Dinitro Oksida N a

26 Seperti clearing CO 2 , analisis ragam juga menunjukkan posisi tabung tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi CH 4 . Hasil tersebut mengindikasikan kondisi lahan pada masing-masing titik sampling tidak secara signifikan mempengaruhi konsentrasi CH 4 yang terukur. Namun, dari Gambar 7b dapat dilihat konsentrasi CH 4 lebih tinggi pada tabung yang dekat dengan sumber pupuk. Hal ini disebabkan oleh aplikasi pupuk urea mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme penghasil metan metanogen dalam menghasilkan CH 4 . Penggunaan pupuk urea mampu meningkatkan fluks CH 4 selama musim pertumbuhan melalui peningkatan pH tanah yang diikuti hidrolisis urea dan penurunan potensial redoks, yang dapat menstimulasi aktivitas metanogen Dubey, 2005. Oleh karena itu, semakin dekat dengan sumber pupuk, diperkirakan aktivitas metanogen dalam menghasilkan CH 4 semakin meningkat. Sementara itu, hasil analisis ragam menunjukkan konsentrasi CH 4 berbeda nyata terhadap waktu pengambilan gas. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kondisi lingkungan berdasarkan perubahan waktu terutama untuk parameter temperatur tanah, temperatur udara dan radiasi matahari. Dubey 2005 menyatakan emisi CH 4 lebih responsif terhadap temperatur. Selain mempengaruhi pembentukan CH 4 , temperatur juga mempengaruhi proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah dimana substrat untuk metanogen diproduksi. Dari hasil clearing diketahui emisi CH 4 lebih tinggi pada pagi hari dan malam hari. Kondisi tanah yang lebih bersifat anaerobik pada pagi dan malam hari merupakan penyebab tingginya emisi CH 4 .

4.3.3 Dinitro Oksida N

2 O Emisi N 2 O dari tanah merupakan hasil dari proses nitrifikasi dan denitrifikasi yang melibatkan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Nitrifikasi terjadi dalam kondisi aerob sedangkan denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob. Oleh karena itu, N 2 O dapat terbentuk pada kondisi aerob maupun anaerob. Hasil pengukuran gas N 2 O pada saat clearing disajikan pada Gambar 7c. Rata-rata gas N 2 O yang terukur adalah 3.0 ppm 3.3 mgNm 2 jam dengan total emisi selama 24 jam sebesar 157 mgNm 2 . Konsentrasi N 2 O tertinggi terdapat pada tabung 8 sebesar 4.1 ppm 4.6 mgNm 2 jam sedangkan terendah pada tabung 5 yaitu 2.1 ppm 2.4 mgNm 2 jam. Berdasarkan waktu pengambilan gas, konsentrasi N 2 O dari yang tertinggi terjadi pada pukul 24.00 3.6 ppm, 4.0 mgNm 2 jam, pukul 08.00 3.1 ppm, 3.5 mgNm 2 jam, pukul 16.00 2.9 ppm, 3.3 mgNm 2 jam dan terendah pada pukul 12.00 1.8 ppm, 2.0 mgNm 2 jam. Analisis ragam menunjukkan konsentrasi N 2 O tidak berbeda nyata baik berdasarkan posisi tabung p=0.34, R 2 = 0.39 maupun waktu pengambilan gas p=0.39, R 2 =0.38 Lampiran 8. Konsentrasi N 2 O pada masing-masing tabung lebih bervariasi dibandingkan dengan CH 4 . Hal ini menunjukkan N 2 O lebih reaktif terhadap penambahan pupuk urea dibandingkan dengan CH 4 . Pathak 1999 menyatakan, produksi N 2 O dari tanah selama proses denitrifikasi dan nitrifikasi meningkat dengan adanya pemupukan N. Mikroorganisme membutuhkan sumber N yang digunakan sebagai substrat dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Pupuk urea menyediakan sumber N di dalam tanah sehingga secara langsung dapat mempengaruhi produksi N 2 O. Meskipun lebih reaktif terhadap penambahan urea, hasil clearing N 2 O tidak berbeda nyata baik berdasarkan posisi tabung maupun waktu pengambilan sampel. Hal ini menunjukkan N 2 O yang terukur tidak hanya dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan, tetapi juga sangat dikendalikan oleh berbagai faktor lingkungan di lokasi penelitian. Batjes dan Bridges 1992 menyatakan proses nitrifikasi dan denitrifikasi sangat sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan. Pengukuran clearing N 2 O berdasarkan posisi tabung menunjukkan semakin dekat posisi tabung dengan sumber pupuk, konsentrasi N 2 O yang terukur cenderung semakin tinggi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penambahan pupuk urea mampu menyediakan sumber N di 27 dalam tanah yang digunakan sebagai substrat oleh mikroorganisme dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dinitro oksida N 2 O merupakan produk samping yang dihasilkan dari kedua proses tersebut. Oleh karena itu semakin dekat dengan pupuk, substrat yang tersedia semakin banyak sehingga dapat meningkatkan produksi N 2 O. Hasil penelitian juga menunjukkan konsentrasi N 2 O yang lebih tinggi pada malam hari dibandingkan siang hari. Hal ini disebabkan pada malam hari ketersediaan oksigen di dalam tanah lebih rendah dibandingkan dengan siang hari sehingga lahan menjadi lebih bersifat anaerobik. Kondisi tersebut dapat memicu aktivitas bakteri dalam menghasilkan N 2 O melalui proses denitrifikasi karena proses denitrifikasi terjadi pada kondisi anaerob. Berdasarkan hasil clearing diketahui bahwa konsentrasi CO 2 , CH 4 dan N 2 O tidak berbeda nyata terhadap posisi tabung. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya, tabung penangkap gas diletakkan di tiga titik berdasarkan posisinya dari sumber pupuk yaitu di dekat tanaman dekat dengan sumber pupuk, diantara dua tanaman dan diantara empat tanaman. Waktu sampling untuk penelitian utama ditentukan berdasarkan waktu maksimum emisi yang diperoleh dari hasil pengukuran diurnal change. Hasil pengukuran emisi CH 4 dan N 2 O kemudian dikonversi ke CO 2 CO 2 equivalent untuk mengetahui nilai Global Warming Potential GWP. Nilai GWP adalah angka yang digunakan untuk menyatakan nilai potensi pemanasan global dari CH 4 dan N 2 O yang disetarakan dengan CO 2 . Nilai GWP pada penentuan posisi tabung clearing dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil perhitungan GWP saat clearing menunjukkan nilai GWP tertinggi terjadi pada pukul 24.00 WIB sebesar 47 kgCO 2 eqhajam dan terendah pada pukul 12.00 WIB yaitu 29 kgCO 2 eqhajam dengan total GWP 673 kgCO 2 eqha. Nilai GWP tersebut tidak berbeda nyata berdasarkan jam pengambilan sampel p=0.43, R 2 =0.35. Tabel 8. Emisi GRK dan nilai GWP pada penentuan posisi tabung penangkap gas clearing Jam CO 2 CH 4 N 2 O GWP kgCO 2 hajam kgCH 4 hajam kgN 2 O hajam kg CO 2 eqhajam 8 11.6 0.07 0.11 42 12 11.5 0.06 0.06 29 16 12.1 0.06 0.10 41 24 11.5 0.06 0.13 47 Total 299 1.7 4.9 673 Total emisi selama 24 jam 28

4.4 Diurnal Change