7 Ditambahkan Umar 2005, dalam studi kelayakan bisnis perlu mempertimbangkan resiko-
resiko bisnis yang terjadi. Ini dimaksudkan agar analisisnya menjadi berimbang. Salah satu resiko yang dapat terjadi adalah resiko transaksi valuta asing. Transaksi valuta asing merupakan suatu
pertukaran satu mata uang dengan mata uang lainnya, misalnya dalam rangka perdagangan skala internasional yang melibatkan satu negara dengan negara lain. Resiko menggunakan mata uang
asing ini dapat dilihat dari 3 sisi yaitu 1. Eksposur transaksi untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi kurs akan mengganggu aliran
kas perusahaan dimasa yang akan datang. 2. Eksposur akuntansitranslasi untuk mengetahui seberapa fluktuasi kurs valas mempengaruhi
laporan keuangan konsolidasi dan neraca perusahaan. 3. Eksposur ekonomi untuk mengetahui seberapa jauh nilai perusahaan akan berubah bila kurs
valas berubah kearah yang tidak diharapkan.
2.2 ENHANCED OIL RECOVERY
Menurut Green dan Willhile 1998, Operasi perolehan minyak bumi dikategorikan dalam tiga tahapan yaitu tahapan primer, sekunder, dan tersier. Produksi secara primer dihasilkan dari tenaga
yang keluar secara alami dalam sumur minyak. Produksi secara sekunder biasanya dimplementasikan setelah terjadi penurunan produksi secara primer. Proses produksi secara
sekunder sendiri, sekarang hampir disamakan dengan waterflooding atau menggunakan air. Perolehan minyak setelah water flooding dapat mencapai 35-50 original oil in place OOIP.
Menurut kamus migas OOIP adalah jumlah minyak yang ada dalam suatu sumur minyak yang dihitung secara volumetrik berdasarkan data geologi, material balance, dan data-data sifat fisik
fluida. Setelah waterflooding masih terdapat minyak sisa yang tidak dapat tersapu saat water flooding.
Minyak tersisa ini jumlahnya masih besar dan terjebak dalam pori-pori batuan. Minyak yang tersisa ini jumlahnya sebesar 20-35 dalam area penyapuan.
Enhanced Oil Recovery EOR bertujuan untuk memobilisasi minyak yang terjebak tersebut
sehingga dapat diproduksikan. EOR sendiri secara prinsipnya menggunakan injeksi dari gas atau bahan kimia cair, atau energi termal Green dan Willhile 1998. Menurut Thomas 2008 untuk
klasifikasi metode EOR dibagi menjadi 2 yaitu metode termal dan metode nontermal yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Penggunaan surfaktan dalam aplikasi EOR sendiri temasuk dalam metode
nontermal menggunakan bahan kimia. Proses menggunakan bahan kimia dengan injeksi bahan kimia cair mampu mengangkat
minyak secara efektif karena kemampuannya dalam menurunkan Interfacial Tencion IFT cairan kimia dan minyak. Nilai IFT harus diturunkan dari 10-30 dynescm pada proses waterflooding
hingga menjadi sekitar 10
-3
dynescm.
2.3 SURFAKTAN
Menurut Myers 2006, surfaktan atau surface active agent merupakan bahan yang memiliki
kemampuan adsorpsi antar muka, yang disebabkan oleh adanya gugus hidrofilik dan hidrofobik. Adsorpsi ini umumnya mengakibatkan perubahan permukaan atau sifat antarmuka dari sistem.
Gugus hidrofilik sendiri merupakan gugus yang cenderung berinteraksi kuat dengan air sedangkan gugus hidrophobik justru sebaliknya yang cenderung memiliki sedikit interaksi dengan air. Dalam
8 terminologi surfaktan, gugus hidrofilik diumpamakan sebagai kepala sedangkan hidrofobik adalah
ekornya. Struktur sederhana surfaktan ditunjukan pada Gambar 2. Surfaktan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Anionik Bila gugus hidrofiliknya bermuatan negatif, misalnya karboksil RCOO
-
M
+
, sulfonat RSO
3 -
M
+
, sulfat RSOSO
3 -
M
+
atau fosfat ROPO
3 -
M
+
. Metil ester sulfonat termasuk dalam kategori ini.
2. Kationik Bila gugus hidrofiliknya bermuatan positif, misalnya kuartener amonium halida R
4
N
+
X
-
3. Nonionik Bila gugus hidrofiliknya tidak bermuatan, misalnya polioksietilenPOE atau R-OCH
2
CH
2
O- atau R-grup polioil termasuk gula
4. Amfoterik Molekulnya mengandung atau kemungkinan mengandung gugus yang bermuatan negatif dan
positif seperti RN
+
CH
3 2
CH
2
CH
2
SO
3 –
.
Gambar 2. Struktur sederhana surfaktan Karsa 2006 Kehadiran gugus hidrofobik dan hidrofilik dalam satu molekul menyebabkan
surfaktan cenderung berada pada antarmuka antara fase yang berbeda derajat polaritas dan ikatan hidrogen seperti pada minyak dan air. Keberadaan surfaktan pada lapisan antar muka
ini menyebabkan turunnya tegangan antar muka interfacial tension antara minyak dan air Georgeiou et al 1992. Penurunan tegangan antar muka ini akan berpengaruh terhadap gaya
kapilernya sehingga penurunan harga tegangan antar muka di bawah 10
-2
dynecm dapat melepaskan minyak yang terjebak pada daerah penyempitan pori-pori. Adanya proses
emulsifikasi antara minyak dengan air injeksi yang mengandung surfaktan, menyebabkan emulsi tersebut dapat didesak dan diproduksikan bersama-sama air formasi sehingga minyak
sisa yang terdapat di dalam sumur minyak dapat dikurangi dan diharapkan dapat ditingkatkan perolehannya pada saat diproduksikan Lemigas 2006.
2.4 METIL ESTER SULFONAT