BAB 1V KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Kawasan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak ditetapkan sebagai kawasan taman nasional oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1992 atas perubahan fungsi
Cagar Alam Gunung Halimun. Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun awalnya dilaksanakan oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kemudian
pada tahun 1997 dilaksanakan langsung oleh Balai taman Nasional Gunung Halimun. Pada tahun 2003 Taman Nasional Gunung Halimun diperluas dari hasil
perubahan fungsi kawasan Hutan Lindung, Hutan Produksi Tetap, dan Hutan Produksi Terbatas pada kelompok Hutan Gunung Halimun dan Kelompok Hutan
Gunung Salak di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, sehingga saat ini disebut sebagai kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
4.2 Letak dan Luas
Kawasan hutan Gunung Halimun Salak ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Mentan 175Kpts-II2003 seluas ± 113.357 ha. Secara
astronomis kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terletak diantara 106° 13 - 106° 46 BT dan 06° 32 - 06° 55 LS. Secara administrasi
pemerintahan berada pada 3 Kabupaten dan 2 Propinsi yaitu Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat , Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak Propinsi Banten.
4.3 Geologi dan Tanah
Sejarah geologi menunjukan bahwa Taman Nasional Gunung Halimun dulunya merupakan salah satu rangkaian gunung berapi bagian selatan yang
dipengaruhi oleh kondisi Samudra Hindia. Sebagian besar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun terdiri dari batuan vulkanik seperti breksi, lava basalt,
dan andesit dari masa Pliocene-lower Pleistocene dan beberapa strata dari masa pra-Pliocene.
Selain itu terdapat batuan sedimen di bagian utara yang awalnya merupakan kubah, terutama terdiri dari batuan debu calcareous. Hal yang menarik
serta luar biasa di daerah sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
adalah kandungan emas dan perak. Biji emas dan perak mungkin terangkat pada saat timbulnya kubah bawah pertama yang menghasilkan retakan-retakan
tegangan yang kemudian terisi oleh batuan kwarsa, seperti yang ditemukan di DAS Ciburial dan Cihara.
Kawasan ini terdiri atas 12 tipe tanah yang digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu andosol dan latosol. Untuk tujuan pertanian, tanah di kawasan
Gunung Halimun mempunyai kesuburan kimiawi yang minim sampai cukup, namun sifat-sifat fisiknya cukup bagus. Tanah dan batuannya memiliki tingkat
porositas dan permeabilitas yang baik sebagai daerah tangkapan air. Tanah di kawasan ini peka erosi dengan tekstur tanah umumnya didominasi oleh partikel
debu yang mudah tercuci. Sifat-sifat tanah juga menunjukan sifat vulkanik tua. Perkembangan tanah menunjukan adanya evolusi tanah dari vulkanik tua yang
sebenarnya sedang mengalami proses transisi dari andosol dan latosol.
4.4 Topografi