4 Aktivitas sosial Tipe postur gantung
persentase lokomotor owa jawa pada saat aktivitas istirahat dari yang terbesar secara berturut-turut yaitu sebagai berikut brakhiasi 32,65 - 59,46 , berjalan
secara bipedal 17,65 - 46,94, memanjat 5,41 - 17,65 dan melompat 0,00 - 14,71 Gambar 11.
Aktivitas istirahat panjang tidur pada dua group studi penelitian berbeda baik dalam pola waktu aktivitas maupun durasi waktu. Kelompok A biasanya
melakukan aktivitas istirahat panjang pada pukul 16.00 – 17.00 WIB sedangkan
kelompok B pada pukul 17.00 – 18.00 WIB. Durasi waktu aktivitas istirahat
panjang tidur kelompok A lebih panjang daripada kelompok B. Pada saat melakukan aktivitas istirahat baik tipe istirahat pendek maupun
tipe istirahat panjang tidur sebagian besar dilakukan pada kanopi tengah dengan kondisi tajuk tertutup. Pada saat istirahat pendek hal tersebut diduga agar owa
jawa dapat terlindung dari sengatan matahari dan air hujan sedangkan pada istirahat panjang tidur agar owa jawa dapat terhindar dari angin kencang dan
bahaya predator.
a b
Gambar 15 Postur aktivitas istirahat a duduk jantan dewasa, b duduk anakan.
5. 5.4 Aktivitas sosial
Menurut Soeratmo 1979, hubungan sosial secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yaitu hubungan sosial satwa dalam spesies yang sama
intraspesific relationship dan hubungan sosial satwa dalam spesies yang berbeda interspesific relationship. Kedua jenis hubungan sosial tersebut dapat terjadi
pada kelompok satwa karena terdapat bentuk-bentuk komunikasi antar anggota kelompok. Kemampuan berkomunikasi pada satwa dipengaruhi oleh tanda dapat
dikirim tiap individu dan kemudian individu lain menangkap atau menerima tanda tersebut.
Aktivitas sosial memiliki proporsi persentase sebesar 3,64 dari seluruh aktivitas harian utama yang dilakukan owa jawa. Aktivitas sosial yang berhasil
diamati pada dua kelompok studi owa jawa yaitu aktivitas bermain, berkutu- kutuan, berkelahi, kopulasi dan bersuara. Aktivitas berkutu-kutuan grooming
merupakan tipe aktivitas sosial yang sering terlimat selama waktu pengamatan. Terdapat beberapa aktivitas sosial owa jawa yang dilakukan untuk memperkuat
interaksi baik antar individu maupun kelompok yaitu sebagai berikut : 1.
Bermain playing Aktivitas bermain biasanya dilakukan oleh individu muda anakan dan bayi.
Tipe perilaku sosial bermain biasanya berupa pergerakan bergulat antar dua individu, saling kejar-kejaran, dewasa memegang tungkai belakang anakan dan
berayun dari satu cabang pohon ke cabang pohon lain. Persentase perilaku sosial bermain yang dilakukan kelompok owa jawa yaitu sebesar 0,54 .
2. Berkelahi agonistic
Perilaku agonistik merupakan perilaku sosial antar kelompok dengan tujuan umum untuk memperebutkan wilayah teritori dan sumber pakan yang ada yang
biasanya terjadi pada wilayah overlap teritori antar kelompok. Perilaku ini biasanya berlangsung dengan durasi yang cukup lama. Persentase perilaku sosial
agonistik yang dilakukan kelompok owa jawa yaitu sebesar 0,98 . 3.
Berkutu-kutuan grooming Menelisik grooming adalah kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau
parasit dari permukaan kulit dan rambut. Menelisik memiliki fungsi ganda yaitu fungsi kesehatan dan fungsi sosial. Bagi primata, menelisik merupakan bentuk
komunikasi yaitu komunikasi dengan sentuhan Napier dan Napier 1985. Menelisik yang termasuk ke dalam aktivitas sosial yaitu tipe menelisik
berpasangan allogrooming. Pada allogrooming terdapat peran sebagai pelaku dan penerima selisik, peran tersebut dapat berubah setiap saat dan dapat ditukar.
Betina biasanya lebih sering menelisik anaknya karena hubungan kekerabatan yang kuat antara ibu dan anak. Ikatan sosial yang kuat antara betina meningkatkan
frekuensi menelisik Cooper dan Bernstein diacu dalam Nugraha 2006.
Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas sosial menelisik dilakukan dengan postur duduk dan berbaring. Frekuensi postur duduk lebih dominan dan sering dilakukan
pelaku dan penerima selisik. Aktivitas ini memiliki persentase sebesar 1,76.
Gambar 16 Postur allogrooming jantan dan betina dewasa.
4. Bersuara calling
Aktivitas bersuara pada owa jawa merupakan salah satu cara berkomunikasi yang berfungsi untuk menyatakan lokasi keberadaan satu kelompok kepada
kelompok lain dengan jarak yang berdekatan agar menjauh, hal ini berkaitan dengan usaha menghindari konflik atau kontak langsung antar kelompok. Selain
itu, aktivitas bersuara merupakan tanda kepemilikan suatu sumber pakan yang tersedia.
Pada kelompok studi, total suara yang diperoleh adalah sebanyak 3 suara selama satu bulan pengamatan dengan persentase sebesar 0,2 dari seluruh total
aktivitas harian owa jawa. Selama waktu pengamatan, kelompok studi owa jawa jarang mengeluarkan suara meskipun pada saat perilaku agonistik dengan
kelompok lain. Frekuensi bersuara kelompok B adalah sebanyak 2 kali selama waktu pengamatan sedangkan kelompok A adalah sebanyak satu kali selama
pengamatan. Postur owa jawa ketika melakukan aktivitas bersuara cenderung dalam sikap tubuh duduk.
Kondisi ini berbeda dengan hasil penelitian Oktaviani 2007 yang menyatakan bahwa dalam satu hari pengamatan owa jawa kelompok A lebih
sering mengeluarkan suara dibandingkan dengan kelompok B dengan frekuensi bersuara tertinggi dalam satu hari bisa mencapai 3
– 4 kali. Hal tersebut diduga bahwa selain jumlah komposisi kelompok studi yang berbeda juga karena kondisi
habitat yang sudah berubah. Chivers 1980 dalam Oktaviani 2007 menyatakan bahwa adanya gangguan dari faktor luar seperti pembalakan akan berdampak
terhadap intensitas perilaku bersuara owa jawa yang akan semakin jarang dilakukan. Persentase perilaku sosial bersuara yang dilakukan kelompok Owa
Jawa yaitu sebesar 0,27 . 5.
Kawin mating Perilaku seksual mating behavior pada kelompok studi hanya ditemukan
pada kelompok B dengan frekuensi sebanyak 2 kali selama waktu sebulan pengamatan. Persentase perilaku kawin yaitu sebesar 0,025 dari seluruh
aktivitas harian. Perilaku ini biasanya diawali dengan betina dewasa bergerak kedepan jantan dewasa kemudian duduk memunggungi jantan dewasa dengan
kedua tungkai depan menempel pada ranting dan mencondongkan bokongnya ke belakang. Kemudian, jantan dewasa bergerak menghadap punggung betina
dewasa dan terjadilah kopulasi. Durasi perilaku kawin tidak lama hanya berkisar selama 5
– 10 detik. Persentase perilaku sosial kawin yang dilakukan kelompok owa jawa yaitu sebesar 0,09 .