Kriteria Uji Kelayakan Model

23 V GAMBARAN UMUM 5.1 Pengelolaan Kawasan Wisata Menurut Undang-Undang Menurut Kementerian Kehutanan Kabupaten Bogor 2014, hutan merupakan salah satu bentuk sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan dengan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyaarakat. Manfaat optimal hutan dapat terwujud apabila kegiatan pengelolaan hutan tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga dapat menghasilkan hutan yang berkualitas melalui pemnfaatan yang lestari. Dalam rangka pemanfaatan yang lestari, hutan dengan beragam potensi baik flora fauna serta ekosistem yang bernilai tinggi dapat dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi kawasan dengan daya tarik wisata alam. Sejalan dengan kebutuhan dan pemanfaatan objek wisata alam yang cenderung meningkat dan untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pendayagunaan kawasan Taman Wisata Alam, Taman Nasional maupun Hutan Raya. Pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 yang dipertegas dengan UU no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan UU no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistem, dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwista dan rekreasi alam. Sejalan dengan hal tersebut diatas kebijakan pengelolaan TWA Gunung Pancar bertujuaan untuk memanfaatkan TWA sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi guna meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan dan peningkatan kesempatan kerja serta mendorong pengembangan industri penunjang sektor pariwisata yang berasaskan kepada asas ekologis, ekonomis, edukatif, dan sosial. Peta kerja TWA Gunung Pancar dengan skala 1 : 10 000 dapat dilihat pada lampiran 7. 5.2 Keadaan Umum Kawasan 5.2.1 Letak dan Luas TWA Gunung Pancar ditetapkan berdasarkan Keputusan Kementerian Kehutanan no. 156KPTS-II1998 tanggal 21 April 1988 dengan luas 447,5 ha. 24 Secara geografis, TWA Gunung Pancar terletak antara 106º56´-106º54´ BT dan 63º4´-63º36´ LS. Sedangkan secara administratif, terletak di desa Karang Tengah dan desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. TWA Gunung Pancar berbatasan dengan sebelah utara dengan desa Leuwi Goong, sebelah timur dengan desa Cimandala, sebelah selatan dengan desa Cibingin, dan sebelah barat dengan desa Karang Tengah. Peta kerja kawasan TWA Gunung Pancar dengan skala 1:10 000 dapat dilihat pada lampiran Kementerian Kehutanan Kabupaten Bogor, 2014. Dokumentasi penelitian kali ini dapat dilihat pada lampiran 9.

5.2.2 Kondisi Biofisik

Kawasan TWA Gunung Pancar termasuk tipe iklim dengan curah hujan rata-rata pertahun 3000 - 4500 mm. Jumlah hari hujan pertahun berkisa antara 150 - 250 hari, suhu rata-rata 24°c dengan kelembaban berkisar antara 58. TWA Gunung Pancar memiliki keadaan lapangan dari landai sampai bergelombang dengan kemiringan 15 - 80 dan terletak pada ketinggian 300-800 mdpl. TWA Gunung Pancar memiliki potensi flora dan fauna, fenomena alam, dan fungsi hidrologis yang dapat dikemas menjadi atraksi alam serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Beragam potensi serta fungsi tersebut antara lain: a. Flora, diantaranya: Pinus Pinus merkusii, Rasamala Altingia exelsa, Pasang Quercus sp, Jahe Zingerbraceae s, Kirinyuh Chromalaena odorata, Putri Malu Misoma pigra, Rumput-rumputan Themeda sp, Carex sp, Penicitum purpurea, dan Paspallum sp., Kirinyuh Chloromalalna odorata, Lantana Lantanan camara, Eupotarium inufolium. b. Fauna, diantaranya: Babi Hutan Sus scrofa, Kera Ekor Panjang Macaca fascicularis, Lutung, Surili, Macan tutul Panthera pardus, Ayam Hutan Galus bankiva, Kulibang Pynconotus aurigaster, Sri Gunting Dicrurus macrocercus, Enggang Bucerus rhinoceros, Paok Cacing Pitta guajana, Elang Haliatus indusintenedia, Jalak Stunopastor jalla, Ular Hijau Dryophis prasinus, Ular Sanca, dan Kadal Mabuaya multifasciata Kementerian Kehutanan Kabupaten Bogor, 2014. 25

5.2.3 Potensi Kawasan Wisata

Sumber air sungai-sungai yang ada di daerah ini berasal dari mata air di TWA Gunung Pancar dan Pegunungan Hambalang. Sungai-sungai Cibingbin dan sungai Ciherang yang merupakan sungai dengan debit terbesar, mengalir ke arah utara dan bermuara di Laut Jawa. Di samping itu terdapat sumber air panas dengan suhu yang bisa mencapat 70°C yang berasal dari proses geotermal di Gunung Pancar. Sumber air tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dan juga pengobatan. Potensi yang terdapat di Gunung Pancar ini adalah potensi, potensi wisata alam, potensi hidrologis, potensi konservasi hutan, potensi pendidikan, dan potensi ekonomis. Potensi wisata alam berarti kawasan ini menjadi sarana dan tempat rekreasi bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Potensi hidrologis yakni kawasan ini merupakan daerah konservasi yang berguna untuk keberlangsungan flora dan fauna. Tempat ini juga bisa menjadi paru-paru kota dan Kabupaten Bogor juga daerah sekitarnya. Potensi pendidikan juga bisa dikaitkan dengan konservasi, yang mana tempat ini bisa dijadikan pembelajaran bagi warga sekitar dan wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, dan eksploitasi yang bersifat merusak daerah konservasi tersebut. Potensi ekonomis erat hubungannya dengan taraf kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Pedagang di kawasan ini juga mendapatkan penghasilan dari wisatawan dan retribusi tiket masuk juga merupakan program untuk perbaikan-perbaikan lingkungan di kawasan TWA Gunung Pancar. Kementerian Kehutanan Kabupaten Bogor, 2014

5.2.4 Akses

Akses masuk menuju kawasan ini harus melewati Sentul City sebagai jalan utamanya. Walaupun pengunjung dominan dari Jakarta dan Bogor, namun, bagi pengguna mobil alangkah lebih baiknya menggunakan arah tol Sentul dan pengguna sepeda motor menggunakan jalur jalan umum. Jalan di sekitar kawasan ini secara keseluruhan sudah diaspal walaupun di beberapa tempat terdapat jalan yang rusak dan butuh perbaikan. Secara umum, akses masuk kawasan wisata 26 TWA Gunung Pancar bisa dilewati dengan jalan kaki, sepeda, sepeda motor, dan mobil. TWA Gunung Pancar biasanya dimanfaatkan wisatawan sebagai tempat untuk berkemah, fotografi, panjat tebing, outbond, pemandian air panas, dan trek arena untuk olahraga sepeda gunung Kementerian Kehutanan Kabupaten Bogor, 2014.

5.3 Sebaran Responden A.

Jenis Kelamin Responden dari total sampel didominasi oleh laki-laki dan sampel tersebut menggunakan purposive sampling yakni lebih banyak menggunakan responden dari laki-laki sebagai kepala keluarga dengan tujuan untuk mendapatkan TCM yang tinggi. Responden laki-laki sebesar 85 dan responden perempuan sebesar 15. Hasil kuesioner gambaran umum responden yang menjadi sampel dapat dilihat pada lampiran 8. Tabel 3 Sebaran jenis kelamin responden TWA Gunung Pancar tahun 2014 Jenis Kelamin Jumlah orang Persentase Laki-laki 34 85.0 Perempuan 6 15.0 Total 40 100.0 Sumber: Hasil Analis Data Primer 2014

B. Umur

Responden tertinggi didominasi oleh wisatawan yang berusia kisaran antara 31-40 tahun. Kedua, responden berusia 26 - 30 tahun. Ketiga, responden berusia 21-25 tahun, dan yang terakhir responden berumur 41-60 tahun. Tabel 4 sebaran umur responden TWA Gunung Pancar tahun 2014 Umur Jumlah orang Persentase 21-25 tahun 7 17.5 26-30 tahun 10 25.0 31-40 tahun 18 45.0 41-60 tahun 5 12.5 Total 40 100.0 Sumber: Hasil Ananalis Data Primer 2014

C. Asal

Disebabkan tempat wisata yang cukup jauh dari kota Bogor dan akses yang masih kurang begitu baik, pengunjung masih ramai didatangi oleh 50 responden yang berasal dan Bogor. Jakarta dengan 25, dan kota lainnya yaitu Depok, Bekasi, serta Bandung.