16 lanjutan sebesar Rp 54 725 884,52 per bulan. Nilai Keynesian income multiplier
adalah 0,87, dengan nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1,15 dan nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,25. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan
wisata Situ Babakan memiliki dampak tidak langsung dan lanjutan yang besar, namun dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar belum
signifikan. Aprilian 2009 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Permintaan
dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu mengidentifikasi karakteristik
pengunjung TWA Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan, dan menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata
tersebut. Adapun variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kunjungan wisata yaitu biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung,
umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau
menurunkan jumlah kunjungan wisata. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46 847,00. Surplus
konsumen merupakan proxy dari Willingness to Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan
Willingness to Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei
2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1 340 709 910.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN
Menurut UU Nomor 26 tahun 2007, jumlah minimal suatu daerah adalah sebesar 30 dengan wilayah ruang terbuka hijau RTH. Pengelolaan pelestarian
lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 dari luas DAS daerah aliran sungai. Penyusunan rencana tata ruang
harus memperhatikan keterkaitan antarwilayah, antar fungsi kawasan, dan tata ruang wilayah diatur dengan peraturan pemerintah. TWA Gunung Pancar yang
merupakan daerah kawasan konservasi menjadi wilayah yang under value dan kawasan di luar wisata memiliki tingkat doforestasi yang cukup tinggi.
Permasalahan yang mendasari penelitian kali ini adalah sub-urbanisasi dari kota Jakarta yang dikatakan relatif tinggi ke daerah Kabupaten Bogor karena
kawasan di luar kawasan konservasi sudah banyak yang dikonversi sebagai kawasan komersil. Tingginya pembukaan lahan baru menjadi ancaman utama
terganggunya fungsi hidrologis dan potensi di kawasan tersebut sehingga menyebabkan eksternalitas negatif. Keberadaan barang publik di kawasan wisata
mampu mengakibatkan free rider kaarena banyaknya barang publik dalam wisata yang dapat dimanfaatkan. Hal ini berpotensi menjadi kerusakan lingkungan
seperti tindak perusakaan fasilitas umum vandalism, pembuangan sampah ke aliran air, tidak adanya pengolahan sampah, dan kurangnya maintenance kawasan
wisata karena pengrusakan tersebut. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis secara
deskriptif strategi pengelolaan kebijakan dari nilai persepsi responden terhadap kawasan wisata, mengestimasi nilai ekonomi total dari TWA Gunung Pancar
dengan menggunakan metode biaya perjalanan TCM, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan TWA Gunung
Pancar.
18
Keterangan: -------- : Feedback atau hubungan timbal balik.
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
19
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam TWA Gunung Pancar, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu Penelitian dilakukan dimulai pada
bulan April 2014 hingga bulan Juni 2014. Proses pengambilan data diambil cenderung pada waktu peak season atau pada masa musim liburan dan akhir
pekan. Hal ini dilakukan relatif untuk tidak memilih responden yang berasal dari daerah setempat karena akan dikhawatirkan akan memiliki potensi total TCM
yang rendah jika dibandingkan dengan waktu libur. Syarat layak atau tidaknya responden adalah responden tidak melakukan multitrip atau responden hanya
melakukan perjalanan tunggal di kawasan TWA Gunung Pancar.
4.2 Metode Analisis
Metode TCM yang digunakan pada penelitian kali ini adalah dengan menghitung biaya keseluruhan perjalanan mulai dari transportasi, tiket masuk,
parkir, konsumsi, dan keperluan lainnya yang menunjang keperluan wisatawan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perhitungan biaya
perjalanan atau travel cost method. Beberapa data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Metode wawancara dengan pengisian kuesioner yang dijadikan sebagai data primer.
2. Jumlah pengunjung wisata TWA Gunung Pancar pada tahun 2009 – 2013 dari
data sekunder. Jumlah sampel pada penelitian kali ini adalah sebesar 40 responden.
Sampel merupakan perwakilan populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati. Teknik yang digunakan merupakan sampel yang digunakan
secara acak. Namun, untuk meminimalisir pecilan outlier yang tidak diharapkan dan diperlukan syarat-syarat tertentu. Responden merupakan wisatawan berumur
15 tahun keatas dan mampu berkomunikasi dengan baik dan diharapkan mampu menjawab pertanyaan secara jujur dan tepat.
20
4.4 Analisis Persepsi Responden
Responden diwawancarai persepsi terhadap kawasan wisata. Aspek-aspek yang ditanyakan adalah akses menuju kawasan wisata, tingkat kebersihan daerah
wisata, sarana dan prasarana, keindahan kondisi alam, polusi udara, serta polusi udara. Responden diwawancarai pendapatnya dari penilaian tersebut dari skala 1
sampai 5. 1 untuk sangat tidak baik, 2 untuk tidak baik, 3 untuk cukup, 4 untuk baik, dan 5 untuk sangat baik. Nilai persepsi yang didapat diharapakan dapat
disimpulkan suatu kebijakan baru untuk perbaikan kawasan wisata yang lebih baik ke depannya.
4.3 Analisis Nilai Ekonomi TWA Gunung Pancar
Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung dalam satu kali perjalanan antara lain biaya konsumsi selama rekreasi, biaya
transportasi, biaya dokumentasi, karcis masuk, biaya souvenir, dan biaya lainnya. Secara keseluruhan dihitung dengan rumus:
BPT = BT + BK + BP + BM + BS + BL Keterangan:
BPT = Biaya perjalanan total BT
= Biaya transportasi BK
= Biaya konsumsi BP
= Biaya parkir BM
= Biaya tiket masuk BS
= Biaya souvenir BL
= Biaya lainnya
4.4 Kriteria Uji Kelayakan Model
Untuk melakukan pendugaan parameter koefisien regresi kita harus menguji dulu asumsi asumsi dari model regresi tersebut sebelum melakukan pengujian
model secara keseeluruhan Uji-F dan pengujian mengenai masing-masing koefisien regresi uji-t. Jika asumsi tersebut dilanggar maka kita tidak dapat
melakukan uji-F maupun Uji-t.
21 Y = b
+ b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
+ b
4
x
4
+ b
5
x
5
+ e Y
= Frekuensi kunjungan b
= Intersep b
1
-b
5
= Koefisien regresi x
1
= Asal atau domisili x
2
= Sarana dan prasarana x
3
= Pendapatan x
4
= Travel cost biaya perjalanan x
5
= Autoregresif e
= Error
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa R
2
dapat mengukur proporsi keragaman Y yang dijelaskan oleh model regresi berganda. R
2
sering secara informal digunakan sebagai statistik untuk kebaikan dari kesesuaian model
goodness of fit, dan untuk membandingkan validitas hasil analisis dengan menggunakan R
2
, yaitu: 1. Semua hasil analisis statistik berdasarkan asumsi awal bahwa model tersebut
benar, kita tidak memiliki prosedur untuk membandingkan spesifikasi alternatif.
2. Interpretasi dan penggunaan R
2
menjadi sulit jika suatu model diformulasikan mempunyai intersep = 0. Dalam kasus ini R
2
dapat dibuat dari selang 0 sampai dengan 1.
R
2
= 1-1-R
2
n-1n-k Dari persamaan tersebut terlihat bahwa:
1 Jika k=1 maka R
2
sama dengan R
2
terkoreksi. 2 Jika k1 maka R
2
= R
2
terkoreksi. 3 R
2
terkoreksi dapat bernilai negatif. Uji regresi linear berganda ini menggunakan taraf signifikasi sebesar 5 0.05.
Jika nilai probabilitas 0.05 maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Namun, jika nilai signifikasi 0.05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan seara bersama-sama antar variabel bebas terhadap variabel terikat.
22 Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran asumsi
pada model menurut Juanda 2009, antara lain adalah: a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah hubungan linear yang sama kuat antar variabel independent dalam persamaan regresi berganda. Multikolinearitas menyebabkan
pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nial Variance Inflation Factor VIF pada masing-masing variabel
independent. Model dikatakan multikolinearitas apabila nilai VIF relatif besar atau lebih dari 10.
b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah pelanggaran asumsi dari homoskedastisitas.
Homoskedastisitas adalah ragam sisaan error konstan dalam tiap pengamatan. Heterokedastisitas mengakibatkan Ordinary Least Square OLS tidak efisien.
Model mengalami heteroskedastisitas apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata α;
c. Uji Autokolerasi Uji Autokolerasi dilakukan untuk mengetahui keadaan error pada suatu
persamaan yang bersifat independent atau dependent. Autokolerasi diuji dengan melakukan uji Durbin Watson DW, dengan prosedur:
H : tidak ada serial autokolerasi baik positif maupun negatif
H
1
: terdapat serial autokolerasi. Nilai hitung statistik Durbin Watson DW yang diperoleh dari hasil
perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan nilai pada d
tabel
. Nilai yang dilihat adalah nilai batas bawa dL dan batas atas dU. Penentuan nilai dL dan
dU didasarkan pada jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan yang terdapat pada model. Kesimpulan yang dapat diambil dari perbandingan adalah:
1. Jika DW dL, berarti ada autkolerasi positif 2. Jika DW dL, berarti ada autokelarsi negatif
3. Jika dL DW 4-dU, berarti tidak terjadi autokolerasi. 4.
Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4-dL ≤ DW ≤ 4-Du, berarti tidak dapat disimpulkan.