleh Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. sebagai penanggung jawab phasing out EPS, Mbak Pini, Mbak Santi, Pak Husein, dan lainnya.

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang mungkin namanya belum sempat disebutkan.


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Pertanian ... 8

2.2. Kepemilikan Tanah... 8

2.3. Fragmentasi Lahan... 10

2.4. Usahatani ... 11

2.5. Biaya Produksi ... 12

2.6. Biaya Transaksi ... 12

2.7. Analisis Efisiensi ... 13

2.8. Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.2. Jenis dan Sumber Data... 19

4.3. Metode Pengambilan Data... 19

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 19

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan... 20

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi ... 21

4.4.3. Analisis Efisiensi ... 22

4.5. Definisi Operasional ... 24

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Letak Geografis dan Pembagian Administrasi ... 26


(11)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

RINGKASAN

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA. A14304062. Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahteraan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian akan menjadi masalah berat di masa datang karena usahatani yang dikembangkan bersifat land base agricultural, artinya lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan.

Fragmentasi lahan pertanian yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor menyebabkam sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana 564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar.

Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan yang tergolong sempit, yaitu luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau petani pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi, biaya transaksi dan tingkat efisiensi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2008, dengan Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibungbulang yang sebagian besar lahan pertaniannya relatif terfragmentasi. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik sebanyak empat puluh orang, dua puluh orang


(13)

petani pemilik lahan sempit dan dua puluh orang petani pemilik lahan luas. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan petani dan instansi terkait dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk mengetahui sejauh mana luas lahan garapan mempengaruhi efisiensi usahatani padi. Berdasarkan hasil analisi biaya produksi, biaya produksi rata-rata usahatani padi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas adalah Rp 1.054,53 per kilogram dan Rp 985,13 per kilogram gabah. Hasil analisis biaya transaksi petani padi Desa Ciaruteun Udik, maka rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit setiap musimnya sebesar Rp 16.377,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan rata-rata biaya transaksi sebesar Rp 43.035,83.

Hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi menunjukkan bahwa petani pemilik lahan luas dengan rasio 2,03 lebih menguntungkan daripada petani pemilik lahan sempit yang memiliki rasio 1,89. Dan dilihat dari rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan luas memiliki rasio tingkat efisiensi penerimaan 0,0056 yang lebih tinggi dibandingkan petani pemilik lahan sempit dengan rasio efisiensi penerimaan 0,0074. Sedangkan, rasio biaya transaksi terhadap biaya total menunjukkan bahwa petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0138 dan petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0112, dimana besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tidak mempengaruhi jumlah produksi gabah.

Secara umum usahatani padi sawah yang dilakukan di Desa Ciar uteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor masih cukup menguntungkan dan memberikan insentif untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya yang lebih besar dari satu, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total yang masih tergolong rendah pada usahatani menurut luas lahan garapan. Oleh karena itu, usahatani padi sawah khususnya pada usahatani lahan sempit masih cukup menguntungkan untuk dilaksanakan.

Berdasarkan hasil penelitian, petani pemilik lahan sempit hendaknya mengikuti dosis anjuran dalam menggunakan input pertanian. Petani Desa Ciaruteun Udik sebaiknya menjadikan lahan pertanian sebagai usaha bersama dengan satu nama pemilik di tiap wilayahnya, sehingga dapat mengurangi fragmentasi lahan dan biaya transaksi. Selain itu, pemberian insentif berupa penyuluhan dan sarana produksi pertanian oleh pemerintah daerah kepada petani yang akan menjual lahan pertaniannya.


(14)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perta nian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(15)

Judul : Dampak Fragmentasi Lahan te rhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pe milik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Corry Wastu Lingga Putra

NRP : A14304062

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. NIP. 19650212 199003 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. D r. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 19571222 198203 1 002


(16)

PERN YATAAN MENGENAI SKRIPSI

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUD UL “DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (KASUS: DESA CIARUTEUN UDIK, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2009

CORRY WASTU LINGGA PUTRA A14304062


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang tanggal 28 Mei 1986, merupakan putera pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami. Tahun 1991 penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Al-Aqsa. Tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Barata I Harapan Jaya, Bekasi. Kemudian pada tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah pada SLTP Negeri 5 Bekasi dan pada tahun 2001 pada SMU Negeri 1 Bekasi. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif pada kegiatan organisasi dan kemahasiswaan. Penulis pernah aktif di Komisi Kesekretariatan DPM Fakultas Pertanian pada tahun 2006, Komisi Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa DPM Fakultas Pertanian pada tahun 2007, dan Komisi Eksternal DPM Keluarga Mahasiswa IPB pada tahun 2008. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada bulan Juni-Agustus 2007.


(18)

KATA PENGAN TAR Assalamu‟alaikum Wr. WB.

Subhanallah, segala puji bagi Allah pencipta semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Alhamdulillah puji syukur hanya kepada Allah atas terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan kebenaran sehingga kita bias merasakan nikmat Iman dan Islam.

Skripsi dengan judul “Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009 di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Perbaikan atas skripsi ini masih sangat diperlukan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini Penulis bermaksud untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada:

1. Penguasa semesta alam, yang menggenggam jiwa dan raga, Allah SWT atas kemudahan kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Suri teladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW, sang inspirator sejati dalam kehidupan. Allahumma shalli „alaa Muhammad.

3. Kedua orang tua tercinta Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami yang telah mencurahkan cintanya yang tulus. Tak lupa kepada saudara kandung, Adikku Wastu Wandhira Putri yang senantiasa memberikan semangat kepada Penulis. 4. Dosen Pembimbing Eva Anggraini, S.Pi., M.Si., dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. atas kesabarannya dalam membimbing Penulis hingga selesainya skripsi.

5. Sekretasi Kepala Desa Ciaruteun Udik Bapak Asep beserta stafnya yang dengan baik hati memberikan berbagai informasi dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian.

6. Petugas Penyuluh Lapang Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Cibungbulang Bapak Zaenal dan Ibu Ida yang telah mengantar dan mendampingi Penulis menemui ketua-ketua kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik.

7. Sahabat-sahabatku mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya angkatan 41 dan penghuni Wisma Biru Balebak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, setiap diri kalian sungguh berarti dan dan luar biasa. 8. Para staf sekretariat PS EPS yang dipimpin oleh Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. sebagai penanggung jawab phasing out EPS, Mbak Pini, Mbak Santi, Pak Husein, dan lainnya.

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang mungkin namanya belum sempat disebutkan.


(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Pertanian ... 8

2.2. Kepemilikan Tanah... 8

2.3. Fragmentasi Lahan... 10

2.4. Usahatani ... 11

2.5. Biaya Produksi ... 12

2.6. Biaya Transaksi ... 12

2.7. Analisis Efisiensi ... 13

2.8. Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.2. Jenis dan Sumber Data... 19

4.3. Metode Pengambilan Data... 19

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 19

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan... 20

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi ... 21

4.4.3. Analisis Efisiensi ... 22

4.5. Definisi Operasional ... 24

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Letak Geografis dan Pembagian Administrasi ... 26


(21)

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi ... 27

5.3. Sarana dan Prasarana ... 29

5.4. Gambaran Umum Budidaya Padi di Desa Ciaruteun Udik ... 30

5.5. Karakteristik Umum Responden... 33

5.5.1 Umur... 33

5.5.2 Tingkat Pendidikan ... 34

5.5.3 Pengalaman Berusahatani ... 35

VI. BIAYA PROD UKSI DAN BIAYA TRANSAKSI 6.1. Biaya Produksi ... 37

6.1.1. Biaya Transportasi Pengadaan Input ... 38

6.1.2. Sewa Bajak ... 38

6.1.3. Benih ... 40

6.1.4. Pupuk... 41

6.1.5. Pestisida... 42

6.1.6. Upah Tenaga Kerja... 42

6.1.7. Pajak Lahan ... 44

6.2. Biaya Rata-rata Produksi ... 44

6.3. Biaya Transaksi ... 46

VII. ANALISIS EFISIENSI 7.1. Penerimaan Usahatani ... 47

7.2. Analisis Efisiensi ... 48

7.3. Pengaruh Fragmentasi Lahan terhadap Efisiensi Produksi Padi ... 50

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 51

8.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(22)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tinjauan Studi Terdahulu ... 15 2. Luas Lahan Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Penggunaannya

Tahun 2009... 27 3. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2009 ... 27 4. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2009... 28 5. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Mata

Pencaharian Tahun 2009 ... 29 6. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur... 34 7. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendid ikan ... 35 8. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani .... 36 9. Komponen Biaya Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik ... 37 10. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Padi

di Desa Ciaruteun Udik ... 39 11. Biaya Produksi Rata-rata Menurut Luas Lahan Garapan... 45 12. Rata-rata Penerimaan Menurut Luas Lahan Garapan ... 47 13. Rasio Penerimaan – Biaya Transaksi Menurut Luas Lahan Garapan ... 48 14. Rasio Biaya Transaksi – Penerimaan Menurut Luas Lahan Garapan ... 49 15. Rasio Biaya Transaksi – Biaya Total Menurut Luas Lahan Garapan ... 50


(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran... 17 2. Bagan Alur Usahatani Padi di Desa C iaruteun Udik ... 30


(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia adalah bidang pembangunan yang penting bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dikarenakan potensi terbesar Indonesia pada dasarnya berbasis sumber daya pertanian dalam pengertian yang luas. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kehidupan petani yang populasinya masih cukup besar ini, memberikan dukungan dalam perekonomian nasional dan penyediaan pangan. Peran pertanian yang sangat penting tersebut ditunjukkan dengan kontribusi 14,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Tingginya pertumbuhan PDB pertanian diikuti meningkatnya capaian ekspor hasil pertanian yang meningkat 50,13 persen.1

Salah satu potensi pertanian yang menjadi kebutuhan dasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup adalah pangan. Pangan telah menjadi kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti sandang, papan, dan pendidikan. Dalam memenuhi kebutuhan pangan ini, gabah atau beras sebagai merupakan komoditas yang menduduki posisi pertama sebagai makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan gabah kering giling terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Kebutuhan yang tinggi terhadap konsumsi beras jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi padi maka akan menghadapi permasalahan

1

Departe men Pe rtanian. 2008. Seme ster I 2008: PDB Pertanian Tumbuh 5,3%. (www.deptan.go.id)


(25)

2

kelangkaan pangan. Rata-rata kosumsi beras139 kilogram per kapita setiap tahun, maka pada tahun 2030 pada saat jumlah penduduk Indonesia me ncapai 300 juta jiwa, proyeksi kebutuhan beras sebanyak 41,7 juta ton atau sekitar 70 juta ton gabah kering giling. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan 16,5 juta hektar lahan tanam sawah pada tahun 2030 dengan produktifitas sawah rata-rata 4,25 ton gabah kering giling per hektar atau memerlukan tambahan lahan tanam sawah sekitar 4,26 juta hektar dari luas lahan tanam sawah tahun 2008, sekitar 12,24 juta hektar.2

Produksi beras diharapkan mampu menutupi kebutuhan masyarakat terhadap beras. Namun, banyak permasalahan yang menghambat perkembangan sektor pertanian terutama bagi petani Indonesia. Petani di Indonesia banyak yang dikategorikan petani gurem yaitu petani yang menguasai lahan kurang dari setengah hektar. Angka petani gurem meningkat 2,7 persen per tahun, dari 10,8 juta pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta rumah tangga pada tahun 2003. Salah satu penyebab dari semakin meningkatnya angka petani gurem adalah semakin maraknya konversi lahan pertanian serta adanya budaya pewarisan lahan keluarga yang mendorong fragmentasi lahan. Pada tahun 2013 yang akan datang dengan laju pertambahan petani gurem yang sama, maka total petani gurem menjadi 17,4 juta.

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak

2

Dahuri, R. 2008. Kedaulatan Pangan Bangsa. Target MDGs Indonesia (http://www.targetmdgs.org/)


(26)

3

produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahterakan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian dan penyediaan pangan akan menjadi masalah berat di masa datang. Hal ini didukung karena peran lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan. Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya pokok dalam usaha tani karena usaha yang dikembangkan bersifat land base agricultural.3

Semakin besarnya jumlah petani gurem akibat fragmentasi lahan, maka penelitian ini menitikberatkan pada pendekatan biaya produksi dan penerimaan dalam menganalisis efisiensi produksi dan dilengkapi dengan pendekatan dari sisi faktor non-produksi. Pendekatan non-produksi yang jarang digunakan adalah pendekatan biaya transaksi yang secara umum didefinisikan sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selain dari biaya produksi. Dalam aktifitas ekonomi biaya transaksi sulit dihindari, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi bagi petani karena terjadinya surplus yang cukup besar dari petani ke pihak lain. Secara langsung, biaya transaksi akan mengurangi penerimaan petani. Meskipun sulit dihindari, biaya transaksi perlu ditekan hingga mencapai tingkat yang efisien, agar penerimaan yang diterima dapat lebih maksimal.

3

Prabowo, H. E. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan. Kompas Cetak. (http://cetak.ko mpas.com/read/)


(27)

4

1.2. Perumusan Masalah

Laju penyusutan lahan pertanian di Indonesia semakin cepat. Penyebabnya adalah fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian sebagai dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Petani dengan luas lahan kecil atau petani gurem pada tahun 2008 memiliki lahan rata-rata 0,34 hektar.4 Luas lahan garapan yang sempit dapat mempengaruhi pendapatan petani menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani yang menggarap lahan luas, serta dapat mempengaruhi skala usaha. Penurunan skala usaha yang semakin kecil dikarenakan tidak mencapai luasan lahan pertanian yang ekonomis akan mempengaruhi tingkat efisiensi suatu usahatani dan lahan akan semakin tidak produktif.

Fragmentasi lahan pertanian juga terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana

4

Prabowo, H. E. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan. Ko mpas Cetak. (http://cetak.ko mpas.com/read/)


(28)

5

564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar.

Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan tanaman padi dengan luas lahan yang tergolong sempit dengan luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Soekartawi (2003) menyatakan bahwa petani kecil sering menggunakan input yang berlebihan daripada petani besar sehingga mempengaruhi besarnya biaya produksi.

Penggunaan input yang berlebihan oleh petani dapat menyebabkan pendapatan yang mereka terima menjadi lebih sedikit karena tidak efisien dalam menggunakan input pertanian. Di samping itu, petani pemilik lahan juga berkewajiban untuk membayar pajak dan pungutan iuran desa setiap tahunnya atas tanah yang dimilikinya, sehingga dapat mempengaruhi biaya transaksi yang dihadapi petani. Besarnya nilai pajak dan pungutan iuran desa tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain :

1. Bagaimana perbandingan biaya produksi rata-rata usahatani padi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas?

2. Bagaimana perbandingan biaya transaksi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas?


(29)

6

3. Bagaimana tingkat efisiensi usahatani antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas ditinjau dari rasio penerimaan terhadap biaya produksi, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah d isampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

2. Menganalisis biaya transaksi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

3. Menentukan tingkat efisiensi usahatani antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas ditinjau dari rasio penerimaan terhadap biaya produksi, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, antara lain:

1. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan dan mensinergiskan ilmu-ilmu yang diperoleh di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. 2. Menambah wawasan penulis dalam bidang pertanian terutama yang berkaitan


(30)

7

3. Menjadi bahan pertimbangan bagi petani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani tanaman padi yang dilakukan oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang. Analisis yang digunakan adalah analisis biaya produksi untuk menentukan rasio penerimaan terhadap biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk menentukan rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah Pertanian

Tanah pertanian merupakan faktor produksi yang langka di pedesaan Jawa, dimana banyak manfaat yang dapat diperoleh. Tanah dapat digunakan untuk memperoleh segala sumber strategis seperti kesempatan ekonomi, kekayaan, kekuasaan dan pendapatan. Ketimpangan dalam pemilikan tanah akan menimbulkan ketimpangan kekuasaan di kalangan anggota masyarakat. Hal tersebut akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pedesaan terutama dalam kaitannya dengan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan jangkauan pelayanan pemerintah dan lain sebagainya (Hidayat, 1985).

Tanah pertanian sebagai tanah usaha dapat dikuasai menurut beberapa cara, yaitu dimiliki, dipinjam, dibagi hasil, disewa dengan jangka pendek, dan disewa dengan jangka panjang (Adiwilaga, 1982). Menurut Maulana (2003), lahan usahatani dapat berupa lahan pekarangan, tegalan sawah, dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan membeli, menyewa dan bagi hasil atau menyakap.

2.2. Kepemilikan Tanah

Hak milik secara hukum mengukuhkan pemilik suatu sumberdaya dan menjelaskan cara-cara bagaimana sumberdaya tersebut dapat digunakan. Ada dua tipe hak milik ini, yaitu hak milik bersama (common property) dan hak milik pribadi (private property). Harta bersama, menurut definisi, dimiliki oleh masyarakat luas untuk kegunaan bersama. Dalam hal ini tidak ada orang


(32)

9

perorangan yang dapat membatasi penggunaan sumberdaya tersebut hanya untuk dirinya sendiri saja. Harta perorangan, dimiliki langsung oleh orang yang mempunyainya, dan boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut di dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh hukum. (Nicholson, 2001).

Bagi rumah tangga dengan pemilikan lahan sawah luas dan menengah, tanah milik merupakan modal bagi pengembangan luas usahatani melalui persewaan, dalam arti dari usahatani di sawah milik diperoleh surplus usahatani. Surplus ini bagi rumah tangga golongan pemilikan lahan luas dan menengah merupakan modal yang dapat digunakan untuk menyewa sawah orang lain dan modal untuk usaha di luar sektor pertanian. Selain itu tanah milik dari kedua golongan rumah tangga tersebut merupakan modal untuk usaha di sektor pertanian dengan jalan menyewakan sebagian dari tanah tersebut. Jarang sekali rumah tangga golongan kepemilikan sawah luas dan menengah yang menyakapkan tanah, karena seiring dengan adopsi teknologi pertnian baru usahatani, semakin komersial pengelolaan usahataninya. Bagi rumah tangga dengan luas pemilikan lahan sempit, hasil usahatani di tanah milik tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sering mereka terpaksa melepaskan hak garapan tanahnya kepada orang lain melalui sistem sewa. Sedang peluang untuk memperoleh tanah sakapan kecil sekali pada rumah tangga dengan pemilikan tanah sempit dan rumah tangga tak bertanah, karena jarang pemilik tanah luas dan menengah yang bersedia menyakapkan tanahnya (Hidayat, 1985).

Menurut Soeharjo dan Patong (1977), petani pemilik adalah golongan petani yang memliki tanah dan ia pulalah yang secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor- faktor produksi baik yangberupa tanah, peralatan


(33)

10

dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri. Dengan demikian, ia bebas dalam menentukan kebijaksanaan usahataninya tanpa perlu dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain. Golo ngan petani yang agak berbeda statusnya adalah yang agak berbeda statusnya adalah yang mengusahakan tanmannya sendiri dan juga mengusahakan lahan orang lain.

2.3. Fragmentasi Lahan

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian merupakan salah satu penyebab semakin tingginya laju penyusutan lahan. Selain itu, fragmentasi lahan juga menyebabkan praktik usahatani di Indonesia semakin marjinal dan sulit untuk meningkatkan efisiensi pertanian. Fragmentasi lahan ini telah menyebabkan menurunya rata-rata lahan garapan petani menjadi hanya 0,3 hektar per rumah tangga di Jawa dan 0,5 hektar per rumah tangga di luar Jawa.

Fragmentasi lahan cenderung terjadi karena masyarakat tradisional mewarisakan lahan pertaniannya kepada keluarga terdekat yang terkait erat dengan sosial budaya dan norma adat atau nilai-nilai komunal. Menurut Sunanto (2009), fragmentasi lahan ialah dipecahnya lahan pertanian untuk diberikan kepada anak-anak petani secara malwaris.5 Jika kecenderungan ini terus berlangsung, rata-rata lahan garapan akan menjadi terlalu kecil, akhirnya membuat mereka lebih rentan terhadap konversi ke tujuan non–pertanian.

5

Sunanto, H. 2009. Dengan Program Apapun, Pendapatan Petani Tetap Rendah. Kedaulatan Rakyat (http://www.kr.co.id/)


(34)

11

2.4. Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinir penggunaan faktor- faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin (Surtiyah, 2006 dalam Ubaydillah, 2008).

Menurut Soeharjo dan Patong (1977) usahatani adalah seluruh organisasi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan pad a produksi di lapang pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al., 1986). Terbatasnya modal seringkali menyebabkan petani tidak mampu membeli teknologi. Dengan keterbatasan itu usahatani biasanya dilaksanakan oleh teknologi yang dimiliki petani.

Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahata ninya berbeda-beda (Soeharjo dan Patong, 1977). Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial farm).


(35)

12

2.5. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1989). Sedangkan menurut Soekartawi, et. al. (1986) menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai masuk yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

2.6. Biaya Transaksi

Biaya transaksi adalah biaya untuk mengukur atribut barang dan jasa (information cost) yang akan dipertukarkan, biaya untuk melindungi hak atas barang (exclusion cost), serta biaya untuk menetapkan kontrak/perjanjian (contratual cost) dan biaya untuk menjalankan perjanjian (policing cost) (North 1990 dalam Priyono, 2004).

Menurut Ostorm, Schroeder dan Waynee (1993) dalam Nugroho (2003) biaya transaksi meliputi:

1. Biaya informasi (information cost)

Biaya informasi (information cost) adalah biaya yang diperlukan untuk mencari dan mengorganisasi data, termasuk biaya atas kesalahan informasi sebagai akibat kesenjangan pengetahuan tentang variabel waktu dan tempat serta ilmu pengetahuan.

2. Biaya koordinasi (coordination cost)

Biaya koordinasi (coordination cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk waktu, modal, dan personil yang diinvestasikan dalam negoisasi, pengawasan, dan kesepakatan antara pelaku.


(36)

13

3. Biaya strategis (strategic cost)

Biaya strategis (strategic cost) adalah biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat informasi, kekuasaan, dan sumer daya lainnya tidak sepadan diantara pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai free riding,

rent seeking, dan corruption.

Hubungan principal-agent yang efisien menjadi sesuatu yang kompleks untuk dipecahkan. Besarnya biaya transaksi sangat dipengaruhi oleh derajat ketidaksepadanan informasi (assymetric information), kekuasaan, kepemilikan asset (endowment) yang dimiliki oleh pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Assymetric information muncul karena pada umumnya pihak agent menguasai informasi tentang keragaan (work effort) yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan agent yang dimiliki oleh principal umumnya sangat terbatas. Pada kondisi demikian, maka principal mengahadapi dua risiko yaitu risiko salah memiliki agent yang sesuai dengan keinginan (adverse selection of risk) pada ex ante (sebelum kontrak dibuat) dan risiko agent ingkar janji (moral hazard) pada ex post (setelah kontrak disepakati). Semakin tidak sepadan informasi, kekuasaan dan endowment yang dimiliki oleh para pihak yang mengadakan pertukaran, biaya trasaksi ini akan semakin besar (Nugroho, 2003).

2.7. Analisis Efisiensi

Keberhasilan dari suatu usahatani selain diukur dengan nilai mutlak (analisis pendapatan), juga diukur dari analisis efisiensinya (Soeharjo dan Patong, 1977). Salah satu ukuran efisiensinya adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio). Dalam analisis R/C akan diuji seberapa jauh


(37)

14

nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani padi yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Semakin tinggi nilai R/C rasio, menunjukan semakin besar keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan, sehingga dengan perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik.

Di samping itu, dihitung pula analisis tingkat efisiensi di lihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan (transaction cost revenue ratio). Dalam analisis TrC/R akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang digunakan untuk membayar biaya transaksi dari sejumlah nilai penerimaan. Semakin tinggi nilai TrC/R rasio, menunjukkan semakin besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain dari setiap penerimaan yang diperoleh, sehingga dengan perolehan nilai TrC/R yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi penerimaan semakin rendah.

Selain rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi usahatani padi adalah rasio biaya transaksi terhadap biaya total (transaction cost – total cost ratio). Biaya total yang dimaksud adalah seluruh biaya yang ditanggung oleh petani selama aktifitas produksi berlangsung, yang terdiri dari biaya produksi dan biaya transaksi. Dalam analisis TrC/TC akan diuji seberapa besar nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani padi yang bersangkutan untuk membayar biaya transaksi. Semakin tinggi nilai TrC/TC rasio, menunjukkan semakin besar nilai rupiah yang tidak mempengaruhi volume produksi petani padi.


(38)

15

2.8. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan beberapa jenis penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Tabel 1. Tinjauan Studi Te rdahulu

No Penelitian Judul Hasil

1 Hantari

(2007)

Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Padi Sawah Lahan Sempit

Usahatani pada petani pemilik sudah

efisien dan menguntungkan.

Sedangkan usahatani petani

penggarap belum efisien dan belum menguntungkan karena adanya biaya bagi hasil dan biaya pajak.

2 Handayani

(2006)

Analisis Profitabiitas dan

Pendapatan Usahatani

Padi Sawah menurut Luas dan Status Kepemilikan Lahan

Usahatani milik jauh lebih

menguntungkan dibanding usahatani bukan milik (sakap); Usahatani milik luas lebih menguntungkan daripada usahatani milik sempit; Usahatani bukan milik (sakap) luas memiliki

keuntungan yang lebih kecil

dibandingkan pada usahatani bukan milik (sakap) sempit.

3 Anggraini (2005)

Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan

dan Petani di

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Komponen biaya produksi terbesar usahatani adalah tenaga kerja, sewa lahan bagi petani penggarap dan pupuk serta obat-obatan. Komponen biaya transaksi terbesar pada petani pemilik adalah biaya perantara, biaya pengangkutan hasil, dan biaya mempertahankan kontrak. Sedangkan komponen biaya transaksi terbesar petani penggarap adalah biaya perantara dan biaya pengangkutan hasil.

Sumber : Penulis, 2009

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis biaya produksi dan biaya transaksi pada petani pemilik lahan sempit dan lahan luas sebagai dampak dari fragmentasi lahan yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamata n Cibungbulang, Kabupaten Bogor akibat pertambahan jumlah penduduk. Penelitian ini juga menganalisis efisiensi dari usahatani petani pemilik lahan sempit dan lahan luas.


(39)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Peningkatan kosumsi gabah nasional kian meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun, banyak permasalahan yang menghambat perkembangan produksi gabah nasional, salah satunya jumlah petani gurem yang meningkat. Salah satu penyebab peningkatan petani gurem dengan kepemilikan lahan kurang dari setengah hektar adalah fragmentasi lahan yang diakibatkan oleh budaya pewarisan lahan keluarga.

Fragmentasi lahan mengakibatkan lahan yang diusahakan petani semakin menyempit dan dapat menurunkan skala usaha. Penurunan skala usaha yang semakin kecil dikarenakan tidak mencapai luasan lahan pertanian yang ekonomis akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usahatani serta lahan akan semakin tidak produktif.

Perbedaan luas lahan antara p etani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas akan mempengaruhi besarnya biaya produksi dan biaya transaksi yang dihadapi oleh masing- masing kelompok petani. Struktur biaya produksi yang berbeda akan berpengaruh pada kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Biaya produksi ini sangat berhubungan dengan tingkat efisiensi ekonomi dan secara langsung akan mempengaruhi tingkat penerimaan petani. Tingkat efisiensi ekonomi dari aspek biaya produksi dilihat berdasarkan rasio penerimaan terhadap biaya produksi.

Fragmentasi lahan yang terjadi mempengaruhi besarnya biaya transaksi yang dihadapi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Besar kecilnya biaya transaksi akan mempengaruhi penerimaan petani. Hal tersebut


(40)

17

dapat dilihat melalui rasio biaya transaksi terhadap penerimaan yang dimiliki oleh petani. Sedangkan tingkat efisiensi ekonomi usaha petani dilihat berdasarkan rasio biaya transaksi terhadap total biaya, dimana biaya total sama dengan penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi yang dihadapi petani. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Penulis, 2009

Gambar 1. Alur Kerangka Pe mikiran Analisis Biaya

Produksi

Analisis Biaya Transaksi

Rasio Penerimaan-Biaya

Rasio biaya transaksi-penerimaan dan rasio biaya transaksi-biaya

total

Biaya Produksi Biaya Transaksi

Tingkat Efisiensi Usahatani Fragmentasi Lahan Pertanian

Petani Pemilik Lahan Sempit dan Petani Pemilik Lahan Luas


(41)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive

dengan pertimbangan Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu daerah pertanian di Kabupaten Bogor. Di samping itu, pada kecamatan ini terdapat Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian yang dapat menunjang kelancaran penelitian, khususnya dalam hal pencarian informasi- informasi tambahan yang relevan.

Pemilihan Desa Ciaruteun Udik sebagai lokasi penelitian karena desa ini merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibungbula ng yang sebagian besar lahan pertaniannya relatif terfragmentasi. Dengan demikian, kondisi di desa ini diasumsikan dapat mewakili berbagai kondisi yang terjadi di lapang. Selain itu, sesuai dengan tujuan penelitian, maka alasan dipilihnya desa ini adalah terdapatnya petani dengan status kepemilikan lahan milik. Petani-petani tersebut menggarap lahan dengan luasan lahan yang sempit dan luasan lahan yang luas. Dalam penelitian ini, peneliti membagi luasan lahan dengan ukuran kurang dari setengah hektar dan lebih dari sama dengan setengah hektar sehingga terdapat dua kelompok petani responden, yaitu petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Pembagian luasan lahan ini disesuaikan dengan kondisi lapangan. Penelitian lapangan dilaksanakan pada awal bulan Maret hingga Bulan April 2009. Sedangkan pengolahan data hasil penelitian dilaksanakan pada bula n Mei hingga bulan Juni 2009.


(42)

19

4.2. Jenis dan Sumbe r Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan bantuan kuisioner. Data primer yang diambil meliputi data pemakaian faktor-faktor produksi, biaya penggunaan faktor- faktor produksi, biaya transaksi, output yang dihasilkan, harga jual, karakteristik petani, dan karakteristik usahataninya. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang dikumpulkan melalui studi pustaka seperti buku, literatur- literatur, sumber bacaan lain, maupun media elektronik (internet) yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, didukung data dari kantor desa, kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian, serta instansi lainnya yang terkait denga n penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah petani di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jumlah responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak empat puluh orang, yaitu petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas yang masing- masing berjumlah dua puluh orang. Metode pemilihan responden petani dilakukan secara

purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik.

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum usa hatani padi


(43)

20

sawah di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, sehingga dapat diketahui karakterisitik petani. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan, analisis biaya produksi, analisis biaya transaksi, analisis rasio penerimaan terhadap biaya, analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan analisis rasio biaya transaksi terhadap biaya total. Data yang diperoleh diolah dan disederhanakan dengan bantuan kalkulator dan komputer serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan

Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi usahatani tertentu yang dinyatakan dalam nilai tertentu. Biaya yang digunakan dalam usahatani meliputi biaya pembelian benih (C1), pupuk (C2), pestisida (C3), upah tenaga kerja (C4), sewa peralatan (bajak) (C5). Persamaan sederhana untuk biaya produksi padi adalah :

TC = Ci

Masing- masing komponen biaya produksi memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap total biaya produksi. Kontribusi tersebut dilihat berdasarkan rasio masing- masing komponen input terhadap total biaya produksi (TC) yang dihitung dengan cara :

ci = Ci

TC; ci = 1

Selain rasio komponen input terhadap total biaya produksi, juga dilakukan analisis biaya rata-rata (average cost) yang dihitung dengan rumus :


(44)

21

AC =TC Q

Penerimaan usahatani (revenue) adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam satu periode tertentu musim tanam kegiatan usaha. Adapun rumusnya sebagai berikut :

R = Q × P Keterangan :

R : Penerimaan (revenue) usahatani (Rupiah) Q : Produksi total (quantity), (kg)

P : Harga jual (price) produk per unit (Rupiah/kg) TC : Total biaya produksi (total cost) usahatani (Rupiah) Ci : Komponen biaya produksi (cost) usahatani (Rupiah)

AC : Rata-rata biaya produksi (average cost) usahatani (Rupiah/kg)

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi

Secara umum menurut North & Thomas (1973) dalam Anggraini (2005) biaya transaksi (Transaction Cost) mencakup biaya pencarian (search costs), yaitu biaya untuk mendapatkan informasi pasar (Z1); biaya negoisasi (negotiation costs), yaitu biaya merundingkan syarat-syarat suatu transaksi/pertukaran (costs of negotiating the terms od exchange) (Z2); dan biaya pelaksanaan (enforcement costs), yaitu biaya untuk melaksanakan suatu kontrak/transaksi (costs of enforcing the contract) (Z3). Beberapa literatur juga memasukkan biaya strategis, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai akibat kepemilikan informasi, kekuasaan dan sumber daya yang tidak sepadan di antara pelaku, umumnya berupa pengeluaran


(45)

22

untuk membiayai aktivitas oportunistis atau free riding, rent seeking, dan

corruption (Z4). Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi (TrC) adalah :

TrC = Zi

Keterangan :

TrC : Total biaya transaksi (Rupiah/musim) Zi : Komponen biaya transaksi (Rupiah)

4.4.3. Analisis Efisiensi

Analisis rasio penerimaan (revenue) dan total biaya produksi (cost) atau analisis rasio R/C adalah perbandingan antara jumlah penerimaan dengan pengeluaran totalnya. Hal ini menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar nilai rasio R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut :

R/C = R

TC

Di samping itu, tingkat efisiensi ekonomi petani dapat dilihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan. Hal ini dapat menunjukkan betapa besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain. Makin kecil nilai rasio Rtr makin baik proses usahatani. Rasio biaya transaksi dan penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus :

Rtr =TrC R

Sedangkan untuk menentukan besarnya proporsi biaya transaksi terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan produksi, maka


(46)

23

dihitung proporsi biaya transaksi terhadap biaya total (penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi) dengan menggunakan rumus :

Rtc = TrC

TC + TrC

Keterangan :

R/C : Rasio penerimaan terhadap biaya produksi Rtr : Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan Rtc : Rasio biaya transaksi terhadap total biaya

Usahatani dikategorikan efisien jika memiliki nilai rasio R/C lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan uahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai rasio R/C lebih kecil dari satu berarti kegiatan usahatani yang dilakukan dikategorikan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu merugikan. Jika nilai rasio R/C sama dengan satu berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal.

Dalam analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan akan ditentukan besarnya penerimaan yang seharusnya dinikmati oleh petani dalam nilai rupiah. Semakin tinggi nilai rasio biaya transaksi terhadap penerimaan semakin tinggi pula transfer surplus dari penerimaan petani ke pihak lain. Sedangkan rasio biaya transaksi terhadap biaya total akan menunjukkan besar nilai rupiah yang dikeluarkan petani untuk membayar biaya transaksi. Semakin tinggi rasio biaya transaksi terhadap biaya total, semakin besar nilai rupiah yang dikeluarkan petani tidak mempengaruhi volume produksi yang dihasilkan.


(47)

24

4.5. Definisi Operasional

Untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka masing- masing variabel tersebut diberi batasan atau dioperasionalisasikan, sehingga dapat diketahui dengan jelas indikator pengukurannya. Variabel- variabel yang dioperasionalkan tersebut adalah :

Responden adalah petani yang mengusahakan padi sawah dengan status kepemilikan lahan milik luas dan sempit.

Petani pe milik lahan sempit adalah petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektar.

Petani pemilik lahan luas adalah petani yang memiliki lahan lebih dari sama dengan setengah hektar.

Produksi total adalah hasil padi dalam bentuk gabah kering panen yang diperoleh dari luas tertentu, diukur dalam kilogram (kg).

Biaya produksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli benih, pupuk, pestisida, sewa bajak, dan membayar upah tenaga kerja. Besarnya biaya produksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.

Biaya transaksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar ongkos transportasi, pajak bumi dan bangunan, pungutan iuran desa, serta nilai transfer surplus yang tidak diterima petani kepada pihak lain. Besarnya biaya transaksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.


(48)

25

Biaya total adalah penjumlahan dari biaya produksi dan biaya transaksi yang dikeluarkan tiap musim tanam. Besarnya biaya total diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dari produksi total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Besarnya penerimaan diukur dalam satuan rupiah.


(49)

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Letak Geografis dan Pe mbagian Administrasi

Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak lebih kurang 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 45 km dari ibukota kabupaten dan 141 dari Ibukota Propinsi Jawa Barat. Adapun wilayah yang berbatasan dengan Desa Ciarutun Udik adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea Sebelah Selatan : Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan Sebelah Timur : Desa Ciampea Udik, Kecamatan Ciampea Sebelah Barat : Desa Cimayang, Kecamatan Pamijahan

Secara topografi daerah ini didominasi oleh dataran berombak dengan ketinggian rata-rata 270 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 236 mm per tahun dengan suhu rata-rata 24º C. dengan kondisi tersebut Desa Ciaruteun Udik cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Desa Ciaruteun Udik yang digunakan untuk lahan pertanian atau sawah seluas 169,11 hektar atau sebesar 81,24 persen dari luas total. Penggunaan lahan yang lain adalah pemukiman 32 hektar atau 15,37 persen, dan empang/kolam 4 hektar atau sebesar 1,92 persenSecara rinci informasi penggunaan lahan Desa Ciaruteun Udik dapat dilihat pada Tabel 2.


(50)

27

Tabel 2. Luas Lahan Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Penggunaannya Tahun 2009

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Persawahan 169,11 81,24

2 Pemukiman 32,00 15,37

3 Tegalan/kebun 1,00 0,48

4 Empang/kolam 4,00 1,92

5 Lapangan olah raga 0,05 0,02

6 Pekuburan 2,00 0,96

Total 208,16 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk Desa Ciaruteun Udik berjumlah 7.169 jiwa yang terdiri dari 3.687 orang laki- laki dan 3.482 orang perempuan dengan 1.922 kepala keluarga. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur empat puluh tahun ke atas sebanyak 1.748 orang atau sebesar 24,38 persen dan pada kelompok umur 0 – 4 tahun 1045 orang atau sebesar 14,58 persen. Komposisi penduduk Desa Ciaruteun Udik menurut kelompok umur pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 00 – 04 1.045 14,58

2 05 – 09 726 10,13

3 10 – 14 730 10,18

4 15 – 19 755 10,53

5 20 – 24 719 10,03

6 25 – 29 650 9,07

7 30 – 34 501 6,99

8 35 – 39 295 4,11

9 ≥ 40 1.748 24,38

Total 7.169 100,00


(51)

28

Tingkat penddidikan masyarakat di Desa Ciaruteun Udik tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah sebanyak 2.120 orang atau sebesar 29,57 persen. Penduduk yang tamat SD sebanyak 1021 orang atau sebesar 14,24 persen dan penduduk yang tamat SLTP sebanyak 1.918 orang atau sebesar 26,75 persen. Sedangkan penduduk yang dapat meraih pendidikan sampai jenjang tingkat SLTA, akademi dan perguruan tinggi 1.065 orang atau sebesar 14,86 persen. Komposisi penduduk Desa Ciaruteun Udik berdasarkan pendidikan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Belum sekolah 1.045 14,58

2 Tidak tamat sekolah 2.120 29,57

3 Tamat SD/sederajat 1.021 14,24

4 Tamat SLTP/sederajat 1.918 26,75

5

Tamat SLTA/sederajat

1.065 14,86

Tamat akademi/sederajat Tamat perguruan tinggi/sedrajat

Total 7.169 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009

Dilihat dari sumber mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Desa Ciaruteun Udik berprofesi menjadi petani 362 orang atau sebesar 17,49 persen dan buruh tani sebanyak 648 orang atau sebesar 31,31 persen. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani dan petani ini disebabkan karena sebagian besar lahan digunakan sebagai persawahan. Berdasarkan penggunaan lahan di Desa Ciaruteun Udik, lahan yang dijadikan persawahan seluas169,11 hektar atau sebesar 81,24 persen dari


(1)

55

Petani Pemilik Lahan Sempit

Nama Umur

(tahun)

Tingkat Pendidikan

Pengalaman Berusahatani (tahun)

Luas Lahan (m2)

Pajak Lahan (Rp)

Pungutan Iuran Desa (Rp)

Panen (kg)

Penerimaan (Rp)

Ibu Narsih 47 SD 5 700,00 6.000,00 3.333,33 250,00 500.000,00

RT Enoh 50 Tidak Tamat SD 5 900,00 11.666,67 11.666,67 600,00 1.200.000,00

Pak Suman 50 SD 3 1.000,00 9.000,00 9.000,00 1.125,00 2.250.000,00

Ibu Aisyah 58 Tidak Tamat SD 33 1.229,26 11.063,33 6.666,67 600,00 1.200.000,00 Pak Sanam 51 SD 6 1.600,00 14.400,00 14.400,00 1.500,00 3.000.000,00 Pak Waca 45 SMA 14 1.714,29 15.428,57 15.428,57 750,00 1.500.000,00 Pak Saud 65 SMA 14 2.000,00 18.000,00 18.000,00 500,00 1.000.000,00

Anis 43 SMA 12 2.500,00 22.500,00 22.500,00 1.000,00 2.000.000,00

Pak Mudin 60 SD 20 2.500,00 22.500,00 22.500,00 1.000,00 2.000.000,00 Pak Ajid 50 SD 13 2.500,00 22.500,00 22.500,00 1.875,00 3.750.000,00 Pak Daming 50 Tidak Tamat SD 20 3.000,00 27.000,00 27.000,00 2.812,50 5.625.000,00 Pak Isa Ansori 60 SMP 4 3.148,15 28.333,33 28.333,33 1.500,00 3.000.000,00 Pak Kosim 64 SMA 42 4.000,00 36.000,00 18.000,00 1.500,00 3.000.000,00 H. Samsudin 53 SD 30 1.000,00 9.000,00 9.000,00 600,00 1.200.000,00

Pak Tatang 58 SD 8 1.042,00 9.378,00 9.378,00 200,00 400.000,00

Pak Idis 40 SD 19 1.500,00 13.500,00 8.166,67 1.000,00 2.000.000,00 Pak Abas 50 SD 10 1.600,00 14.400,00 8.333,33 1.875,00 3.750.000,00 Pak Basir 58 SD 24 3.000,00 27.000,00 27.000,00 2.000,00 4.000.000,00 Pak Dayat 59 Tidak Tamat SD 9 3.000,00 27.000,00 19.666,67 937,50 1.875.000,00 Pak Wahyudin 47 SMP 7 4.800,00 51.533,33 26.666,67 625,00 1.250.000,00 Rata-rata 2.136,68 19.810,16 16.377,00 1.112,50 2.225.000,00


(2)

56

Petani Pemilik Lahan Luas

Nama Umur

(tahun)

Tingkat Pendidikan

Pengalaman Berusahatani (tahun)

Luas Lahan (m2)

Pajak Lahan (Rp)

Pungutan Iuran Desa (Rp)

Panen (kg)

Penerimaan (Rp) Pak Khotib 67 SMP 5 5.000,00 45.000,00 22.500,00 3.750,00 7.500.000,00 H. Ahyar 48 Perguruan Tinggi 21 10.000,00 90.000,00 45.000,00 6.000,00 12.000.000,00

H. Tabri 66 SD 39 5.000,00 45.000,00 22.500,00 2.000,00 4.000.000,00

Pak Ustad 38 SD 3 5.500,00 49.500,00 24.750,00 2.062,50 4.125.000,00

Pak Jajat 36 SMA 1 10.000,00 90.000,00 45.000,00 1.250,00 2.500.000,00 Pak Mugni 70 SD 49 10.000,00 90.000,00 45.000,00 7.500,00 15.000.000,00

Pak Saja 63 SD 55 10.000,00 90.000,00 45.000,00 2.000,00 4.000.000,00

H. Ganda 62 Perguruan Tinggi 30 10.000,00 90.000,00 45.000,00 5.000,00 10.000.000,00 H. Ujang Kardi 63 SD 9 15.000,00 135.000,00 67.500,00 6.000,00 12.000.000,00 Pak H. Rowi 70 Tidak Tamat SD 20 5.000,00 45.000,00 40.300,00 2.400,00 4.800.000,00

Pak Idis 40 SD 19 6.000,00 54.000,00 27.000,00 3.000,00 6.000.000,00

Pak Mad Sari 57 SD 3 6.000,00 54.000,00 27.000,00 2.000,00 4.000.000,00 Pak Iyas 57 SD 30 10.000,00 90.000,00 45.000,00 5.000,00 10.000.000,00 Pak Saman 55 SMP 35 10.000,00 90.000,00 45.000,00 2.500,00 5.000.000,00 Pak Dasim 70 Tidak Tamat SD 49 10.000,00 90.000,00 45.000,00 5.000,00 10.000.000,00 Pak H. Amat 60 SD 33 10.000,00 90.000,00 45.000,00 5.000,00 10.000.000,00 Pak H. Mardi 62 Tidak Tamat SD 35 10.000,00 90.000,00 45.000,00 3.000,00 6.000.000,00 Pak Mus 67 Tidak Tamat SD 40 10.000,00 90.000,00 45.000,00 2.000,00 4.000.000,00 Pak H. Jarnoji 60 SD 20 15.000,00 135.000,00 67.500,00 8.375,00 16.750.000,00 Pak Abdurohman 40 SD 20 15.545,56 139.910,00 66.666,67 3.000,00 6.000.000,00 Rata-rata 9.402,28 84.620,50 43.035,83 3.841,88 7.683.750,00


(3)

57

Petani Pemilik Lahan Sempit

Nama Menyewa

Bajak (hari/MT)

Pengolahan Tanah (HOK/MT)

Penggunaan Benih (kg/MT)

Penanaman Bibit (HOK/MT)

Pemupukkan (HOK/MT)

Pemeliharaan (HOK/MT)

Pemanenan (HOK/MT)

Ibu Narsih - - 8,00 - 1,41 - -

RT Enoh 4,00 2,50 5,00 - - - -

Pak Suman 4,00 2,50 7,00 2,50 - - 0,50

Ibu Aisyah 3,00 3,75 15,00 7,50 - 3,75 1,50

Pak Sanam 4,00 5,00 10,00 3,75 - 1,88 1,50

Pak Waca 4,00 5,00 7,00 7,50 - 3,75 1,50

Pak Saud 4,00 7,50 6,00 5,00 - 5,00 1,00

Anis 4,00 7,50 20,00 5,63 - 1,88 1,13

Pak Mudin 8,00 5,00 30,00 - - - -

Pak Ajid 4,00 5,00 10,00 6,25 - 3,13 1,88

Pak Daming 10,00 6,25 17,00 13,75 - 13,75 2,75

Pak Isa Ansori 6,00 7,50 15,00 7,50 4,38 3,75 1,50

Pak Kosim 6,00 3,75 22,00 7,50 - 7,50 1,50

H. Samsudin - 3,75 5,00 2,50 - 1,25 0,50

Pak Tatang 2,00 1,25 10,00 1,25 - 1,25 0,25

Pak Idis 2,00 3,75 10,00 6,25 1,88 3,13 1,25

Pak Abas 12,00 22,50 25,00 2,50 - - 0,50

Pak Basir 5,00 9,38 10,00 8,75 - 4,38 3,50

Pak Dayat 3,00 1,88 15,00 3,75 - 3,75 0,75

Pak Wahyudin 12,00 15,00 25,00 7,50 - - 1,50


(4)

58

Petani Pemilik Lahan Luas

Nama Menyewa

Bajak (hari/MT)

Pengolahan Tanah (HOK/MT)

Penggunaan Benih (kg/MT)

Penanaman Bibit (HOK/MT)

Pemupukkan (HOK/MT)

Pemeliharaan (HOK/MT)

Pemanenan (HOK/MT)

Pak Khotib 10,00 12,50 20,00 12,50 5,63 6,25 3,75

H. Ahyar 16,00 20,00 40,00 37,50 - 6,25 7,50

H. Tabri 8,00 5,00 30,00 11,25 - 3,75 3,00

Pak Ustad 9,00 16,88 22,00 3,75 4,69 3,75 1,13

Pak Jajat 10,00 18,75 40,00 30,63 - - 4,38

Pak Mugni 10,00 25,00 30,00 21,88 1,88 4,38 4,38

Pak Saja 16,00 30,00 40,00 21,88 2,50 6,25 4,38

H. Ganda 6,00 11,25 50,00 30,00 - 30,00 21,00

H. Ujang Kardi 20,00 37,50 37,50 25,00 - 12,50 10,00

Pak H. Rowi 10,00 18,75 30,00 3,13 - 3,13 0,63

Pak Idis 4,00 7,50 40,00 11,25 - 3,75 2,25

Pak Mad Sari 8,00 5,00 25,00 21,88 - 3,13 4,38

Pak Iyas 11,00 20,63 40,00 15,00 3,75 11,25 2,25

Pak Saman 20,00 37,50 20,00 33,75 - 11,25 6,75

Pak Dasim 16,00 10,00 40,00 18,75 - 9,38 3,75

Pak H. Amat 15,00 28,13 30,00 13,13 - 13,13 2,63

Pak H. Mardi 10,00 6,25 50,00 13,13 - - 2,63

Pak Mus 10,00 25,00 55,00 20,00 3,75 20,00 4,00

Pak H. Jarnoji 21,00 78,75 40,00 37,50 1,88 12,50 7,50

Pak Abdurohman 11,00 13,75 50,00 45,00 - 22,50 9,00


(5)

59

Petani Pemilik Lahan Sempit dalam satuan Rp/MT

Nama Trans por tasi

Input

Menye wa Bajak

Pengolahan Lahan

Pembelian Benih

Penanaman Pembelian

Pupuk

Pemupukkan Pemeliharaan Pembelian

Pestisida

Pemane nan

Ibu Narsih - - - 24.000,00 - 146.000,00 50.625,00 - 16.000,00 -

RT Enoh - 200.000,00 90.000,00 15.000,00 - 113.600,00 - - 40.000,00 -

Pak Su man 50.000,00 200.000,00 90.000,00 21.000,00 90.000,00 78.000,00 - - 13.000,00 18.000,00

Ibu Aisyah 38.000,00 150.000,00 135.000,00 45.000,00 270.000,00 142.000,00 - 135.000,00 20.000,00 54.000,00

Pak Sana m 6.000,00 200.000,00 180.000,00 30.000,00 135.000,00 183.000,00 - 67.500,00 11.000,00 54.000,00

Pak Waca 18.000,00 200.000,00 180.000,00 21.000,00 270.000,00 237.000,00 - 135.000,00 15.000,00 54.000,00

Pak Saud 32.000,00 200.000,00 270.000,00 18.000,00 180.000,00 184.000,00 - 180.000,00 76.000,00 36.000,00

Anis 45.000,00 200.000,00 270.000,00 60.000,00 202.500,00 320.000,00 - 67.500,00 35.000,00 40.500,00

Pak Mudin 4.500,00 400.000,00 180.000,00 90.000,00 - 99.000,00 - - 12.000,00 -

Pak A jid 33.000,00 200.000,00 180.000,00 30.000,00 225.000,00 245.000,00 - 112.500,00 41.500,00 67.500,00

Pak Da ming 220.000,00 500.000,00 225.000,00 51.000,00 495.000,00 260.000,00 - 495.000,00 30.000,00 99.000,00

Pak Isa Ansori 8.000,00 300.000,00 270.000,00 45.000,00 270.000,00 282.000,00 157.500,00 135.000,00 35.000,00 54.000,00

Pak Kosim 30.000,00 300.000,00 135.000,00 66.000,00 270.000,00 375.000,00 - 270.000,00 80.000,00 54.000,00

H. Sa msudin 18.000,00 - 135.000,00 15.000,00 90.000,00 86.000,00 - 45.000,00 126.000,00 18.000,00

Pak Tatang - 100.000,00 45.000,00 30.000,00 45.000,00 58.200,00 - 45.000,00 17.000,00 9.000,00

Pak Idis 6.750,00 100.000,00 135.000,00 30.000,00 225.000,00 267.500,00 67.500,00 112.500,00 12.000,00 45.000,00

Pak Abas 46.000,00 600.000,00 810.000,00 75.000,00 90.000,00 835.000,00 - - 84.000,00 18.000,00

Pak Basir 15.000,00 250.000,00 337.500,00 30.000,00 315.000,00 290.000,00 - 157.500,00 67.500,00 126.000,00

Pak Dayat - 150.000,00 67.500,00 45.000,00 135.000,00 103.350,00 - 135.000,00 29.500,00 27.000,00

Pak Wahyudin 17.000,00 600.000,00 540.000,00 75.000,00 270.000,00 580.000,00 - - 120.000,00 54.000,00


(6)

60

Petani Pemilik Lahan Luas dalam satuan Rp/MT

Nama Trans por tasi

Input

Menye wa Bajak

Pengolahan Lahan

Pembelian Benih

Penanaman Pembelian

Pupuk

Pemupukkan Pemeliharaan Pembelian

Pestisida

Pemane nan

Pak Khotib 79.000,00 500.000,00 450.000,00 60.000,00 450.000,00 445.000,00 202.500,00 225.000,00 34.000,00 135.000,00

H. Ahyar 20.000,00 800.000,00 720.000,00 120.000,00 1.350.000,00 880.000,00 - 225.000,00 120.000,00 270.000,00

H. Tabri 33.000,00 400.000,00 180.000,00 90.000,00 405.000,00 575.000,00 - 135.000,00 96.000,00 108.000,00

Pak Ustad - 450.000,00 607.500,00 66.000,00 135.000,00 390.000,00 168.750,00 135.000,00 20.000,00 40.500,00

Pak Jajat 16.000,00 500.000,00 675.000,00 120.000,00 1.102.500,00 342.000,00 - - 118.500,00 157.500,00

Pak Mugni 40.000,00 500.000,00 900.000,00 90.000,00 787.500,00 860.000,00 67.500,00 157.500,00 99.000,00 157.500,00

Pak Saja 20.000,00 800.000,00 1.080.000,00 120.000,00 787.500,00 1.770.000,00 90.000,00 225.000,00 99.000,00 157.500,00

H. Ganda 59.000,00 300.000,00 405.000,00 150.000,00 1.080.000,00 1.055.000,00 - 1.080.000,00 60.000,00 756.000,00

H. Ujang Kard i 152.500,00 1.000.000,00 1.350.000,00 112.500,00 900.000,00 990.000,00 - 450.000,00 36.000,00 360.000,00

Pak H. Rowi 18.000,00 500.000,00 675.000,00 90.000,00 112.500,00 670.000,00 - 112.500,00 60.000,00 22.500,00

Pak Idis 6.750,00 200.000,00 270.000,00 120.000,00 405.000,00 600.000,00 - 135.000,00 36.000,00 81.000,00

Pak Mad Sari 4.500,00 400.000,00 180.000,00 75.000,00 787.500,00 330.000,00 - 112.500,00 22.500,00 157.500,00

Pak Iyas 44.000,00 550.000,00 742.500,00 120.000,00 540.000,00 2.380.000,00 135.000,00 405.000,00 45.000,00 81.000,00

Pak Sa man 15.000,00 1.000.000,00 1.350.000,00 60.000,00 1.215.000,00 280.000,00 - 405.000,00 - 243.000,00

Pak Dasim - 800.000,00 360.000,00 120.000,00 675.000,00 1.320.000,00 - 337.500,00 48.000,00 135.000,00

Pak H. A mat 82.000,00 750.000,00 1.012.500,00 90.000,00 472.500,00 620.000,00 - 472.500,00 65.000,00 94.500,00

Pak H. Mardi 28.000,00 500.000,00 225.000,00 150.000,00 472.500,00 980.000,00 - - 100.000,00 94.500,00

Pak Mus 20.000,00 500.000,00 900.000,00 165.000,00 720.000,00 380.000,00 135.000,00 720.000,00 37.000,00 144.000,00

Pak H. Jarnoji 23.500,00 1.050.000,00 2.835.000,00 120.000,00 1.350.000,00 596.000,00 67.500,00 450.000,00 40.000,00 270.000,00

Pak Abdurohman 9.000,00 550.000,00 495.000,00 150.000,00 1.620.000,00 380.000,00 - 810.000,00 87.000,00 324.000,00