20 Overfishing
selain berdampak pada degradasi sumberdaya perikanan dan penurunan produksi perikanan, juga berdampak pada illegal fishing. Menurut
Fauzi 2005, hal ini dikarenakan dalam skala makro overfishing dapat menimbulkan fleet migration. Artinya dengan jumlah kapal yang terus meningkat,
negara-negara yang mengalami penurunan stok dan produksi, serta peningkatan kompetisi, akan bereaksi mencari fishing ground yang lebih produktif, baik secara
legal maupun ilegal. Hal inilah yang mengakibatkan timbulnya illegal fishing yang merugikan negara.
2.5 Pendugaan Produksi Perikanan yang Optimal
Sumberdaya perikanan yang bersifat akses terbuka dapat menimbulkan pemanfaatan yang berlebihan atau tidak terkontrol. Dalam hal ini pemanfaatan
sumberdaya perikanan menjadi tidak optimal, karena seringkali input atau effort yang digunakan dalam produksi perikanan lebih besar dari effort yang sebenarnya
dibutuhkan dalam suatu wilayah tangkapan. Akibatnya hasil tangkapan tidak mampu menutupi biaya yang dikeluarkan untuk produksi perikanan. Hal ini akan
berdampak pada kerugian yang ditanggung oleh nelayan itu sendiri. Maka, diperlukan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang optimal agar dapat
meningkatkan hasil produksi perikanan tanpa merusak sumberdaya perikanan. Menurut Fauzi 2006, pengelolaan sumberdaya perikanan pada awalnya
hanya berdasarkan faktor biologis saja, yaitu dengan pendekatan Maximum Sustainable Yield
MSY. Inti dari pendekatan ini adalah setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas produksi surplus,
sehingga apabila surplus itu dipanen tidak lebih dan tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan. Namun, pendekatan
21 pengelOAan MSY ini banyak dikritik sebagai pendekatan yang terlalu sederhana
dan tidak mencukupi. Kritik yang paling mendasar adalah karena pendekatan MSY tidak mempertimbangkan aspek sosial ekonomi sumberdaya alam.
Menurut Tinungki 2005, model awal dan paling sederhana dalam dinamika populasi perikanan adalah model produksi surplus atau model Schaefer.
Model produksi surplus adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk pendugaan stok ikan, yaitu melalui penggunaaan data hasil tangkapan dan data
effort . Sehingga akan diperoleh tiga parameter biologi, yaitu tingkat pertumbuhan
alami r, daya dukung lingkungan K, dan koefisien kemampuan penangkapan q. Menurut Gulland 1961, diacu dalam Tinungki 2005, model produksi
surplus terdiri dari dua model dasar yaitu Model Schaefer hubungan linier dan Model Gompertz yang dikembangkan oleh Fox hubungan eksponensial.
Beberapa tipe model produksi surplus menggambarkan hubungan antara stok dan produksi. Masing-masing model memiliki keuntungan dan kerugian yang
bergantung pada situasi dimana model tersebut digunakan. Model produksi surplus menurut Tinungki 2005 yang dapat digunakan untuk mengetahui
parameter biologi perikanan adalah Schaefer 1954, Fox 1970, Gulland 1961, Pella-Tomlinson 1969, Walter-Hilborn 1976, Schnute 1977, Clarke-
Yoshimoto-Pooley 1992, dan Cushing 2001.
2.6 Model Walter-Hilborn