Ruang Lingkup Penelitian Estimasi Nilai Ekonomi Wisata dengan Menggunakan Travel Cost Method (Studi Kasus: Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

8 pengguna non-user, maka benefit yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sebenanrnya. Disamping kelemahan-kelemahan di atas, metode ini memiliki potensi masalah yang menyangkut sisi metodologis dan praktisnya, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk tampil dengan benar, metode ini mensyaratkan jumlah data yang besar sehingga menjadi sangat mahal. 2. Jika perjalanan ke tempat rekreasi itu dimasukkan bukan hanya untuk tujuan berkunjung ke tempat itu, tetapi juga tujuan-tujuan lain, maka biaya waktu dan uang yang dikeluarkan itu harus dibagi dengan tujuan lainnya tersebut. Masalah ini belum ditangani secara memuaskan dan masih menjadi kelemahan metode ini. 3. Kurva permintaan yang diestimasi melalui KUMS hanya dari orang yang betul-betul berkunjung ke tempat itu users. Dengan tidak memperhitungkan nilai bukan pengguna langung non users bisa mengakibatkan kesalahan serius dalam estimasi yang dikenal sebagai kesalahan pangkas transaction biases. 4. Sangat sulit untuk menentukan suatu indikator kualitas yang cocok. Ini diperkuat oleh hasil kajian oleh Freeman 1979 dalam Yakin 1997 yang menyimpulkan bahwa persepsi individu terhadap kualitas air yang diinginkan atau persepsi ahli terhadap kualitas air. Hal ini mengakibatkan perkiraan atau prediksi tentang keberadaan rekreasi dalam kaitannya dengan kualitas air menjadi sulit. 5. Metode ini terbatas baik dalam aspek kelengkapan completeness maupun aspek keseluruhan cakupan comprehensiveness karena tidak menghitung nilai bukan pengguna langsung tempat rekreasi itu Yakin 1997. 2.3 Penerapan Valuasi Lingkungan Menurut Djajadiningrat, et.al. 2011, valuasi adalah bagian dari kebijakan untuk menentukan pendekatan isu lingkungan global seperti pemeliharaan biodiversitas, pembatasan peningkatan efek rumah kaca, pemeliharaan kekayaan alam, dan keberlanjutan. Valuasi juga memainkan peran yang signifikan pada tingkat regional dan nasional dalam membenarkan kebijakan serta aneka pilihan 9 proyek seperti skema jalan baru, bandara, dan pembangkit listrik. Valuasi lingkungan cenderung mencoba untuk membuat agen ekonomi menyadari biaya produk dari kerusakan lingkungan yang mereka ciptakan, misalnya internalisasi eksternalitas.

2.4 Wawancara Responden

Menurut Djajadiningrat, et al. 2011 metode penilaian ketidaktentuan didasarkan pada pertanyaan terhadap responden. Jawaban seorang akan sangat dipengaruhi oleh persepsinya mengenai barang atau jasa yang ditanyakan atau diminta penilainnya. Persepsi pemaknaan individu terhadap suatu objek merupakan salah satu tahap proses justifikasi dalam penentuan nilai suatu barang proses justifikasi dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa. Persepsi antara seseorang merupakan salah satu tahap lain tidak selalu sama. perbedaan ini diantaranya disebabkan oleh perhatian manusia tidak menangkap sekaligus semua rangsang yang ada di sekitarnya, tetapi difokuskan pada satu atau dua objek saja, harapan seseorang akan sesuatu, kebutuhan yang sesaat atau menetap, sistem nilai adat istiadat, kepercayaan, dan budaya, dan kepribadian watak, karakter, dan kebiasaan. 2.5 Tanggung Jawab dan Peran Pemerintah pada Sektor Wisata Menurut Damanik dan Weber 2006, peran pemerintah merupakan peran dan pelaku yang tidak kalah penting. Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang tekait dengan kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah bertanggungjawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masing-masing. Namun demikian, seringkali peran pemerintah kurang dipahami atau kurang diperlihatkan oleh pemerintah sendiri maupun oleh pelaku lainnya dalam perencanaan dan implementasi program pariwisata. Jalinan kerjasama lintas sektoral di instasi pemerintah yang bertujuan untuk memacu kemajuan pariwisata masih lemah. Akibatnya, kinerja industri pariwisata secara