Kebijakan Subsidi Perikanan di Indonesia

16 Gambar 1. Ikan Teri Stolephorus sp Sumber : www.fish-fishes.com Ikan teri termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis yang umumnya membentuk gerombolan schooling. Menurut Simbolon 2011, ikan pelagis dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis besar merupakan ikan pelagis dengan ukuran 100-250 cm ukuran dewasa dan jenis ikan pelagis besar umumnya adalah perenang cepat, misalnya ikan tuna, cangkalang, tongkol, tengiri, dan lain-lain. Sedangkan ikan pelagis kecil adalah ikan pelagis yang berukuran 5-50 cm ukuran dewasa, misalnya ikan layang, kembung, lemuru, selar, teri, ikan terbang, dan lainnya.

2.3 Kebijakan Subsidi Perikanan di Indonesia

Subsidi merupakan tindakan atau kebijakan pemerintah yang masih perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor di negaranya. Menurut WTO tentang subsidi tahun 2006, negara-negara yang melakukan subsidi mendasari tindakannya berdasarkan beberapa faktor, yaitu 2 : 1. Untuk menjamin perkembangan industri dalam negeri 2 http:www.kapanlagi.comhold0000189398.html 17 2. Untuk inovasi dan dukungan atas produk lokal 3. Untuk redistribusi produk 4. Perlindungan lingkungan 5. Keamanan nasional 6. Alasan non-perdagangan dalam pertanian 7. Kebijakan budidaya Menurut WTO, subsidi merupakan suatu kebijakan yang dapat mengganggu perdagangan internasional dan persaingan bebas dalam pasar dunia Fauzi, 2005. Namun, karena perbedaan sistem ekonomi dan kesejahteraan di tiap negara, maka tidak menutup kemungkinan subsidi tetap diberlakukan dengan pembatasan tertentu. Indonesia merupakan negara dengan potensi perikanan dan produk perikanan lainnya yang cukup besar dan didukung dengan wilayah strategis. Hal ini mendukung Indonesia dalam perdagangan internasional di sektor perikanannya. Namun, subsidi yang dilakukan dalam perikanan seringkali dipermasalahkan dalam WTO. Apabila Indonesia menghapus subsidi perikanan sesuai aturan WTO, maka tidak menutup kemungkinan produksi dan daya saing perikanan Indonesia di perdagangan internasional akan menurun. Subsidi perikanan mulai dibicarakan secara serius oleh WTO pada tahun 2001 setelah dikeluarkannya deklarasi tingkat menteri. Perikanan termasuk dalam kategori produk non-agrikultur dan bukan termasuk dalam kategori produk- produk utama non-primary product sehingga perihal subsidi perikanan merupakan bagian dari pengaturan Agreement on Subsidies and Countervailing Measures ASCM 1995 3 . Menurut Fauzi 2005, subsidi sering dianggap sebagai biang kerok terjadinya overcapacity di industri perikanan yang memicu krisis 3 http:www.kapanlagi.comhold0000189398.html 18 perikanan global sebagaimana disebutkan sebelumnya. Subsidi juga dianggap sebagai faktor yang dapat mendistorsi perdagangan. Laporan dari berbagai sumber resmi seperti APEC, OECD, dan WTO, memperkirakan bahwa subsidi perikanan sudah mencapai US 15 hingga US 20 milyar per tahun. Namun, mengingat kondisi nelayan Indonesia yang sebagian besar adalah nelayan kecil, maka subsidi perikanan masih sangat dibutuhkan. Apalagi melihat produksi perikanan nelayan kecil yang masih rendah akibat kurangnya modal, teknologi yang kurang memadai, dan hari melaut yang tidak pasti akibat cuaca yang buruk. Sehingga kebijakan pemerintah dalam mempertahankan subsidi perikanan bagi nelayan kecil harus dipertahankan mengingat kondisi nelayan itu sendiri.

2.4 Penangkapan Berlebih