Migrasi Ikan Terumbu Karang

2.4.2 Migrasi Ikan Terumbu Karang

Migrasi ikan secara umum dapat dibagi menjadi 4 tipe Gauthreaux 1980, yaitu: 1 Anadromous, dari laut ke air tawar freshwater, 2 Catadromous, dari air tawar ke laut, 3 Potomadromous, di lingkungan air tawar, 4 Oceanodromous, di lingkungan laut. Migrasi ikan terumbu karang dimasukkan ke dalam tipe oceanodromous, karena pergerakannya hanya didalam lingkungan perairan laut. Adanya migrasi tersebut dikarenakan adanya pemisahan antara daerah- daerah vital dalam siklus hidup ikan seperti daerah pemijahan spawning area, daerah asuhan nursery area dan daerah mencari makan feeding area yang terpisah Nikoltky 1963 in Gauthreaux 1980. Migrasi ikan terumbu karang mempunyai hubungan dengan aktivitas harian ikan terumbu karang dari tempat beristrirahat ke tempat mencari makan. Menurut Moyle Cech 1987, migrasi sendiri didefinisikan sebagai perpindahan diantara dua tempat tertentu dalam waktu tertentu. Jarak migrasi tersebut dapat berkilo-kilometer sampai hanya beberapa meter saja. Pada beberapa jenis ikan waktu migrasi dan rute yang ditempuh dapat diperkirakan Hobson 1974. Dalam penelitian William tahun 1991 di karang tepi Pulau Tulear, Madagaskar mendapatkan suatu pergerakan harian dari ikan-ikan terumbu karang ke tempat yang lebih dangkal Helfmans 1986 in Sale 1991. Banyak jenis-jenis ikan terumbu, termasuk juga Elasmobranchii, yang bermigrasi harian dari tempat beristrirahat ke tempat mencari makan. Selama migrasi ikan-ikan ini terlihat bergerak ke daerah yang lebih dangkal, misalnya ke padang lamun. Ikan terumbu yang bermigrasi tersebut cenderung kembali ke lokasi yang sama Sale 1991. Ogden Erlich 1977 menyebutkan ruaya nokturnal nocturnal migration dari gerombolan ikan famili Pomadasyidae terutama Haemulon flavolinealum dan Haemulon plumieri, yang mencari makan pada padang lamun di malam hari. Kedua spesies ini bergabung dalam suatu gerombolan heterotipik yang berasosiasi dengan formasi karang pada satu tanggul karang patch reef di Tague Bay, Kepulauan Virgin. Begitu hari gelap gerombolan ikan tersebut berenang ke tempat tertentu di ujung karang dalam jalur yang tetap dari tahun ke tahun. Jarak yang ditempuh ± 1 km atau lebih. Setelah sampai di padang lamun, memecah diri dan secara individual mencari makan berupa invertebrata yang berasosiasi dengan lamun selama malam hari. Pada dini hari mereka berkumpul dan melalui lintasan yang sama kembali ke terumbu karang.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar dari bulan April sampai Mei 2010. Dari sudut pandang geografi, Kabupaten Kepulauan Selayar berada diujung paling selatan Sulawesi Selatan. Daerah ini dikenal dengan sebutan Kabupaten Maritim yang memiliki banyak gugusan pulau-pulau dengan posisi sekitar 5042’ – 7035’ Lintang Selatan dan 1200 15’ – 1220 30’ Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba di sebelah Utara, Laut Flores di sebelah Timur, Laut Flores dan Selat Makassar di sebelah Barat dan Propinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah Selatan. Dengan banyaknya gugusan pulau yang ada ± 123 buah, wilayah ini dijadikan salah satu andalan untuk menghasilkan komoditas unggulan yang berasal dari laut. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Penelitian dilakukan pada 5 stasiun pengamatan selama 1 bulan. Stasiun I Dermaga di tanjung sebelah utara pulau Pasi dan berada disekitar pemukiman Dusun Gusung Timur. Terumbu karang seluas ± 100 m 2 hidup berdampingan dengan lamun pada kedalaman 1-3 m sehingga didapati beberapa puing karang mati di dalam komunitas lamun. Pada perairan ini juga terdapat KJA Keramba Jaring Apung dan KJT Keramba Jaring Tancap yang dibuat nelayan untuk memelihara ikan. Stasiun II di perairan Dusun Gusung Barat yang berdekatan dengan Dusun Gusung Lenguk. Perairan ini merupakan jalur transportasi laut baik bagi nelayan maupun bagi masyarakat. Perairan ini sangat landai sehingga hamparan lamunnya mencapai ± 1 km dari pantai kearah laut dengan kedalaman mencapai 2.5 m. Hamparan terumbu karang yang cukup luas ditemukan pada kedalaman ± 3 m setelah komunitas lamun tersebut. Di perairan ini juga ditemukan beberapa pohon mangrove. Terdapat lebih dari 7 buah Sero Penjebak ikan yang semuanya tersebar pada perairan Dusun Gusung Barat dan Dusun Gusung Lenguk. Stasiun III di sebelah timur Dusun Gusung Barat atau di sebelah selatan Stasiun I Darmaga. Perairan ini memiliki pesisir yang tidak berpenghuni dan terdapat Ekosistem mangrove yang cukup luas.