12
3.1 TAHAPAN STUDI KELAYAKAN
Tahapan yang dilakukan dalam penyusunan studi kelayakan ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan. Adapun tahap-tahap dalam penyusunan studi kelayakan antara lain:
1. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi merupakan tahapan awal yang dilakukan. Data dikumpulkan
selengkap mungkin baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya antara lain dari Lembaga Penelitian Minyak dan Gas LEMIGAS,
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, Kementrian Perindustrian, Kementrian Pertanian, PT. Mahkota Indonesia, Surfactant and Bioenergy Research Center SBRC IPB, Pemerintah Daerah, dan
Bank Mandiri. Adapun data yang dibutuhkan pada penelitian ini meliputi:
a. Data proyek EOR menggunakan bahan kimia b. Data kebutuhan surfaktan untuk satu lapangan minyak
c. Data ketersediaan bahan baku minyak kelapa sawit d. Data proses produksi surfaktan MES
e. Data spesifikasi mesin dan peralatan f. Tata cara perizinan industri
g. Harga tanah, bahan baku, bahan penolong, utilitas, serta harga-harga lain yang dibutuhkan dalam analisis finansial.
h. Data suku bunga yang berlaku pada salah satu bank. 2. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang lazim digunakan. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat pada aspek-aspek yang hendak diteliti.
3. Analisis data Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data untuk menentukan kelayakan
dari keseluruhan aspek. a. Aspek pasar.
Inti analisis aspek pasar adalah market share yang hendak diambil dari pasar potensial tersebut. Metode yang digunakan dalam penentuan pasar potensial adalah mengidentifikasi kesempatan terlebih
dahulu, kemudian mengidentifikasi hambatan, dan terakhir merencanakan market share. b. Aspek teknis teknologis
Aspek ini menganalisis mengenai lokasi industri yang hendak didirikan, kemudian menentukan besarnya kapasitas produksi, teknologi proses produksi yang digunakan, penentuan kebutuhan luas
ruangan industri dan lay out produksi. Penentuan lokasi industri mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, utilitas, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Penentuan kapasitas
produksi mempertimbangkan kemampuan pasar menyerap produk, ketersediaan bahan baku, dan kemampuan teknis. Penentuan teknologi proses produksi mempertimbangkan jumlah kapasitas produksi,
limbah yang dihasilkan, keefektifan dan efisiensi produksi. Penentuan kebutuhan luas ruangan produksi
13 dilakukan dengan cara sebagai berikut: kebutuhan luas ruangan mesin dan peralatan pembantu adalah
maksimum panjang dikalikan maksimum lebarnya, kebutuhan luas ruangan operator adalah maksimum panjang mesin dikalikan satu meter, kebutuhan luas ruangan bahan disesuaikan dengan bentuk bahan atau
wadahnya, dan kelonggaran yang dipakai adalah 150. c. Aspek manajemen
Aspek ini menentukan tipe organisasi yang sesuai dengan industri ini. Selain itu ditentukan pula kebutuhan sumber daya manusia untuk menempati jabatan pada tipe organisasi yang telah ditentukan dan
kualifikasi pendidikan yang sesuai untuk menempati jabatan tersebut. d. Aspek legalitas dan lingkungan
Aspek legalitas ini menentukan bentuk badan usaha yang sesuai. Selain itu ditentukan pula hal-hal yang diperlukan dalam perizinan industri. Aspek lingkungan menganalisis dampak lingkungan yang
ditimbulkan serta cara penanggulanganya. e. Aspek finansial
Aspek finansial ini menilai mengenai kebutuhan biaya –biaya yang dibutuhkan dalam industri ini,
baik itu berupa biaya investasi maupun biaya produksi. Selain itu dianalisis pula rencana pendapatan yang akan diterima bila industri ini dijalankan. Kemudian struktur pembiayaan industri ini dengan tingkat suku
yang berlaku. Metode penilaian yang digunakan untuk menentukan kelayakan investasi ini meliputi: net present value, internal rate of return, benefit cost ratio, break even point, pay back period
, dan analisis sensitivitas serta analisis resiko mata uang.
1 Net Present Value NPV Menurut Soeharto 1999, NPV didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas masuk dan
keluar selama umur proyek investasi ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka neto maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga pasar saat ini. Rumus NPV dijelaskan
pada Persamaan 3.1. 3.1
Keterangan Ct
= aliran kas masuk tahun ke-t Cot
= aliran kas keluar tahun ke-t n
= umur unit usaha hasil investasi i
= arus pengembalian rate of return t
= waktu indikasinya,NPV = positif , usulan dapat diterima, semakin tinggi nilai NPV maka semakin baik
NPV = negatif, usulan ditolak NPV = 0 berarti netral
14 2. Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return IRR adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas
masuk=aliran kas keluar. Untuk IRR ditentukan terlebih dahulu NPV=0, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian diskonto i agar hal tersebut terjadi. Rumusnya dijelaskan pada persamaan 3.2.
3.2 keterangan
Ct = aliran kas masuk tahun ke-t
Cot = aliran kas keluar tahun ke-t
i = arus pengembalian diskonto
n = tahun
Indikasinya, IRR arus pengembalian i yang diinginkan required rate of return, maka diterima
IRR arus pengembalian i yang diinginkan required rate of return, maka ditolak. 3. BenefitCost Ratio BC Ratio
Menurut Soeharto 1999, Benefitcost ratio adalah perbandingan manfaat terhadap biaya. Pada proyek-proyek swasta benefit umumnya berupa pendapatan minus biaya di luar biaya pertama misalnya
untuk produksi dan operasi. Rumusnya dijelaskan persamaan 3.3. 3.3
keterangan BC ratio = Benefit cost ratio
R = Nilai sekarang pendapatan
Cop = Nilai sekarang biaya di luar biaya pertama Cf
= Biaya pertama Indikasinya,BC ratio 1 usulan diterima
BC ratio 1 usulan ditolak BC ratio = 1 netral
4. Pay Back Period PBP
Pay Back Period menurut Soeharto 1999 adalah jangka waktu yang digunakan untuk
mengembalikan modal investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih sendiri adalah selisih pendapatan dikurangi pengeluaran pertahun. Bila aliran kas tiap tahunnya berubah-ubah maka rumusnya
sebagai berikut: 3.3
Keterangan Cf
= Biaya pertama An
= Aliran kas pada tahun n n
= Tahun pengembalian ditambah 1
15 5. Break even point BEP
Menurut Ibrahim 2003, Break even point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin cepat waktu pengembalianya.
Rumus untuk menghitung BEP pada persamaan 3.4. dan 3.5. BEP jumlah produksi =
3.4 BEP Rupiah =
3.5 Keterangan
a : biaya tetap b : biaya variabel per unit
p : harga per unit q : jumlah produksi
6. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh
terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada
suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut
sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya
harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman Soeharto 2000. Selain itu dianalisis pula resiko nilai tukar mata uang asing.
3.1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN