MINYAK SAWIT TINJAUAN PUSTAKA

10

2.5 MINYAK SAWIT

Tanaman kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut Pahan 2008 : Divisi : Embryophyta siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Aracaceae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaesis Spesies : E. Guinensis, E. Oleifera, E. Odora Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Psifiera, dan Tenera. Hasil yang diperoleh dari tandan buah kelapa sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah mesokrap dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh Naiobaho 1998. Tandan buah sawit diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Ekstraksi minyak untuk jenis Tenera sekitar 22-25 sedangkan Pisifiera hanya sekitar 17-18 Pahan 2008. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit Asam Lemak Kandungan Asam kaprilat - Asam kaproat - Asam laurat - Asam miristat 1,1 –2,5 Asam palmitat 40-46 Asam stearat 3,6-4,7 Asam oleat 39-45 Asam linoleat 7-11 Sumber: Eckey, S.W dalam Ketaren 2008

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery EOR pada lapangan minyak yang sudah tua. Salah satu teknologi EOR adalah dengan menginjeksikan bahan kimia pada lapangan tua. Bahan kimia yang diinjeksikan sendiri merupakan gabungan dari surfaktan, co-surfaktan, polimer, elektrolit, dan lain-lain. Proyek EOR menggunakan bahan kimia ini telah direncanakan pemerintah sebagai salah satu program peningkatan produksi minyak bumi. Proyek ini direncanakan akan dilakukan pada beberapa lapangan tua di Indonesia. Adanya penerapkan teknologi EOR menggunakan bahan kimia membuat adanya peluang untuk mengembangkan industri surfaktan. Salah satu surfaktan yang potensial dikembangkan adalah surfaktan Metil Ester Sulfonat MES. Penelitian mengenai surfaktan MES telah dilakukan oleh Surfactant and Bioenergy Research Center SBRC IPB bekerjasama dengan PT. Mahkota Indonesia. Kerjasama tersebut, PT Mahkota Indonesia memfasilitasi penyediaan gas SO 3 yang menjadi salah satu bahan penolong dalam pembuatan MES. Surfaktan MES yang termasuk surfaktan anionik ini memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka antara air dan minyak. Surfaktan MES dapat dibuat dari minyak nabati, salah satunya dari minyak kelapa sawit. Dari segi ketersediaan bahan baku, Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit. Luas areal kelapa sawit di Indonesia pada periode 1970-2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 11,2 . Produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2009 saja mencapai lebih dari 18 juta ton Kementrian Pertanian, 2010 namun selama ini penggunaan minyak kelapa sawit untuk industri pengolahan kelapa sawit masih relatif rendah yaitu baru sekitar 35 dari total produksi. Pemerintah Indonesia telah merencanakan pokok-pokok aksi jangka menengah 2010-2014 dalam pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit dengan pengembangan industri turunan minyak sawit ke arah industri surfaktan, pelumas dan biodiesel Kementrian Perindustrian, 2009. Adanya peluang pasar surfaktan MES yang terbuka yaitu untuk aplikasi EOR dengan injeksi bahan kimia, ditambah dengan ketersediaan bahan baku minyak kelapa sawit yang cukup melimpah serta teknologi proses produksi yang telah dikembangkan oleh SBRC IPB di PT Mahkota Indonesia, membuat usulan untuk mendirikan industri surfaktan MES berbasis minyak kelapa sawit menjadi cukup strategis. Usulan pendirian industri ini perlu dilakukan studi untuk melihat kelayakannya. Bila dari studi kelayakan industri surfaktan ini memenuhi kriteria kelayakan, maka industri ini dapat didirikan. Studi kelayakan industri surfaktan MES berbasis minyak kelapa sawit untuk aplikasi EOR ini dilakukan dengan meneliti beberapa aspek diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen, legalitas dan lingkungan, serta finansial. Teknik yang digunakan dalam penentuan kelayakannya adalah pengumpulan data-data yang dibutuhkan baik berupa data primer maupun data sekunder. Data primer didapatkan dengan survei lapang, wawancara dengan para ahli, sedangkan data sekunder melalui data yang berasal dari buku, jurnal, buletin, dan lain sebagainya. Data-data tersebut kemudian ditabulasi dan kemudian dianalisis. Analisis ini selanjutnya menjadi pengambilan keputusan terhadap kelayakan pendirian industri surfaktan MES.