Karbondioksida CO Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emisi Gas Rumah Kaca

10

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emisi Gas Rumah Kaca

2.4.1 Karbondioksida CO

2 Menurut Rastogi et al. 2002 beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya emisi CO 2 dari tanah adalah suhu, kelembaban, variasi pola diurnal, variasi musim dan ruang gerak, tekstur tanah, pH tanah, salinitas, tekanan atmosfer, aplikasi pupuk organik dan buatan, penggunaan inhibitor nitrifikasi, jenis tanaman budidaya, dan pengolahan lahan. 1 Temperatur Penelitian yang dilakukan di beberapa area perhutanan oleh Fang et al. 2010 mengindikasikan temperatur tanah menjadi penyebab 49-96 variasi pada fluks CO 2 , sedangkan kelembaban tanah sebesar 40-49. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fluks CO 2 dari tanah terutama sangat dipengaruhi oleh temperatur tanah. Yunshe et al. 2000 juga menemukan adanya korelasi yang positif antara temperatur udara atau temperatur tanah dengan fluks CO 2 yang dihasilkan dari lahan padang rumput. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa temperatur merupakan faktor utama yang mengendalikan variasi fluks GRK harian dari padang rumput. Peningkatan temperatur tanah menyebabkan fluks CO 2 dari tanah juga meningkat. Peningkatan temperatur tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan akar tanaman tumbuh dengan sangat cepat selama musim panas yang pendek. Peningkatan aktivitas mikroorganisme dan pertumbuhan akar yang sangat cepat dapat meningkatkan dekomposisi C organik tanah dan pelepasan CO 2 dari tanaman yang merupakan hasil respirasi akar Zheng et al., 2009; Fang et al., 2010. Akan tetapi, temperatur yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan emisi CO 2 . Hal ini disebabkan pada temperatur tinggi terbentuk inhibitor respirasi mikroorganisme yang dapat meng-inaktivasi sistem oksidasi biologis Rastogi, 2002. 2 Kelembaban Menurut Rastogi et al. 2002, secara umum peningkatan kelembaban tanah dapat meningkatkan evolusi CO 2 sampai pada tingkat optimum, setelah itu peningkatan kelembaban akan mengurangi evolusi CO 2 . Pengeringan dan penggenangan tanah secara periodik akan meningkatkan emisi CO 2 . Hal ini dikarenakan ketika dilakukan penggenangan kembali, aktivitas mikroorganisme yang awalnya berada dalam kondisi laten akan meningkat sehingga meningkatkan CO 2 yang dihasilkan. 3 Variasi pola diurnal, musim dan ruang Besarnya emisi CO 2 dari tanah sangat bervariasi selama periode yang berbeda pada waktu siang dan malam hari. Medina dan Zelwer 1972 diacu dalam Rastogi et al. 2002 menyatakan respirasi tanah pada malam hari selalu lebih besar dibandingkan siang hari karena kelembaban relatif Rh pada malam hari lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme pada awal malam hari, dan karena temperatur tanah yang tinggi menjelang malam. 4 Tekstur tanah Tekstur tanah berdampak pada penyebaran mikroorganisme dan pertumbuhan bakteri serta jamur yang lebih baik dengan adanya ketersediaan udara dan kelembaban, dan hal tersebut 11 berdampak pada pembentukan CO 2 . Tingkat infiltrasi air dan difusi gas juga sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah demikian halnya dengan produksi serta emisi CO 2 Rastogi et al., 2002. 5 pH tanah Derajat keasaman pH tanah yang rendah berdampak negatif terhadap aktivitas mikroorganisme, yang menyebabkan tingkat respirasi rendah sehingga berdampak pada rendahnya CO 2 yang dihasilkan Rastogi et al., 2002. Kowalenko and Ivarson 1978 diacu dalam Rastogi et al. 2002 melaporkan adanya peningkatan CO 2 seiring dengan meningkatnya pH. Akan tetapi, ketika pH tanah melebihi 7 berdampak sebaliknya pada emisi CO 2 . Pada pH 8.7, emisi CO 2 menurun 18 dibandingkan emisi pada pH 7 dan ketika pH meningkat sampai 10, tingkat reduksi emisi CO 2 mencapai 83. 6 Salinitas Rastogi et al. 2002 menyatakan kelebihan jumlah garam mempunyai efek negatif terhadap proses fisik, kimia dan mikrobiologi yang terjadi di dalam tanah, termasuk mineralisasi C dan N serta aktivitas enzim yang sangat penting dalam proses dekomposisi bahan organik tanah. Pathak dan Rao 1998 melaporkan terdapat penurunan CO 2 seiring dengan peningkatan salinitas tanah. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan CO 2 yang dihasilkan secara biologis, kecuali pada tanah dengan salinitas yang sangat tinggi. Pada kondisi tersebut emisi CO 2 yang dihasilkan cenderung rendah. 7 Tekanan atmosfer Beberapa hasil penelitian menunjukkan tekanan atmosfer berbanding terbalik dengan emisi CO 2 . Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penurunan tekanan atmosfer memicu keluarnya CO 2 yang tersimpan di dalam profil tanah Rastogi et al., 2002. 8 Aplikasi pupuk organik dan buatan Menurut Rastogi et al. 2002, aplikasi pupuk nitrogen dapat menurunkan pembentukan CO 2 . Hal tersebut terjadi karena penambahan pupuk nitrogen dapat menurunan respirasi mikroorganisme melalui peningkatan keasaman pH tanah. Sementara itu, aplikasi pupuk organik mampu menyediakan C organik bagi mikroorganisme tanah sehingga penambahan pupuk dalam jumlah besar dapat meningkatkan emisi CO 2 secara signifikan.

2.4.2 Metana CH