Stasiun IV Memiliki Perairan yang berombak dan tidak berpenghuni. Di pesisirnya banyak terdapat batu karang besar. Diperairan ini tidak terdapat KJA,
KJT dan Sero disebabkan perairannya dalam dan berombak. Aktivitas masyarakat pun tergolong sedikit.
Stasiun V berada di sebelah Selatan Pulau Pasi dan merupakan Zona Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. Perairan ini
memiliki pantai yang terdiri dari pasir putih halus dan batu-batu karang besar yang menghiasi perairan ini dan memiliki hamparan terumbu karang yang sangat.
Gambar habitat masing-masing stasiun dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan terumbu karang, lamun, alkohol 70 dan formalin 10, Alat yang digunakan meliputi: perahu,
mini trawl, peralatan skindiving masker selam, snorkel, fin, rol meter, tali nylon, rangka kuadrat, timbangan, papan pengukur panjang ikan, termometer,
refraktometer, pH-meter, DO-meter, Turbidimeter, current meter, scalpel dan pinset.
3.3 Prosedur Penelitian
Pengambilan contoh lamun untuk identifikasi jenis dilakukan satu kali di setiap stasiun penelitian setelah dilakukan pengukuran terhadap persen
penutupan dan kerapatan tegakan. Pengambilan contoh ikan dilakukan sebanyak satu kali masing-masing pada siang dan malam hari di setiap stasiun
penelitian. Sementara kualitas air yang diukur di lapangan diambil bersamaan dengan pengambilan contoh ikan.
3.3.1 Struktur Komunitas Lamun
Gambaran sebaran, penutupan, kerapatan diperoleh dengan metode transek linear kuadrat Harrison in Phillips McRoy 1990; English et al.
1994. Pada masing-masing stasiun ditetapkan tiga buah garis transek yang tegak lurus terhadap garis pantai sejauh 150 m ke arah laut tergantung dari
luasan padang lamun. Jarak antar transek sejauh 50 m. Masing-masing transek terdiri dari empat kuadrat.
Gambar 3 Lokasi Penelitian Sumber: dimodifikasi dari Bakosurtanal 1993, Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Selayar Perairan Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar.
Le m b a g ia Ba n gk
a k a
BT S e la y
a r B O N T
O H A R U
Le b o B T
Ba la
Ta n a b an P o c c a m b a
Bo n tos in g gu
D o ng k a l a M a h a r ata
Ka h uk a hu
T g
. P
a p
a l
a G us un g
L e n gg u P u la u
G u s u ng
T g
. L
a b
u l
a G os
on g T im u r
T g
. G
o s
o n
g
Y
P . P as i
2 050
00 2100 0
2 150
00 22
00 0
2 050
00 2100 0
2 150
00 22
00 0 9
3 1
5 9
3 2
9 3
2 5
9 3
1 5
9 3
2 9
3 2
5 P e
ta L oka si P e n e l
iti a n
P u la
u P a s i
K a b . Se
l aya
r
N E
W S
Ska l
a 1 : 1 00 .0
00 2
2 K
m Ke te r a
n g a n
:
Ka r an g C a m p u r
Pa s ir Ke b un
La m u n C a m pu r
P as ir
M a n g r ov e
Pa s ir
Pe m uk im a n
Te g a lL a da n g Te ru m b u
K ar a n g D a ra ta n
Se la y a r G ar is
P a n t a i
Ba ta s KK L D
Su n ga i Tut
u pan la han ti
p e s ub st rat :
Pe ta
Insert :
Stasiun I Stasiun II
Stasiun III Stasiun IV Stasiun V
I II
III IV
V
Pengamatan lamun dilakukan pada luasan kuadrat berukuran 50 x 50 cm
2
yang terbagi lagi dalam grid berukuran 10 cm
2
dengan interval plot kuadrat berjarak 20 m disepanjang garis transek Gambar 4 dan pengambilan sampel
lamun dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 4 Skema pengamatan lamun. Seluruh bagian lamun daun, batang dan akarrizoma pada setiap stasiun
penelitian dipanen sebagai contoh, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Di laboratorium, contoh tersebut dibersihkan dan disortir
menurut jenis untuk dilakukan identifikasi. Identifikasi jenis lamun dilakukan menurut Den Hartog 1970, Phillips Men
ẽz 1988, Tomascik et al. 1997 dan Lenyon 1986.
Persentase penutupan lamun jenis atau populasi didasarkan pada kuadrat dengan menggunakan kategori pertumbuhan menurut
Saito Atobe 1970 in English et al. 1994.
3.3.2 Struktur komunitas ikan