dengan pola perkawinan ini adalah owa jawa. Berbeda hal nya dengan owa jawa terdapat jenis primata lain yang hidup dalam kelompok besar seperti bekantan,
simpai dengan pola perkawinan harem satu jantan dengan banyak betina atau banyak jantan dengan banyak betina seperti pada Macaca fascicularis. Bentuk
pengkayaan yang menempatkan individu-individu dalam satu kandang yang sama atau penempatan boneka indukan betina bagi bayi primata yang kehilangan induk
betinanya merupakan suatu bentuk pengkayaan sosial yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi kandang yang hampir mirip dengan kondisi alaminya
sehingga berbagai aktivitas sosial seperti bermain, kawin, memelihara dan meminta dipelihara termasuk didalamnya grooming dapat dilakukan oleh
individu-individu dalam kelompok tersebut.
2.1. 5 Perilaku lokomotor dan postur
Kata lokomotor merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris yaitu locomotion yang berarti pergerakan. Locomotion behavior secara bahasa memiliki
makna perilaku bergerak. Perilaku bergerak pada satwaliar dapat meliputi pergerakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan pergerakan anggota
tubuh dalam mendukung setiap aktivitasnya. Lokomotor dan postur setiap aktivitas satwa terdiri atas Gebo Chapman
1991 dengan modifikasi : 1.
Lokomotor, meliputi : Quadrapedalism
: Keempat tungkai satwa bergerak secara umum diatas suatu tempat pendukung seperti tanah,
ranting, batang, dan kanopi pohon termasuk pergerakan berjalan, berlari, dan mencongak.
Melompat Leaping : Pergerakan melompat pada satwa meliputi berdiri quadrapedal kemudian melompat, atau memompa
badan ke atas dan ke bawah sebelum melompat, melekatkan badan secara vertikal kemudian
melompat, dan berlari quadrapedal kemudian melompat. Menjatuhkan diri dari ranting tidak
termasuk kedalam perilaku melompat.
Memanjat Climbing : Pergerakan vertikal baik ke atas maupun ke bawah secara bertahap. Gerakan naik atau turun
secara vertikal atau curam cenderung melalui dukungan kecil tidak teratur dan saling terkait;
empat kaki bergerak dalam pola yang sering tidak teratur dengan lengan dan lutut dengan
variabel posisi tangan dan kaki; lengan yang digunakan untuk menarik tubuh sementara kaki
bergantian mendorong tubuh ke atas atau ke depan.
Berayun brachiasi : Gerakan mengayunkan badan dengan tangan menempel ke ranting-ranting pohon dapat
bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya. Lainnya, meliputi
: Bipedalism, satwa
bergerak dengan
menggunakan kedua tungkai belakangnya 2.
Postur Posisional, meliputi : Duduk Sitting
: Satwa duduk dengan menyandarkan bahu dan tangan menekuk kedepan, kaki mendekati tubuh
dan memegang ranting. Kaki menekuk tajam dan mendekatkan lutut mereka ke dagu dan kedua
tangan melipat di atas lutut dan kepala disembunyikan diantara lutut dan dada.
Berdiri Standing : Satwa berdiri dengan menggunakan keempat
tungkai nya. Berbaring Reclining : Posisi satwa berbaring baik telentang, telengkup,
dan memiringkan sisi badan. Bergantung
: Satwa memegang dari bawah ranting pohon dengan menggunakan tungkainya baik dengan
tungkai depan maupun tungkai belakang tanpa pijakan apapun pada tungkai pada posisi di
bawah.
Menurut Kartono et. al. 2002, pergerakan yang dilakukan oleh owa jawa terdiri atas: brakhiasi, berjalan secara bipedal, memanjat secara quadropedal,
melompat dan mamanjat melalui akar atau liana serta menjatuhkan diri dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah.
Proporsi masing-masing bentuk pergerakan yang dilakukan oleh owa jawa rehabilitan adalah sebagai berikut: berayun brachiasi 38,9
– 49,2, lompat leaping 30,9
– 41,1, manjat climbing 15,7 – 18,8, dan bipedal 2,4 - 4 sedangkan proporsi bentuk aktivitas istirahat adalah duduk 97,1
– 97,8 dan berbaring 2,2
– 2,8 Ario 2010. Pada saat melakukan aktivitas harian, owa jawa lebih bersifat arboreal dan
jarang turun ke tanah. Pergerakan dari pohon ke pohon dilakukan dengan cara bergelayutan atau brakhiasi. Pohon yang tinggi dapat digunakan untuk
bergelayutan, berpindah tempat, tidur, menelisik grooming antara jantan dan betina atau antara induk betina dan anaknya serta mencari makan Supriatna
Wahyono 2000. Menurut Iskandar 2007, aktivitas pergerakan dilakukan terutama
bertujuan untuk mencari sumber pakan. Mengingat sebaran sumber pakan owa yang lebih banyak mengkonsumsi daun,di hutan rasamala Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango tersebar merata, maka kelompok tersebut tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh. Selain itu, pakan daun memerlukan waktu lebih
lama untuk dicerna dibandingkan dengan buah, sehingga mengurangi aktivitas pergerakan merupakan pilihan strategi dalam menyikapi sedikitnya pilihan
sumber pakan buah dan untuk menghemat energi.
2.1. 6 Profil dan arsitektur pohon