Margarin TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pangan Darurat
7
dan 0,120. Indeks putih telur akan menurun selama penyimpanan, karena pemecahan ovomucin yang dipercepat pada pH yang tinggi Buckle 2007.
Albumin pada putih telur memiliki beberapa fungsi, antara lain 1 mengangkut molekul- molekul kecil melewati plasma dan cairan sel yang berkaitan dengan bahan metabolisme asam
lemak bebas, bilirubin dan berbagai macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke organ lainnya agar dapat dimetabolisme atau
diekskresi; 2 memberikan tekanan osmotik di dalam kapiler untuk pembentukan jaringan sel baru terutama percepatan pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena
operasi, pembedahan, atau luka bakar dan 3 menghindari timbulnya sembab paru-paru dan gagal ginjal serta carrier faktor pembekuan darah Muchtadi 2000.
Salah satu bentuk olahan dari putih telur yang digunakan dalam industri pangan adalah tepung putih telur. Suprapti 2002 menerangkan bahwa tepung telur atau telur kering adalah
bentuk awetan telur melalui proses pengeringan dan penepungan. Disamping lebih awet, keuntungan lain dari tepung telur adalah volume bahan menjadi
jauh lebih kecil sehingga menghemat ruang penyimpanan dan biaya pengangkutan. Tepung telur memiliki pemasaran
yang lebih luas dan penggunaannya lebih beragam dibandingkan telur segar. Tepung telur yang dihasilkan harus memiliki sifat-sifat fungsional dan sifat fisiokimia yang tidak terlalu
berbeda dari telur segar. Sifat fungsional sangat penting untuk dipertahankan karena menentukan kemampuan tepung telur untuk digunakan dalam pembuatan makanan olahan.
Sifat-sifat yang harus dipertahankan antara lain daya busa, sifat emulsi, sifat koagulasi kemampuan menggumpal dan membentuk gel dan warna Saleh et al. 2002.
Tepung telur umumnya memiliki daya busa yang lebih rendah dibandingkan dengan telur segarnya Saleh et al. 2002. Penambahan gula seperti sukrosa gula pasir, laktosa, maltosa,
dan dekstrosa dalam pembuatan tepung telur dapat memperbaiki sifat daya busanya. Penambahannya harus hati-hati dan diatur agar menghasilkan daya busa yang baik dengan
tidak menimbulkan rasa manis pada tepung telur yang dihasilkan Winarno 2002. Daya emulsi, daya koagulasi, dan warna tepung telur umumnya tidak banyak berbeda dibandingkan
dengan keadaan segarnya. Perbedaan warna tepung putih telur dengan telur segar terjadi jika kandungan gula pereduksi yang sebagian besar adalah glukosa dalam telur lebih dari 0,1 ,
yaitu warna tepung telur akan berubah menjadi kecoklatan selama pengolahan dan penyimpanan Saleh et al. 2002. Keadaan ini dapat di atasi dengan cara mengurangi
kandungan glukosa dalam cairan putih telur sebelum dibuat tepung melalui fermentasi menggunakan bakteri asam laktat Streptococcus lactis, fermentasi khamir atau ragi
Saccharomyces cerevisiae menggunakan ragi roti atau dengan penambahan enzim glukosa oksidase Buckle 2007. Kandungan air sangat berpengaruh terhadap daya tahan tepung telur
dan bahan kering harus memiliki kandungan air sangat kecil. Kandungan air pada tepung telur harus kurang dari 5 , karena akan meningkat mencapai 9
– 10 setelah disimpan. Mutu terbaik akan diperoleh jika pada saat disimpan kadar airnya maksimal 1 Shaleh et al.
2002.