Metode Analisis Estimasi Nilai Ekonomi Wisata dengan Menggunakan Travel Cost Method (Studi Kasus: Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
22 Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran asumsi
pada model menurut Juanda 2009, antara lain adalah: a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah hubungan linear yang sama kuat antar variabel independent dalam persamaan regresi berganda. Multikolinearitas menyebabkan
pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nial Variance Inflation Factor VIF pada masing-masing variabel
independent. Model dikatakan multikolinearitas apabila nilai VIF relatif besar atau lebih dari 10.
b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah pelanggaran asumsi dari homoskedastisitas.
Homoskedastisitas adalah ragam sisaan error konstan dalam tiap pengamatan. Heterokedastisitas mengakibatkan Ordinary Least Square OLS tidak efisien.
Model mengalami heteroskedastisitas apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata α;
c. Uji Autokolerasi Uji Autokolerasi dilakukan untuk mengetahui keadaan error pada suatu
persamaan yang bersifat independent atau dependent. Autokolerasi diuji dengan melakukan uji Durbin Watson DW, dengan prosedur:
H : tidak ada serial autokolerasi baik positif maupun negatif
H
1
: terdapat serial autokolerasi. Nilai hitung statistik Durbin Watson DW yang diperoleh dari hasil
perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan nilai pada d
tabel
. Nilai yang dilihat adalah nilai batas bawa dL dan batas atas dU. Penentuan nilai dL dan
dU didasarkan pada jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan yang terdapat pada model. Kesimpulan yang dapat diambil dari perbandingan adalah:
1. Jika DW dL, berarti ada autkolerasi positif 2. Jika DW dL, berarti ada autokelarsi negatif
3. Jika dL DW 4-dU, berarti tidak terjadi autokolerasi. 4.
Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4-dL ≤ DW ≤ 4-Du, berarti tidak dapat disimpulkan.
23
V GAMBARAN UMUM 5.1 Pengelolaan Kawasan Wisata Menurut Undang-Undang
Menurut Kementerian Kehutanan Kabupaten Bogor 2014, hutan merupakan salah satu bentuk sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan dengan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyaarakat. Manfaat optimal hutan dapat terwujud apabila kegiatan pengelolaan hutan tersebut dilaksanakan dengan baik
sehingga dapat menghasilkan hutan yang berkualitas melalui pemnfaatan yang lestari. Dalam rangka pemanfaatan yang lestari, hutan dengan beragam potensi
baik flora fauna serta ekosistem yang bernilai tinggi dapat dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi kawasan dengan daya tarik wisata alam. Sejalan dengan
kebutuhan dan pemanfaatan objek wisata alam yang cenderung meningkat dan untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pendayagunaan kawasan Taman Wisata
Alam, Taman Nasional maupun Hutan Raya. Pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 yang dipertegas
dengan UU no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan UU no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan
Ekosistem, dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwista dan rekreasi alam.
Sejalan dengan hal tersebut diatas kebijakan pengelolaan TWA Gunung Pancar bertujuaan untuk memanfaatkan TWA sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi
guna meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan dan peningkatan kesempatan kerja serta mendorong pengembangan industri
penunjang sektor pariwisata yang berasaskan kepada asas ekologis, ekonomis, edukatif, dan sosial. Peta kerja TWA Gunung Pancar dengan skala 1 : 10 000
dapat dilihat pada lampiran 7.
5.2 Keadaan Umum Kawasan 5.2.1 Letak dan Luas
TWA Gunung Pancar ditetapkan berdasarkan Keputusan Kementerian Kehutanan no. 156KPTS-II1998 tanggal 21 April 1988 dengan luas 447,5 ha.