Suhu Salinitas Parameter Fisika-Kimia Perairan

perjalananmigasi yang panjang, terutama di daerah temperate Laevastu Hayes 1981.

4.2.4 Suhu

Suhu perairan sangat berpengaruh terhadap lingkungan laut dan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses metabolisme dan penyebaran organisme. Proses metabolisme hanya akan berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit, biasanya dari 0 o C-40 o C, tetapi ada juga organisme yang mampu mentolerir suhu sedikit diatas dan sedikit dibawah batas tersebut, misalnya ganggang hijau-biru yang hidup pada suhu 85 o C di sumber air panas. Selain itu, suhu juga dapat membatasi daerah penyebaran juvenile dan ikan dewasa karena masing-masing mempunyai perbedaan dalam toleransi suhu Laevastu Hayes 1981. Kebanyakan organisme laut mengalami adaptasi untuk hidup dan berkembang biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0-40 o C Nybakken 1992. Suhu permukaan perairan pada lima stasiun penelitian berfluktuasi tidak terlalu besar yakni dari 30,57 o C-31,56 o C, dengan suhu terendah di stasiun II dan III dan suhu tertinggi di stasiun I Tabel 5. Bila dibandingkan dengan nilai pada baku mutu maka nilai suhu pada kelima stasiun penelitian melebihi baku mutu 30 o C, namun dari hasil beberapa penelitian dilaporkan bahwa suhu dari 25 o C sampai 35 o C merupakan kisaran suhu yang optimum untuk fotosintesis lamun Berwick 1983; Bulthuis 1987. Jadi suhu perairan di lima stasiun penelitian berada pada kisaran yang optimum bagi kehidupan lamun. Suhu yang memungkinkan ikan dan plankton hidup dan berkembang biak yakni antara 20 o C sampai 30 o C Canter Hill 1981. Bila dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kelima stasiun penelitian maka nilai suhu telah sesuai dengan kisaran tersebut. Namun, kisaran suhu pada lima stasiun penelitian ini merupakan suhu permukaan maka diduga suhu pada dasar perairan lebih rendah dari suhu di permukaan.

4.2.5 Salinitas

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai Nontji 1987. Air tawar yang masuk ke perairan laut dapat berasal dari curah hujan atau aliran permukaan dan aliran sungai Officer 1976. Salinitas pada kedalaman 100 m pertama, dapat dikatakan konstan. Walaupun terdapat sedikit perbedaan tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara nyata Nybakken 1992. Hasil pengukuran sebaran salinitas di stasiun pengamatan diperoleh kandungan salinitas air laut sekitar 30 o -33 o Tabel 5. Kandungan salintas semacam ini tergolong wajar dan sering ditemukan di daerah laut tropis. Sebagian besar jenisss lamun dapat mentoleransi kisaran salinitas yang lebar. Dahuri 2003 mengemukakan bahwa lamun hidup pada kisaran salinitas di antara 10 dan 40 , Thalassia ditemukan hidup pada salinitas antara 3,5 dan 60 walau dengan waktu toleransi yang singkat Zieman 1986, sedangkan jenis Halodule mampu hidup pada salinitas di atas 72 Phillips Meñez 1988. Walau demikian, vegetasi ini memiliki kondisi optimum untuk pertumbuhannya yaitu 35 Dahuri 2003 dan kelompok Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 Zieman 1986. Apabila berada di luar batas toleransinya, pertumbuhan lamun akan menurun dan bila melebihi 45 bisa terjadi mortalitas Quammen Onuf 1993. Salinitas air mempengaruhi osmoregulasi ikan dan berpengaruh besar terhadap fertilisasi dan perkembangan telur. Setiap jenis ikan mempunyai kemampuan berbeda dalam beradaptasi terhadap salinitas. Beberapa jenis merupakan eurihalin, tetapi kebanyakan ikan merupakan stenohalin Laevastu Hayes 1981; Nybakken 1992.

4.2.6 Oksigen Terlarut