Kawasan Ekowisata dan Konservasi sebagai Ruang Terbuka Hijau
14 ekonomi secara langsung bagi perekonomian lokal, ditunjukan dengan nilai
Keynesian Income Multiplier yang didapatkan melalui multiplier effect sebesar 1.18. Dampak ekonomi yang cukup baik, walaupun berskala kecil secara tidak
langsung indirect dan lanjutan induced ditandai dengan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1.30, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar
1.51. Khoirunnisaa 2014 melakukan penelitian yang berjudul Estimasi Nilai dan
Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Penelitian ini menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi wisata dan nilai ekonomi di estimasi dengan menggunakan Individual Travel Cost Method ITCM. Berdasarkan hasil analisis
regresi didapatkan 3 faktor yang mempengaruhi minat wisata, antara lain lama mengetahui objek wisata, umur, dan jarak. Nilai ekonomi Gunung Bunder yang
diperoleh dari hasil perhitungan yaitu sebesar Rp 3 163 231 383
. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut berupa dampak langsung,
dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan metode nilai efek pengganda. Hasil perhitungan nilai efek pengganda menunjukkan nilai
keynesian income multiplier sebesar 1.77, ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.91, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 2.43. Namun dari total
pengeluaran wisatawan terjadi kebocoran ekonomi economic leakages sebesar 53.23
. Prospek pengembangan keberlanjutan wisata diidentifikasi berdasarkan aspek fisik, sosial-ekonomi dan spasial yang menunjukkan bahwa kawasan wisata
Gunung Bunder memiliki potensi untuk dijadikan kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya karena dapat memberikan manfaat yang positif bagi
masyarakat sekitar. Mahesi 2008 mengestimasi nilai biaya perjalan wisata Kebun Raya
Cibodas. Nilai Ekonomi wisata dari sisi permintaan wisata yang didekati dari biaya perjalanan atau dengan menggunakan metode TCM adalah sebesar Rp. 109
326 386 400tahun per tahun. Surplus konsumen wisata dengan metode biaya perjalanan sebesar Rp 22 727 per individu, sedangkan berdasarkan kesediaan
membayar sebesar Rp 12 218 per individu. Adanya surplus konsumen, baik
15 surplus wisata maupun diluar wisata dapat dijadikan acuan dalam pengembangan
dan pengelolaan kawasan konservasi. Penelitian Septianti 2013 berjudul Estimasi dampak ekonomi kawasan
Taman Wisata Matahari Cilember, Kabupaten Bogor terhadap masyarakat sekitar. Terdapat tiga faktor yang berpengaruh negatif terhadap permintaan di kawasan
Taman Wisata Matahari TWM, yakni biaya perjalanan, jarak dan jumlah tanggungan. Faktor yang berpengaruh positif hanya lama mengetahui. Dampak
ekonomi dari kegiatan wisata berupa dampak ekonomi langsung Rp 488 850 471, dampak ekonomi tidak langsung Rp 673 111 010 dan dampak lanjutan Rp
207.337.424,00. Nilai keynesian income multiplier sebesar 1,00 artinya adanya kegiatan wisata di TWM memberikan dampak ekonomi yang besar bagi
masyarakat sekitar, ratio income multiplier tipe I adalah 1,73, dan ratio income multiplier tipe II sebesar 2,80. Selain dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar,
juga ada kebocoran yang berasal dari pengeluaran pengunjung berupa biaya transportasi dan konsumsi yang dibawa dari rumah. Kebocoran pertahun yang
terjadi di TWM adalah sebesar Rp 27 927 067 995. Adanya TWM juga memberikan dampak berupa penyerapan tenaga kerja yang berasal dari
masyarakat sekitar dan memiliki proporsi kurang lebih 90 dengan jumlah 386 orang. Aktivitas wisata di kawasan TWM menurut stakeholder terkait menyatakan
bahwa hampir 80 responden menyatakan tidak merasakan dampak negatif lingkungan dengan adanya TWM.
Penelitian Sadida 2014 berjudul Estimasi Nilai Dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan. penelitian ini ditujukan untuk
mengidentifikasi karakteristik pengunjung, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar obyek wisata, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan wisata, serta mengestimasi nilai dan dampak ekonomi dari keberadaan Situ Babakan ini. Penelitian ini menggunakan metode survei.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis regresi linear berganda, Individual Travel Cost Method, dan multiplier
effect. Hasil penelitian ini adalah estimasi nilai ekonomi wisata sebesar Rp 2 727 869 591,87 per tahun, dampak langsung sebesar Rp 512 134 333,89 per bulan,
dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp 75 640 476,19 per bulan, dan dampak
16 lanjutan sebesar Rp 54 725 884,52 per bulan. Nilai Keynesian income multiplier
adalah 0,87, dengan nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1,15 dan nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,25. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan
wisata Situ Babakan memiliki dampak tidak langsung dan lanjutan yang besar, namun dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar belum
signifikan. Aprilian 2009 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Permintaan
dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu mengidentifikasi karakteristik
pengunjung TWA Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan, dan menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata
tersebut. Adapun variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kunjungan wisata yaitu biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung,
umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau
menurunkan jumlah kunjungan wisata. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46 847,00. Surplus
konsumen merupakan proxy dari Willingness to Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan
Willingness to Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei
2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1 340 709 910.