adalah kandungan emas dan perak. Biji emas dan perak mungkin terangkat pada saat timbulnya kubah bawah pertama yang menghasilkan retakan-retakan
tegangan yang kemudian terisi oleh batuan kwarsa, seperti yang ditemukan di DAS Ciburial dan Cihara.
Kawasan ini terdiri atas 12 tipe tanah yang digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu andosol dan latosol. Untuk tujuan pertanian, tanah di kawasan
Gunung Halimun mempunyai kesuburan kimiawi yang minim sampai cukup, namun sifat-sifat fisiknya cukup bagus. Tanah dan batuannya memiliki tingkat
porositas dan permeabilitas yang baik sebagai daerah tangkapan air. Tanah di kawasan ini peka erosi dengan tekstur tanah umumnya didominasi oleh partikel
debu yang mudah tercuci. Sifat-sifat tanah juga menunjukan sifat vulkanik tua. Perkembangan tanah menunjukan adanya evolusi tanah dari vulkanik tua yang
sebenarnya sedang mengalami proses transisi dari andosol dan latosol.
4.4 Topografi
Kawasan ini merupakan daerah pegunungan tinggi, terdiri dari perbukitan dengan variasi kelerengan lebih dari 45 75,7, bergelombang 50 dan bentuk
curam berbatu 35. Kawasan ini memiliki ketinggian antara 1000-14000 mdpl, Gunung Halimun ± 1.929 mdpl, Gunung Sanggabuana ± 1.919 m. Dpl
4. 5 Iklim
Berdasarkan data lima tahun terakhir 1992-1996 yang diperoleh dari Stasiun Pengamatan Curah Hujan Wanayasa, curah hujan di kawasan dan
sekitarnya tercatat 4000 –6000 mm per tahun, yang jika dikonversi pada klasifikasi
iklim menurut Schmidt dan Ferguson, termasuk tipe iklim A. Bulan basah terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Juni dan bulan Juli sampai September.
Kelembaban berkisar 5-6 dengan Temperatur : 20° C-30° C.
4. 6 Ekosistem
Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan kawasan yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis yang masih baik kondisinya. Kawasan ini
merupakan habitat terbaik bagi satwa langka Elang Jawa Spizaetus bartelsi.
Tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak meliputi : 1.
Ekosistem hutan hujan tropis pegunungan zona collin 2.
Ekosistem hutan hujan tropis pegunungan zona sub montana 3.
Ekosistem hutan hujan tropis pegunungan zona montana
4.7 Fauna
Beberapa jenis fauna yang ditemui di kawasan taman nasional ini, yaitu :
Mamalia: Owa jawa Hylobates moloch, surili Presbytis comata, lutung
budeng Trachypithecus auratus, kancil Tragulus javanicus, kijang Muntiacus muntjak, , macan tutul Panthera pardus, dan anjing hutan Cuon alpinus.
Burung ; terdapat kurang lebih 204 jenis burung dan 90 jenis diantaranya
merupakan burung yang menetap serta 35 jenis merupakan jenis endemik Jawa termasuk burung elang jawa Spizaetus bartelsi cukup banyak dijumpai disini.
Selain itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung cica matahari Crocias albonotatus dan burung poksai kuda Garrulax rufifrons.
Reptil dan Amphibi ; Gonydactilus marmoratus, tokek Gecko gecko, cecak
terbang Draco volans, kodok Bufo bipocartus, katak Rana hosii, Ahaetulla
prasina, Lycodon subcinctus, dan Ptyas korros. Ikan: terdapat sekitar 31 jenis
ikan yang sebagian besar 37,5 tergolong ikan-ikan Gobiid dan Eleotriid, yaitu jenis-jenis ikan komplementer air tawar, antara lain paray, Rasbora aprotaenia,
Puntius binotus, bogo, Chana gachua, belut, Monopterus album, kehkel, Glyptothorax platypogon, bungkreng, Poecilia reticulata, dan Sicyopterus cf
microcephalus.
4.8 Flora