Metode Pengambilan Data Definisi Operasional

4.2. Jenis dan Sumbe r Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan bantuan kuisioner. Data primer yang diambil meliputi data pemakaian faktor-faktor produksi, biaya penggunaan faktor- faktor produksi, biaya transaksi, output yang dihasilkan, harga jual, karakteristik petani, dan karakteristik usahataninya. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang dikumpulkan melalui studi pustaka seperti buku, literatur- literatur, sumber bacaan lain, maupun media elektronik internet yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, didukung data dari kantor desa, kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian, serta instansi lainnya yang terkait denga n penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah petani di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jumlah responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak empat puluh orang, yaitu petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas yang masing- masing berjumlah dua puluh orang. Metode pemilihan responden petani dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik.

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum usa hatani padi sawah di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, sehingga dapat diketahui karakterisitik petani. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan, analisis biaya produksi, analisis biaya transaksi, analisis rasio penerimaan terhadap biaya, analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan analisis rasio biaya transaksi terhadap biaya total. Data yang diperoleh diolah dan disederhanakan dengan bantuan kalkulator dan komputer serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan

Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi usahatani tertentu yang dinyatakan dalam nilai tertentu. Biaya yang digunakan dalam usahatani meliputi biaya pembelian benih C 1 , pupuk C 2 , pestisida C 3 , upah tenaga kerja C 4 , sewa peralatan bajak C 5 . Persamaan sederhana untuk biaya produksi padi adalah : TC = C i Masing- masing komponen biaya produksi memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap total biaya produksi. Kontribusi tersebut dilihat berdasarkan rasio masing- masing komponen input terhadap total biaya produksi TC yang dihitung dengan cara : c i = C i TC ; c i = 1 Selain rasio komponen input terhadap total biaya produksi, juga dilakukan analisis biaya rata-rata average cost yang dihitung dengan rumus : AC = TC Q Penerimaan usahatani revenue adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam satu periode tertentu musim tanam kegiatan usaha. Adapun rumusnya sebagai berikut : R = Q × P Keterangan : R : Penerimaan revenue usahatani Rupiah Q : Produksi total quantity, kg P : Harga jual price produk per unit Rupiahkg TC : Total biaya produksi total cost usahatani Rupiah C i : Komponen biaya produksi cost usahatani Rupiah AC : Rata-rata biaya produksi average cost usahatani Rupiahkg

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi

Secara umum menurut North Thomas 1973 dalam Anggraini 2005 biaya transaksi Transaction Cost mencakup biaya pencarian search costs, yaitu biaya untuk mendapatkan informasi pasar Z 1 ; biaya negoisasi negotiation costs, yaitu biaya merundingkan syarat-syarat suatu transaksipertukaran costs of negotiating the terms od exchange Z 2 ; dan biaya pelaksanaan enforcement costs, yaitu biaya untuk melaksanakan suatu kontraktransaksi costs of enforcing the contract Z 3 . Beberapa literatur juga memasukkan biaya strategis, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai akibat kepemilikan informasi, kekuasaan dan sumber daya yang tidak sepadan di antara pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai aktivitas oportunistis atau free riding, rent seeking, dan corruption Z 4 . Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi TrC adalah : TrC = Z i Keterangan : TrC : Total biaya transaksi Rupiahmusim Z i : Komponen biaya transaksi Rupiah

4.4.3. Analisis Efisiensi

Analisis rasio penerimaan revenue dan total biaya produksi cost atau analisis rasio RC adalah perbandingan antara jumlah penerimaan dengan pengeluaran totalnya. Hal ini menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar nilai rasio RC makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut : RC = R TC Di samping itu, tingkat efisiensi ekonomi petani dapat dilihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan. Hal ini dapat menunjukkan betapa besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain. Makin kecil nilai rasio Rtr makin baik proses usahatani. Rasio biaya transaksi dan penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus : Rtr = TrC R Sedangkan untuk menentukan besarnya proporsi biaya transaksi terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan produksi, maka dihitung proporsi biaya transaksi terhadap biaya total penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi dengan menggunakan rumus : Rtc = TrC TC + TrC Keterangan : RC : Rasio penerimaan terhadap biaya produksi Rtr : Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan Rtc : Rasio biaya transaksi terhadap total biaya Usahatani dikategorikan efisien jika memiliki nilai rasio RC lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan uahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai rasio RC lebih kecil dari satu berarti kegiatan usahatani yang dilakukan dikategorikan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu merugikan. Jika nilai rasio RC sama dengan satu berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. Dalam analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan akan ditentukan besarnya penerimaan yang seharusnya dinikmati oleh petani dalam nilai rupiah. Semakin tinggi nilai rasio biaya transaksi terhadap penerimaan semakin tinggi pula transfer surplus dari penerimaan petani ke pihak lain. Sedangkan rasio biaya transaksi terhadap biaya total akan menunjukkan besar nilai rupiah yang dikeluarkan petani untuk membayar biaya transaksi. Semakin tinggi rasio biaya transaksi terhadap biaya total, semakin besar nilai rupiah yang dikeluarkan petani tidak mempengaruhi volume produksi yang dihasilkan.

4.5. Definisi Operasional

Untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka masing- masing variabel tersebut diberi batasan atau dioperasionalisasikan, sehingga dapat diketahui dengan jelas indikator pengukurannya. Variabel- variabel yang dioperasionalkan tersebut adalah :  Responden adalah petani yang mengusahakan padi sawah dengan status kepemilikan lahan milik luas dan sempit.  Petani pemilik lahan sempit adalah petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektar.  Petani pemilik lahan luas adalah petani yang memiliki lahan lebih dari sama dengan setengah hektar.  Produksi total adalah hasil padi dalam bentuk gabah kering panen yang diperoleh dari luas tertentu, diukur dalam kilogram kg.  Biaya produksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli benih, pupuk, pestisida, sewa bajak, dan membayar upah tenaga kerja. Besarnya biaya produksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.  Biaya transaksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar ongkos transportasi, pajak bumi dan bangunan, pungutan iuran desa, serta nilai transfer surplus yang tidak diterima petani kepada pihak lain. Besarnya biaya transaksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.  Biaya total adalah penjumlahan dari biaya produksi dan biaya transaksi yang dikeluarkan tiap musim tanam. Besarnya biaya total diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.  Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dari produksi total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Besarnya penerimaan diukur dalam satuan rupiah.

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Letak Geografis dan Pe mbagian Administrasi

Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak lebih kurang 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 45 km dari ibukota kabupaten dan 141 dari Ibukota Propinsi Jawa Barat. Adapun wilayah yang berbatasan dengan Desa Ciarutun Udik adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea Sebelah Selatan : Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan Sebelah Timur : Desa Ciampea Udik, Kecamatan Ciampea Sebelah Barat : Desa Cimayang, Kecamatan Pamijahan Secara topografi daerah ini didominasi oleh dataran berombak dengan ketinggian rata-rata 270 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 236 mm per tahun dengan suhu rata-rata 24º C. dengan kondisi tersebut Desa Ciaruteun Udik cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Desa Ciaruteun Udik yang digunakan untuk lahan pertanian atau sawah seluas 169,11 hektar atau sebesar 81,24 persen dari luas total. Penggunaan lahan yang lain adalah pemukiman 32 hektar atau 15,37 persen, dan empangkolam 4 hektar atau sebesar 1,92 persenSecara rinci informasi penggunaan lahan Desa Ciaruteun Udik dapat dilihat pada Tabel 2.