76 Artinya, dengan dibangunnya SPDN di kompleks TPI Wonokerto dapat
menghemat biaya penangkapan per trip sebesar Rp 7.500,00 hingga Rp 15.000,00. Penghematan biaya penangkapan ini diduga akan menyebabkan
perubahan pada effort, hasil tangkapan, dan rente ekonomi keuntungan nelayan payang gemplo pada kondisi awal analisis bioekonomi sebelum dikenakan
simulasi pemberian subsidi solar yang dapat dilihat pada Tabel 26. Simulasi pengenaan pemberian subsidi solar pada penelitian ini diduga
akan menyebabkan pengurangan biaya penangkapan per trip sebesar Rp 10.000,00 dengan kebutuhan solar rata-rata responden sebesar 20 liter setiap kali
trip . Sehingga biaya total rata-rata per trip yang awalnya sebesar Rp 269.132,14
per trip menjadi Rp 259.132,14 per trip. Hasil pendugaan nilai parameter biologi dan ekonomi setelah pengenaan pemberian subsidi dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Nilai Parameter Biologi dan Parameter Ekonomi Ikan Teri Nasi Setelah Pengenaan Subsidi Solar
Parameter Biologi dan Ekonomi Nilai Sebelum
Subsidi Nilai Setelah
Subsidi
Laju Pertumbuhan Alami r 0,9180670
0,9180670 Koefisien Kemampuan Tangkap q
0,0001331 0,0001331
Daya Dukung Lingkungan K 349,5568075
349,5568075 Harga Ikan p RpTon
17.696.327,75 17.696.327,75
Biaya c RpTrip 269.132,14
259.132,14
Sumber : Hasil Analisis Data 2011
6.8.2 Analisis Bioekonomi Sebelum dan Setelah Pemberian Subsidi Solar
Analisis bioekonomi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya ikan yang optimal pada rezim MSY, MEY,
dan open access dengan menggabungkan parameter biologi dan parameter ekonomi. Adanya perubahan pada parameter ekonomi dalam suatu analisis
bioekonomi, tentunya akan menyebabkan adanya perubahan pada hasil analisis
77 sebelumnya. Simulasi pengenaan subsidi solar untuk nelayan sebesar Rp
10.000,00 per trip akan menyebabkan biaya penangkapan per trip yang merupakan parameter ekonomi mengalami penurunan. Dan pada akhirnya akan
menyebabkan perubahan pada effort, hasil tangkapan harvest, keuntungan nelayan, dan nilai biomas sumberdaya ikan teri nasi di perairan Kabupaten
Pekalongan. Hasil simulasi setelah pengenaan subsidi solar dapat dilihat pada Tabel 25,
dimana terjadi perubahan effort pada kondisi MEY dan open access, sedangkan pada kondisi MSY tetap. Pada kondisi MEY penggunaan effort paling kecil
dibandingkan dengan kondisi MSY dan open access, dimana setelah pengenaan subsidi solar penggunaan effort mengalami perubahan sebesar 42 trip, dari 2.322
trip menjadi 2.364 trip. Peningkatan effort juga terjadi pada kondisi open access
dengan peningkatan sebesar 84 trip, dari 4.644 trip menjadi 4.728 trip. Sedangkan pada kondisi MSY penggunaan effort tidak berubah. Hal ini dikarenakan pada
kondisi MSY hanya memperhitungkan aspek biologi tanpa memperhitungkan aspek ekonomi. Sementara pada penelitian ini dikenakan simulasi pengenaan
subsidi solar yang berpengaruh pada biaya trip yang merupakan aspek ekonomi. Sedangkan pada kondisi open access dan MEY, pemberian subsidi solar
menebabkan perubahan pada penggunaan effort karena pada kondisi tersebut aspek ekonomi diperhitungkan, sehingga dengan penurunan biaya trip yang
disebabkan subsidi solar, memungkinkan nelayan untuk meningkatkan effort dengan harapan dapat meningkatkan hasil tangkapannya.
78
Tabel 25. Perbandingan Nilai Effort, Harvest, Biomas, dan Rente Ekonomi
Ikan Teri Nasi pada Kondisi Sebelum dan Setelah Pengenaan Subsidi Solar pada Rezim
MSY, MEY, dan Open Access
Parameter Rezim Pengelolaan
MSY MEY
OA
E Trip Sebelum Subsidi 3.450
2.322 4.644
h Ton Sebelum Subsidi 80,229
71,651 70,624
x Ton Sebelum Subsidi 174,778
231,930 114,303
Rente Ekonomi Rp Sebelum Subsidi 491.254.534,24
643.062.563,05 E Trip Subsidi
3.450 2.364
4.728 h Ton Subsidi
80,229 72,276
69,227 x Ton Subsidi
174,778 229,806
110,056 Rente Ekonomi Rp Subsidi
525.754.562,79 666.490.877,51
Sumber : Hasil Analisis Data 2011
Peningkatan penggunaan
effort memungkinkan
nelayan untuk
meningkatkan hasil tangkapan, sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Hasil simulasi pengenaan subsidi solar menunjukkan bahwa hasil tangkapan pada
kondisi MEY mengalami meningkatan setelah dikenakan subsidi solar, yaitu dari 71,651 ton menjadi 72,276 ton dengan perubahan tangkapan sebesar 0,626 ton.
Pada kondisi open access peningkatan hasil tangkapan tidak terjadi dan yang terjadi adalah penurunan hasil tangkapan sebesar 1,397 ton, dari hasil tangkapan
70,624 ton menjadi 69,227 ton. Sedangkan pada kondisi MSY hasil tangkapan tetap karena effort yang digunakan tidak berubah. Pada kondisi open access
peningkatan effort tidak menunjukkan adanya peningkatan hasil tangkapan karena pada kondisi open access perikanan cenderung dikelola secara terbuka atau bebas.
Jadi, siapapun dapat dengan bebas mengambil sumberdaya ikan tersebut. Kondisi open access
akan membuat pemanfaatan sumberdaya ikan menjadi tidak terkontrol, dimana selama perikanan itu menguntungkan, maka nelayan akan
cenderung peningkatkan laju penangkapan tanpa melihat daya dukung lingkungan. Hal ini akan mengakibatkan laju penangkapan ikan pada kondisi open
79 access
melebihi laju penangkapan pada kondisi MSY yang justru akan berdampak pada penurunan hasil tangkapan ikan dalam jangka panjang.
Pada Tabel 25 juga dapat dilihat bahwa pemberian subsidi menyebabkan peningkatan keuntungan rente ekonomi pada kondisi MEY dan MSY, sedangkan
pada kondisi open access keuntungan tetap sama, yaitu nol. Pada kondisi MEY keuntungan meningkat dari Rp 643.062.563,05 menjadi Rp 666.490.877,51
dengan perubahan keuntungan sebesar Rp 23.428.314,46. Sedangkan pada kondisi MSY
keuntungan meningkat
dari Rp
491.254.534,24 menjadi
Rp 525.754.562,79,48 dengan perubahan sebesar Rp 34.500.028,55.
Dari data dan hasil perhitungan pengenaan pemberian subsidi solar pada nelayan di Kabupaten Pekalongan dapat disimpulkan bahwa pemberian subsidi
solar secara langsung berpengaruh pada penurunan biaya trip nelayan. Penurunan biaya trip yang merupakan aspek ekonomi menyebabkan peningkatana effort pada
kondisi open access dan MEY, sedangkan pada kondisi MSY tetap karena pada kondisi ini tidak memperhitungkan aspek ekonomi. Peningkatan effort secara
langsung meningkatkan hasil tangkapan pada kondisi MEY dan tidak berpengaruh langsung pada kondisi open access karena hasil tangkapan cenderung turun,
sedangkan pada kondisi MSY hasil tangkapan tetap. Pengenaan subsidi solar yang menurunkan biaya trip nelayan juga berpengaruh pada keuntungan rente
ekonomi nelayan pada kondisi MSY dan MEY, sementara pada kondisi open access
keuntungan tetap nol.
80
6.8.3 Perbandingan Produksi Aktual dan Produksi Lestari Sebelum dan Setelah Pemberian Subsidi Solar
Produksi lestari ikan teri dapat diduga dengan mengetahui nilai r, q, dan K, maka perbandingan produksi aktual dan produksi lestari sumberdaya ikan teri
Kabupaten Pekalongan dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Perbandingan Tingkat Produksi Aktual dan Produksi Lestari Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan Kabupaten Pekalongan
Tahun 1997-2010
Tahun Et
Produksi Aktual Hat ton
Produksi Lestari Hst ton
1997 1.957
78,959 65,218
1998 1.152
54,137 44,646
1999 2.263
116,584 70,745
2000 1.854
43,417 63,074
2001 1.543
67,846 55,730
2002 1.974
74,663 65,558
2003 3.200
85,185 79,812
2004 4.970
115,353 64,620
2005 2.843
48,348 77,754
2006 1.904
41,876 64,132
2007 1.816
56,970 62,246
2008 1.161
28,010 44,925
2009 1.249
31,579 47,588
2010 671
12,899 28,182
Rata-rata
2.040 61,130
Sumber : Hasil Analisis Data 2011
Pemberian subsidi solar kepada nelayan kecil, khususnya di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan dapat dilihat dari adanya pembangunan
SPDN, sehingga nelayan payang gemplo dapat memperoleh solar dengan lebih mudah. Sebelum dibangunnya SPDN di TPI Wonokerto, nelayan harus membeli
solar di luar wilayah Wonokerto, sehingga menyebabkan biaya tambahan bagi nelayan yaitu berupa biaya transportasi. Selain itu, sebagian nelayan juga ada
yang membeli solar di pengecer dengan harga solar yang lebih mahal. Dengan adanya biaya transportasi dan biaya lebih ketika membeli solar di pengecer
menyebabkan rente ekonomi nelayan juga menurun.
81 Pada Gambar 6 ditunjukkan produksi aktual dan lestari ikan teri nasi pada
tingkat effort yang sama. Produksi aktual yang melebihi produksi lestari ikan teri nasi selama periode tahun 1997-2010 terjadi pada tahun 1997 hingga tahun 2004,
namun pada tahun 2000 produksi aktual lebih kecil dari produksi lestari ikan teri nasi. Rezim pengelolaan pada kondisi MEY dan MSY dengan effort yang
digunakan selama 14 tahun berkisar antara 2.500 trip hingga 3.500 trip.
7000 6000
5000 4000
3000 2000
1000 120
100 80
60 40
20
Effort Trip P
ro d
u k
s i
T o
n
Produk si Lestari Produk si A k tual
Variable
2010 2009
2008 2007
2006 2005
2004
2003 2002
2001
2000 1999
1998 1997
Gambar 6. Perbandingan Produksi Aktual dan Produksi Lestari pada Tingkat
Effort yang Sama
Pada gambar 6 juga dapat dilihat bahwa terjadi kontraksi yang besar jika ditarik garis lurus dari tahun 2010 hingga tahun 2004. Perbedaan produksi aktual
antara tahun 2004 dan 2010 terlihat besar, dimana pada tahun 2010 produksi aktual berada di dalam kurva produksi lestari, sedangkan tahun 2004 produksi
aktual jauh di atas produksi lestari. Kondisi ini juga terjadi pada tahun 1999, dimana produksi aktual jauh berada di luar kurva produksi lestari. Pada tahun
sebelum subsidi, yaitu tahun 1997-2003 produksi ikan teri nasi di Kabupaten
82 Pekalongan meningkat sepanjang tahunnya hingga mencapai puncak produksi
aktual pada tahun 2004, dimana bertepatan dengan tahun pendirian SPDN subsidi solar di TPI Wonokerto. Namun, pada tahun 2005 produksi aktual kembali pada
kondisi di bawah kurva produksi lestari. Hal ini diduga karena pada akhir tahun 2005, yaitu pada bulan Oktober terjadi kenaikan harga BBM solar yang
mencapai 100 dari harga Rp 2.100,00 menjadi Rp 4.300,00. Sehingga effort nelayan mengalami penurunan dari tahun 2004 sebesar 4.970 trip menjadi 2.843
trip pada tahun 2005 yang berdampak pada penurunan produksi aktual nelayan
payang gemplo. Adanya kenaikan harga solar selain berdampak pada penurunan produksi nelayan, juga berdampak positif pada sumberdaya ikan teri nasi di
perairan Kabupaten Pekalongan. Hal ini dapat dilihat dari produksi aktual nelayan setelah kenaikan harga solar, dimana produksi kembali berada di dalam kurva
produksi lestari. Dilihat dari kondisi yang terjadi di Kabupaten Pekalongan dapat diduga jika harga solar tetap berada pada harga Rp 2.100,00 maka produksi aktual
nelayan akan semakin meningkat dari tahun ke tahun dan hal ini dapat menyebabkan sumberdaya ikan teri nasi pada kondisi terdegradasi.
Tabel 26 menunjukkan bahwa pada periode sebelum adanya SPDN di TPI Wonokerto, yaitu tahun 1997-2003, produksi aktual lebih besar daripada produksi
lestari. Pada tahun 2004 yang merupakan awal dibangunnya SPDN TPI Wonokerto, produksi aktual lebih besar dibandingkan dengan produksi lestari dan
penggunana effort jauh lebih besar dibandingkan dengan penggunaan effort tahun sebelum dan sesudahnya. Penggunaan effort aktual yang lebih besar dari effort
yang diperbolehkan agar ikan tetap dalam kondisi lestari inilah yang menyebabkan produksi aktual lebih besar dibandingkan dengan produksi lestari.
83 Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya produksi lestari lebih besar
dibandingkan dengan produksi aktual yang dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 7.
Gambar 7. Perbandingan Tingkat Produksi Aktual dan Tingkat Produksi Lestari Ikan Teri Nasi Sebelum dan Setelah Subsidi Solar di
Perairan Kabupaten Pekalongan Pengaruh pembangunan SPDN terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri
nasi akan terlihat dari peningkatan penggunan effort yang diikuti dengan peningkatan produksi aktual ikan teri nasi. Namun, pengaruh pembangunan
SPDN di TPI Wonokerto hanya terlihat pada tahun 2004 awal pembangunan SPDN. Pada tahun 2004 effort meningkat dari 3.200 trip menjadi 4.970 trip yang
diikuti dengan peningkatan produksi aktual dari 85,185 ton pada tahun 2003 menjadi 115,353 ton pada tahun 2004. Pada tahun 2004 juga terlihat bahwa
produksi aktual lebih besar dari produksi lestari yang bernilai 64,620 ton. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pembangunan SPDN di TPI Wonokerto hanya
terlihat pada tahun 2004 yang ditandai dengan peningkatan penggunaan effort dan diikuti dengan peningkatan produksi aktual yang melebihi produksi lestari.
0.000 20.000
40.000 60.000
80.000 100.000
120.000
140.000
1997
1998
1999 2000
2001 2002
2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Produksi
Aktual Hat ton
Produksi Lestari Hst
ton
Sebelum Setelah subsidi
84 Dari data dan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa pengaruh
adanya pemberian subsidi solar berupa pembangunan SPDN di TPI Wonokerto tidak berpengaruh besar atau tidak mengganggu terhadap kelestarian sumberdaya
ikan teri nasi di perairan Kabupaten Pekalongan. Hal ini terlihat dari rata-rata effort
aktual dan rata-rata produksi aktual ikan teri nasi di Kabupaten Pekalongan masih dibawah tingkat effort dan produksi pada kondisi MSY.
6.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Payang