69
6.6 Analisis Bioekonomi Ikan Teri Nasi
Analisis bioekonomi dilakukan setelah dua parameter diduga, yaitu parameter biologi dan parameter ekonomi. Parameter biologi sebelumnya telah
diduga dengan menggunakan model Walter-Hilborn, sehingga diperoleh r, q, dan K. Sedangkan parameter ekonomi merupakan total biaya per trip dan harga ikan
teri nasi yang dikonversikan menjadi harga riil dan biaya riil. Nilai parameter biologi dan parameter ekonomi dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Nilai Parameter Biologi dan Parameter Ekonomi Ikan Teri Nasi Parameter Biologi dan Ekonomi
Satuan Nilai
Laju Pertumbuhan Alami r per tahun
0,9180670 Koefisien Kemampuan Tangkap q
1unit effort 0,0001331
Daya Dukung Lingkungan K ton
349,5568075 Harga Ikan p
RpTon 17.696.327,75
Biaya c RpTrip
269.132,14
Sumber : Hasil Analisis Data 2011
Tingkat pemanfaatan ikan teri nasi di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat melalui rezim pengelolaan MSY Maximum Sustainable Yield, MEY Maximum
Economic Yield , dan rezim OA Open Access. Tingkat pemanfaatan ikan teri di
Kabupaten Pekalongan dapat diduga melalui parameter biologi dan ekonomi dengan melihat tingkat effort E, hasil tangkapan h, dan ren
te ekonomi π dari masing-masing rezim.
Nilai biomas optimal x, effort optimal yang diperbolehkan E, hasil tangkapan optimal h pada rezim MSY Maximum Sustainable Yield berturut-
turut adalah 174,778 ton, 3.450 trip, dan 80,229 ton. Pada rezim MEY Maximum Economic Yield
, nilai biomas optimal adalah 231,930 ton, effort optimal yang diperbolehkan adalah 2.322 trip, dan hasil tangkapan optimal adalah 71,651 ton.
Sedangkan pada rezim OA Open Access, nilai biomas, effort, dan tangkapan optimal berturut-turut adalah 114,303 ton, 4.644 trip, dan 70,624 ton. Hal ini
70 menunjukkan bahwa effort optimal yang dibutuhkan pada rezim open access lebih
tinggi dari rezim MSY dan MEY. Sedangkan hasil tangkapan optimal, rezim MSY memiliki nilai yang paling besar diantara rezim MEY dan open access. Effort dan
hasil tangkapan yang tinggi pada rezim open access tidak sebanding dengan rente ekonomi yang didapatkan, karena rente ekonomi pada rezim open access adalah
Rp 0,00. Sedangkan pada rezim MEY dengan menggunakan effort yang lebih efisien dan hasil tangkapan yang lebih sedikit dibandingkan dua rezim lainnya
dapat menghasilkan rente ekonomi yang maksimal, yaitu Rp 643.062.563,05 dan nilai ini lebih besar dibandingkan rente rezim MSY yang bernilai Rp
491.254.534,24. Hasil analisis bioekonomi dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Analisis Bioekonomi Ikan Teri Nasi Pada Rezim Pengelolaan MSY,
MEY, dan Open Access Parameter
Rezim Pengelolaan MSY
MEY OA
E Trip 3.450
2.322 4.644
h Ton 80,229
71,651 70,624
x Ton 174,778
231,930 114,303
Rente Ekonomi Rp 491.254.534,24
643.062.563,05
Sumber : Hasil Analisis Data 2011
Gambar 4 menunjukkan bahwa effort atau tingkat upaya penangkapan aktual rata-rata penangkapan ikan teri nasi di Kabupaten Pekalongan lebih lebih
kecil dibandingkan effort pada rezim MSY, MEY, dan OA, dimana effort aktual rata-rata penangkapan ikan teri nasi sebesar 2.040 trip. Hal ini menunjukkan
bahwa effort yang digunakan oleh nelayan payang gemplo di Kabupaten Pekalongan belum melebihi tingkat penggunaan effort optimal yang
diperbolehkan secara lestari MSY.
71
Gambar 4. Perbandingan Effort Ikan Teri Nasi pada Kondisi MSY, MEY,
Open Access, dan Aktual di Perairan Kabupaten Pekalongan
Pada Gambar 5 terlihat bahwa tingkat produksi aktual rata-rata ikan teri nasi di perairan Kabupaten Pekalongan sebesar 61,130 ton belum melebihi tingkat
produksi harverst dari rezim pengelolaan MEY, MSY dan Open Access masing- masing sebesar 71,651 ton, 80,229 ton, dan 70,624 ton.
Dari Gambar 4 dan Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa pengelolaan ikan teri nasi di perairan Kabupaten Pekalongan belum mengalami biological
overfishing dan belum optimal. Oleh karena itu, effort ikan teri nasi dapat
ditingkatkan hingga mencapai effort pada kondisi lestari MSY, yaitu sebesar 3.450 trip dengan hasil produksi sebesar 80,229 ton.
3.450
2.322 4.644
2.040
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
MSY MEY
OA Aktual
E ff
o rt
T ri
p
72
Gambar 5. Perbandingan Produksi Ikan Teri Nasi pada Kondisi MSY, MEY,
Open Access, dan Aktual di Perairan Kabupaten Pekalongan 6.7
Estimasi Laju Degradasi Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan Kabupaten Pekalongan
Pendugaan laju degradasi sumberdaya ikan teri nasi di Kabupaten Pekalongan berdasarkan data produksi ikan teri nasi dan effort yang digunakan
selama periode waktu 14 tahun. Pendugaan terjadinya degradasi ikan teri dapat dilihat dari analisis kontras antar produksi aktual dan produksi lestari ikan teri
dalam waktu 14 tahun. Produksi aktual ikan teri nasi merupakan dari data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perikanan Kabupaten Pekalongan. Sedangkan
produksi lestari ikan teri nasi dapat diduga dengan menggunakan formula berikut Fauzi, 2010 :
ℎ = �� 1 −
�
6.2
80,229 71,651
70,624 61,130
10 20
30
40
50
60
70 80
90
MSY MEY
OA Aktual
Pr o
d u
k si
T o
n
73 Dengan mengetahui nilai r, q, dan K, maka fungsi produksi lestari sumberdaya
ikan teri Kabupaten Pekalongan adalah : ℎ = 0,04652601108. � 1 − 0,0001449785255. �
sehingga dapat diketahui tingkat produksi lestari per tahun yang dapat dilihat pada Tabel 23.
Nilai produksi aktual dan produksi lestari yang telah diketahui dapat digunakan untuk menghitung laju degradasi sumberdaya ikan teri nasi di
Kabupaten Pekalongan. Nilai laju degradasi ikan teri nasi dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.8, sehingga perhitungan nilai koefisien laju
degradasi sumberdaya ikan teri nasi di perairan Kabupaten Pekalongan dapat
dilihat pada Lampiran 8 dan disajikan secara ringkas pada Tabel 23.
Dari Tabel 23 terlihat bahwa tingkat produksi aktual sejak tahun 1997 hingga tahun 2004 lebih tinggi dari tingkat produksi lestari, sedangkan dari tahun
2005 hingga tahun 2010 tingkat produksi aktual lebih rendah jika dibandingkan tingkat produksi lestari. Namun, pada tahun 2000 tingkat produksi aktual lebih
rendah dari produksi lestari. Degradasi
sumberdaya merupakan
penurunan kualitaskuantitas
sumberdaya. Sumberdaya dikatakan telah terdegradasi jika nilai koefisien laju degradasinya lebih dari 0,5. Dari Tabel 23 menunjukkan bahwa koefisien laju
degradasi ikan teri nasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata nilai koefisien laju degradasi ikan teri nasi di perairan Kabupapten Pekalongan
selama periode tahun 1997-2010 sebesar 0,246. Nilai koefisien laju degradasi ikan teri menunjukkan bahwa ikan teri nasi di perairan Kabupaten Pekalongan belum
74 mengalami degradasi, hal ini ditunjukkan nilai koefisien laju degradasi yang
kurang dari 0,5.
Tabel 23. Tingkat Produksi Aktual, Produksi Lestari, dan Laju Degradasi Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan Kabupaten Pekalongan
Tahun 1997-2010
Tahun Et
Produksi Aktual Hat
ton Produksi
Lestari Hst ton
Laju Degradasi
1997 1.957
78,959 65,218
0,304 1998
1.152 54,137
44,646 0,305
1999 2.263
116,584 70,745
0,353 2000
1.854 43,417
63,074 0,190
2001 1.543
67,846 55,730
0,305 2002
1.974 74,663
65,558 0,294
2003 3.200
85,185 79,812
0,282 2004
4.970 115,353
64,620 0,364
2005 2.843
48,348 77,754
0,167 2006
1.904 41,876
64,132 0,178
2007 1.816
56,970 62,246
0,251 2008
1.161 28,010
44,925 0,167
2009 1.249
31,579 47,588
0,181 2010
671 12,899
28,182 0,101
Rata-rata
2.040 61,130
0,246
Sumber : Hasil Analisis Data 2011
6.8 Simulasi Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri Nasi dengan Pemberian