5.8 Wilayah Jelajah
Wilayah jelajah home range adalah luas areal yang digunakan suatu kelompok satwa dari suatu spesies dalam melakukan aktivitasnya pada kurun
waktu tertentu. Rowe 1996 mendefinisikan daerah jelajah sebagai estimasi pengunaan lahan oleh suatu kelompok pada kurun waktu tertentu. Owa jawa
sangat tergantung kepada daerah jelajah yang telah dikuasainya. Walaupun banyak mengalami gangguan, owa jawa akan tetap bertahan pada wilayah jelajah
yang telah dikuasainya tersebut, sehingga perilaku ini menyebabkan keberlangsungan hidup spesies tersebut mudah terancam jika mengalami
kerusakan Geissmann 2002. Setiap kelompok studi owa jawa di Citalahab memiliki wilayah jelajah
yang berbeda. Dengan banyaknya data yang dikumpulkan memungkinkan dilakukan pendugaan luas wilayah jelajah dengan metode Fixed Kernel FK.
Perhitungan dengan FK 95 memberikan rata-rata luas wilayah jelajah 50,27 ha
sedangkan dengan metode Minimum Convex Polygon MCP memberikan rata- rata luas wilayah jelajah sebesar 24,38 ha. Perkiraan ukuran wilayah jelajah
dengan metode FK memberikan hasil yang akurat namun membutuhkan sampel data yang besar Mitchell 2007.
Tabel 11. Luas wilayah jelajah kelompok studi owa jawa 2D dan 3D yang dianalisis berdasarkan Minimum Convex Polygon serta Fixed Kernel
Kelompok Studi Owa
Jawa N
data Posisi
Wilayah Jelajah MCP
100 Wilayah Jelajah
FK 95 Overlap MCP
100 Overlap FK
95 2D
ha 3D
ha 2D
ha 3D
ha 2D
ha 3D
ha 2D
ha 3D
ha
A 83
16,28 17,39
36,12 39,02
0,13 0,14
6,55 7,00
B 122
32,48 33,90
64,41 67,47
Rata-rata
24,38 25,65
50,27 53,25
Berdasarkan hasil perhitungan tiga dimensi dengan Digital Elevation Model DEM, luas wilayah jelajah kelompok studi memiliki rata
– rata sebesar 25,65 ha untuk hasil analisis dengan MCP dan sebesar 53,25 ha untuk hasil
analisis dengan FK 95. Sedangkan overlap yang muncul memiliki luas dugaan sebesar 0,14 ha untuk hasil analisis dengan MCP dan 7,00 ha untuk hasil analisis
dengan metode FK 95 Tabel 11. Hasil analisis tiga dimensi mempermudah dalam menduga luas wilayah jelajah serta overlap yang terjadi berdasarkan
keadaan yang sebenarnya di lapangan. Pendugaan wilayah jelajah owa jawa sangat dipengaruhi oleh lama
penelitian serta frekuensi pertemuan antara pengamat dengan owa jawa. Variasi yang terjadi dalam pendugaan wilayah jelajah bergantung pada lamanya
penelitian, serta waktu penelitian yang paling lama menghasilkan pendugaan wilayah jelajah yang paling beasr Singleton dan Schaik 2000.
Luas wilayah jelajah satwa sangat bervariasi, diantaranya tergantung pada kondisi sumberdaya lingkungan, aktivitas hubungan dengan pasangan dan ukuran
tubuh satwa Alikodra 2002. Wilayah jelajah kelompok B lebih luas daripada wilayah jelajah kelompok A. Hal tersebut diduga bahwa kondisi sumberdaya
lingkungan terutama pohon pakan yang terdapat dalam wilayah jelajah kelompok B lebih tersebar berjauhan dibandingkan pohon pakan pada wilayah jelajah
kelompok A. selain itu, ukuran kelompok B lebih besar yaitu sebanyak empat individu daripada ukuran kelompok A yaitu sebanyak tiga individu. Ukuran tubuh
setiap individu kelompok B lebih besar daripada ukuruan tubuh kelompok A. Wilayah jelajah dugaan kelompok A teramati berada pada daerah sekitar
jalur looptrail yang menghubungkan antara stasiun penelitian Cikaniki dengan enclave kampung Citalahab sentral. Pohon tempat aktivitas makan kelompok A
tersebar di beberapa lokasi yaitu di batas wilayah jelajah sekitar Hm 6 dan 7 looptrail, pinggir sungai, Hm 16 looptrail dan beberapa lokasi pohon pakan yang
tersebar di sekitar looptrail. Wilayah jelajah kelompok B memiliki luasan wilayah jelajah dugaan yang lebih luas daripada kelompok A. Pohon tempat
aktivitas makan kelompok B tersebar luas dalam wilayah jelajah dugaan sehingga kelompok B teramati lebih aktif bergerak dari pohon pakan satu ke pohon pakan
lainnya apabila dibandingkan dengan pergerakan kelompok A. Pada saat melakukan pergerakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
satu kelompok owa jawa bisa bergerak memasuki daerah jelajah kelompok lain. Pada satwa primate yang benar-benar mempertahankan teritori, kejadian
masuknya kelompok lain ke dalam wilayahnya akan dihindari, atau kalaupun terjadi, frekuensinya sangat rendah. Gambar 23 dan 24 memperlihatkan overlap
antara wilayah jelajah dugaan kelompok A dengan kelompok B. Berdasarkan hasil pengamatan, overlap terletak di daerah yang sering terjadinya konflik antara
kelompok A dengan kelompok B. Konflik antara kelompok A dengan kelompok B terletak disekitar Hm 14 dan teramati kurang lebih sebanyak tiga kali. Konflik
antara kelompok A dan kelompok B dalam daerah overlap terdeteksi saat terdengar suara song dari betina dewasa dari salah satu kelompok maupun dari
kedua kelompok tersebut. Pada kasus kelompok A dan kelompok B, betina dewasa dari kedua kelompok teramati satu kali tidak bersuara ketika terjadi
konflik. Jantan dewasa dan anggota kelompok lainnya hanya melakukan aktivitas mengancam seperti mengejar dan kemudian kembali lagi ke wilayah jelajahnya
masing-masing. Luas daerah overlap antar wilayah jelajah kelompok A dan kelompok B
dari hasil analisis dengan menggunakan metode MCP 100 dan FK 95 memiliki perbedaan. Daerah overlap dari hasil ananlisis dengan metode FK 95
menghasilkan luasan yang lebih besar daripada daerah overlap dari hasil analisis MCP 100. Hal ini dikarenakan, analisis dengan metode MCP 100 hanya
menghubungkan titik-titik terluar dari seluruh titik koordinat posisi owa jawa dan tidak mengkalkulasikan seluruh titik yang ada terutama untuk titik-titik yang
mengelompok pada suatu daerah tertentu. Sedangkan analisis dengan menggunakan metode FK 95, penentuan luas wilayah jelajah dengan
mempertimbangkan seluruh titik dan mengkalkulasikannya termasuk titik-titik yang mengelompok pada suatu daerah. Oleh karena itu, luas wilayah jelajah dan
overlap dengan menggunakan metode FK 95 hasilnya lebih besar dibandingkan dengan metode MCP 100.
Luas wilayah jelajah suatu kelompok owa jawa selain sebagai indikator ketersediaan sumber pakan dan tempat berlindung, dapat pula dimanfaatkan untuk
berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya, sehingga membuka peluang terbentuknya kelompok baru. Dengan demikian akan berpengaruh terhadap
komposisi suatu kelompok
Gambar 21 Bentuk wilayah jelajah owa jawa kelompok A yang dibangun dengan
metode MCP 100 dan FK 95.
Gambar 22 Bentuk wilayah jelajah owa jawa kelompok B yang dibangun dengan metode MCP 100 dan FK 95.
Gambar 23 Peta wilayah jelajah dua kelompok studi owa jawa berdasarkan MCP 100.
Gambar 24 Peta wilayah jelajah dua kelompok studi owa jawa berdasarkan FK 95.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tipe lokomotor yang memiliki frekuensi dan durasi terbesar pada kelompok
A secara berturut-turut yaitu tipe lokomotor berayun dan postur duduk sebesar 46,07
– 64,60 dan 72,78 – 84,12 serta 1,29 – 1,84 jam dan 8,73 – 10,90 jam. Sedangkan pada kelompok B frekuensi dan durasi terbedar
secara berturut-turut yaitu tipe aktivitas beristirahat sebesar 58,38 – 61,82
dan 75,17 – 79,33 serta 2,42 – 3,50 jam dan 4,94 – 13,10 jam.
2. Berdasarkan plot sample, pohon yang teridentifikasi yaitu sebanyak 47
individu pohon dari 24 jenis digunakan untuk lokomotor pergerakan owa jawa sedangkan pohon yang digunakan sebagai tempat postur owa jawa
adalah sebanyak enam belas jenis pohon yang sebagian besar merupakan pohon pakan. Penutupan tajuk pada salah satu plot sample menunjukan
bahwa sebagian besar areal plot sample memiliki persentase penutupan tajuk sebesar 62,2 . Fase pohon dalam plot sample dengan persentase terbesar
yaitu fase pohon masa datang yaitu sebesar 48,9 . 3.
Kelompok B memiliki rata-rata daily range dugaan sebesar 1.278,18 m atau 1,28 km sedangkan kelompok A memiliki rata-rata daily range dugaan
sebesar 641,96 m atau 0,641 km. Radius maksimum pada kelompok A
mencapai rata-rata 432,55 m sedangkan kelompok B mencapai rata-rata 532,73 m. Perbedaan lokasi tempat tidur night position shift pada kedua
kelompok studi owa mencapai rata-rata 397,90 m dan 343,90 m untuk kelompok B. Perhitungan dengan FK 95 memberikan rata-rata luas
wilayah jelajah 50,27 ha sedangkan dengan metode MCP 100 memberikan
rata-rata luas wilayah jelajah sebesar 24,38 ha. Analisis dengan Digital
Elevation Model DEM, luas wilayah jelajah kelompok studi memiliki rata – rata sebesar 25,65 ha untuk hasil analisis dengan MCP dan sebesar 53,25
ha untuk hasil analisis dengan FK 95. Sedangkan overlap yang muncul memiliki luas dugaan sebesar 0,14 ha untuk hasil analisis dengan MCP dan
7,00 ha untuk hasil analisis dengan metode FK 95.