Distribusi Spasial Ikan Antar Stasiun Penelitian

Tipe substrat perairan Pulau terdiri dari Pasir dan pecahan karang stasiun IV dan V dan Pasir berlumpur pada stasiun I, II dan III. Tipe substrat Pasir berlumpur menunjukkan tipe substrat yang tipis dan labil karena mudah teraduk. Zieman 1975 in Moro 1988; Berwick 1983 mengatakan bahwa semakin tipis substrat perairan akan menyebabkan kehidupan lamun tidak stabil. Alasan inilah yang mendasari lamun pada stasiun di kelompok 1 didominasi oleh jenis lamun perintis. Ditambahkan oleh Nienhuis et al. l989 bahwa sedimen yang teradukdihasilkan akibat aktifitas hewan dan teraduk secara fisik, disukai oleh jenis-jenis lamun perintis. Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii berasosiasi dengan stasiun I, II dan III yang dicirikan oleh substrat Pasir berlumpur. Enhalus acoroides dapat tumbuh pada substrat pecahan karang dan Pasir Moro 1988; Broun Heijs 1988, sedangkan Thaiassia hemprichii dapat ditemui pada berbagai tipe substrat dari lumpur sampai pecahan karang Broun Heijs 1988. Ini bisa dilihat dengan ditemukannya kedua spesies ini pada kelima stasiun pengamatan. Konfirmasi klasifikasi hierarkhi stasiun berdasarkan penutupan lamun Gambar 11 menunjukkan hal yang sama dengan Analisa Faktorial Koresponden, dimana terbentuk 3 kelompok, yaitu stasiun gabungan stasiun I-III dan II, Stasiun IV dan V. Gambar 11 Dendogram kesamaan stasiun berdasarkan penutupan lamun.

4.4.6 Distribusi Spasial Ikan Antar Stasiun Penelitian

Pengkajian distribusi spasial ikan berdasarkan stasiun penelitian dilakukan dengan menggunakan Analisis Faktorial Koresponden. Gambaran distribusi - 0.34 59 3 - 0.14 59 3 0 .0 54 0 63 0 .2 54 0 63 0 .4 54 0 63 0 .6 54 0 63 0 .8 54 0 63 Si m ila ri ty III I II IV V spasial dilakukan pada tingkat genus. Sebelum mengaplikasikan Analisis Faktorial Koresponden, terlebih dahulu dilakukan eliminasi terhadap data. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mengeliminasi data ini adalah variasi kelimpahan dan frekwensi kemunculannya di semua stasiun penelitian. Matriks data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 genus sebagai baris dan 5 stasiun penelitian sebagai kolom. Hasil Analisis Faktorial Koresponden memperlihatkan perbedaan kemelimpahan ikan antar stasiun penelitian yang dapat menjelaskan distribusi spasial ikan Gambar 12 dan Lampiran 8. Dari perhitungan diperoleh 2 sumbu faktorial utama yang memberikan sumbangan sebesar 85,2 dimana secara berturut-turut kedua sumbu tersebut menjelaskan 68,2 dan 17,0 dari total keragaman data. Gambar 12 menunjukkan pada 2 sumbu faktorial utama tersebut yang membentuk 2 kelompok yang merupakan yang merupakan asosiasi antar stasiun penelitian dan genus ikan. Kelompok 1 merupakan asosiasi stasiun II dan III dengan Lutjanus, Scarus, Pelates, Siganus, Apogon dan Tylosurus. Stasiun II dan III merupakan stasiun yang tingkat kekeruhannya tinggi, bersubstrat Pasir berlumpur, dekat dengan hutan mangove serta banyak kegiatan nelayan seperti transportasi dan keramba. Karakteristik habitat seperti ini disukai oleh genus ikan seperti Siganus, Apogon dan Pelates yang makanan utamanya di rumput laut, alga dan lamun. Juvenile dari genus Pelates hidup berkelompok di padang lamun dan mangove Kuiter Tonozuka 2001. Selain itu tingginya frekwensi lamun dari jenis Enhalus acoroides pada kedua stasiun ini, ikut mendukung kehidupan ikan-ikan tersebut. Kiswara 1994, mengungkapkan bahwa tajuk dan daun lamun memegang peranan penting yang secara potensial menyediakan naungan, makanan dan perlindungan terhadap pemangsaan. Pada kedua stasiun ini juga, kecepatan arusnya tidak terlalu kuat sehingga memudahkan bagi ikan-ikan tersebut untuk makan seperti genus Siganus yang merupakan ikan herbivore yang menyukai arus yang lemah untuk memakan daun-daun dari lamun. Gambar 12 Gafik Analisis Faktorial Koresponden ikan dengan stasiun pada sumbu utama pertama dan kedua. Pada kelompok 2 terjadi asosiasi antara stasiun IV-V dan Stasiun I dengan ikan genus Caranx, Zanclus, Sargocentron, Parupeneus, Leptoscarus dan Abudefduf. Stasiun I, IV dan V merupakan stasiun yang kecepatan arus dan kadar oksigen terlarutnya tinggi, bersubstrat Pasir dan berkarang pecahan karang dan cangkang gastropoda, dekat dengan hamparan terumbu karang, serta nilai kekeruhannya rendah. Karakteristik habitat seperti ini memungkinkan untuk genus-genus ikan seperti Caranx, Zanclus, Sargocentron, Parupeneus dan Abudefduf yang semuanya hidup di habitat karang. Genus Parupeneus, selain di karang sebagian kecil hidup berkelompok di habitat lamun juvenile. Genus Sargocentron suka bersembunyi di karang pada siang hari Kuiter Tonozuka 2001. Gambar 13 menampilkan pengelompokan stasiun penelitian berdasarkan kelimpahan jenis ikan. Stasiun penelitian II dan III berada dalam satu kelompok, yang berarti bahwa kedua stasiun ini memiliki kedekatan dalam kelimpahan jenis ikan. Stasiun IV dan V memiliki kelimpahan jenis ikan yang berdekatan dan berada satu kelompok dengan stasiun V. Gambar 13 Dendogram kesamaan stasiun berdasarkan kelimpahan jenis ikan.

4.4.7 Asosiasi Ikan dan Lamun