Tujuan Penelitian Estimasi Nilai Ekonomi Wisata dengan Menggunakan Travel Cost Method (Studi Kasus: Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
7 perjalanan, diperlukan data tentang biaya perjalanan ke lokasi, biaya perjalanan,
dan pendapatan konsumen. Hal tersebut merupakan faktor penentu yang penting dari permintaan. Metode Biaya Perjalanan ini dilakukan dengan menggunakan
informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari
upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Data tersebut lalu dipakai untuk mengestimasi kurva permintaan hipotesis untuk lokasi
tersebut. Tahap pertama, jumlah kunjungan ke lokasi rekreasi dengan biaya
perjalanannya, biaya perjalanan pada lokasi alternatif, pendapatan rumah tangga, satu set preferensi, dan variabel tingkah laku. Tahap kedua, nilai lokasi rekreasi
diperoleh dengan menghitung daearh dibawah kurva perjalanan atau kunjungan, diatas biaya perjalanan rata-rata. Lebih lanjut dengan mencocokkan variabel-
variabel selain biaya perjalanan masing-masing pada nilai rata-ratanya. Surplus konsumen rata-rata ditentukan pada tingkat kunjungan rata-rata. Jika kualitas
lingkungan dari lokasi rekreasi meningkat, ini akan mengakibatkan dalam suatu perubahan fungsi permintaan lokasi rekreasi itu pada sebelah kanan ceteris
paribus. Pertama, fungsi permintaan dari beberapa lokasi rekreasi diestimasi termasuk di dalamnya biaya perjalanan dan pendapatan rumah tangga. Kedua,
koefisien harga dari biaya perjalanan dari lokasi yang berbeda diregresikan terhadap variabel kualitatif yang beragam dari lokasi-lokasi tersebut Yakin 1997.
Kelebihan dari TCM ini adalah hasil perhitungan benefit berdasarkan tingkah laku pasar yang akan diteliti. Kelemahan metode TCM adalah sebagai
berikut. Pertama, biaya perjalanan yang dipakai haruslah valid. Sedangkan dalam kenyataannya sulit untuk mengestimasi dengan tepat karena kekurangan informasi
tentang lokasi, dan berapa tingkat kesenangan yang diperoleh. Kedua, biaya perjalanan opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan. Ketiga, teori
ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanan. Hal ini bisa menjadi persoalan yang serius, karena TCM hanya
berdasarkan pada kegiatan fitting garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan. Karena TCM ini dibatasi pada nilai yang memanfaatkan lokasi
tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi
8 pengguna non-user, maka benefit yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang
sebenanrnya. Disamping kelemahan-kelemahan di atas, metode ini memiliki potensi masalah yang menyangkut sisi metodologis dan praktisnya, yaitu sebagai
berikut: 1. Untuk tampil dengan benar, metode ini mensyaratkan jumlah data yang besar
sehingga menjadi sangat mahal. 2. Jika perjalanan ke tempat rekreasi itu dimasukkan bukan hanya untuk tujuan
berkunjung ke tempat itu, tetapi juga tujuan-tujuan lain, maka biaya waktu dan uang yang dikeluarkan itu harus dibagi dengan tujuan lainnya tersebut.
Masalah ini belum ditangani secara memuaskan dan masih menjadi kelemahan metode ini.
3. Kurva permintaan yang diestimasi melalui KUMS hanya dari orang yang
betul-betul berkunjung ke tempat itu users. Dengan tidak memperhitungkan nilai bukan pengguna langung non users bisa mengakibatkan kesalahan
serius dalam estimasi yang dikenal sebagai kesalahan pangkas transaction biases.
4. Sangat sulit untuk menentukan suatu indikator kualitas yang cocok. Ini
diperkuat oleh hasil kajian oleh Freeman 1979 dalam Yakin 1997 yang menyimpulkan bahwa persepsi individu terhadap kualitas air yang diinginkan
atau persepsi ahli terhadap kualitas air. Hal ini mengakibatkan perkiraan atau prediksi tentang keberadaan rekreasi dalam kaitannya dengan kualitas air
menjadi sulit. 5. Metode ini terbatas baik dalam aspek kelengkapan completeness maupun
aspek keseluruhan cakupan comprehensiveness karena tidak menghitung
nilai bukan pengguna langsung tempat rekreasi itu Yakin 1997. 2.3 Penerapan Valuasi Lingkungan
Menurut Djajadiningrat, et.al. 2011, valuasi adalah bagian dari kebijakan untuk menentukan pendekatan isu lingkungan global seperti pemeliharaan
biodiversitas, pembatasan peningkatan efek rumah kaca, pemeliharaan kekayaan alam, dan keberlanjutan. Valuasi juga memainkan peran yang signifikan pada
tingkat regional dan nasional dalam membenarkan kebijakan serta aneka pilihan