13 6
Pupuk Dampak  dari  penggunaan  pupuk  terhadap  emisi  CH
4
tergantung  pada  tingkat,  tipe  dan metode  aplikasi  penggunaan.  Penggunaan  pupuk  urea  meningkatkan  fluks  CH
4
selama  musim pertumbuhan  yang  kemungkinan  disebabkan  oleh  peningkatan  pH  tanah  yang  diikuti  hidrolisis
urea dan penurunan potensial redoks, yang dapat  menstimulasi aktivitas  metanogen Wang et al. 1993  diacu  dalam  Dubey  2005.  Penggunaan  pupuk  urea  tablet  sebagai  pengganti  urea  dapat
mengurangi emisi metana dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, penggunaan pupuk sulfit ammonium [NH
4
]
2
SO
4
akan mengurangi emisi metana yang lebih banyak Irmansyah, 2004.
2.4.3 Dinitro Oksida N
2
O
Batjes dan Bridges 1992 dalam reviewnya menyatakan terdapat beberapa faktor lingkungan dan faktor budidaya pertanian yang mempengaruhi proses biologis pada mikroorganisme tanah penghasil
emisi  N
2
O  Tabel  2.  Faktor  lingkungan  yang  dapat  mempengaruhi  emisi  N
2
O  dari  tanah  meliputi  : temperatur  tanah,  kelembaban  tanah  dan  status  aerasi  tanah,  struktur,  tekstur,  porositas  dan
presipitasiirigasi, pH, kandungan bahan organik dan tipe tanah. Sedangkan faktor budidaya pertanian dan  manajemen  pengolahan  yang  dapat  mempengaruhi  emisi  N
2
O  dari  tanah  meliputi  :  pupuk  tipe, tingkatdosis,  teknik  aplikasi,  waktu,  praktek  penanamanbudidaya  pembajakan,  irigasi,  drainase
dan  pemilahan  tanaman.  Semua  faktor  tersebut  sangat  bervariasi  baik  di  tingkat  lokal,  regional maupun global karena faktor iklim dan kondisi tanah sangat bervariasi dalam waktu dan tempat.
Tabel 2. Faktor kunci yang mempengaruhi emisi N
2
O dari tanah Manajemen pengolahan
Faktor Lingkungan Tipe pupuk
Temperatur Tingkat aplikasi
Presipitasi Teknik aplikasi
Kelembaban tanah Waktu aplikasi
Kandungan C organik Praktek pembajakan
Ketersediaan oksigen Penggunaan bahan kimia lain
Porositas Rotasi tanaman
pH Irigasi
Freeze and thaw cycle Residu N dan C dari tanaman dan pupuk
Mikroorganisme Sumber : Batjes dan Bridges 1992 diadaptasi setelah Eichner 1990
Sementara itu, menurut Pathak 1999, beberapa faktor yang mempengaruhi emisi dinitro oksida dari tanah adalah :
1 Kelembaban tanah
Kandungan  air  tanah  dapat  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  mempengaruhi  proses denitrifikasi  dengan  cara  :  1  menyediakan  kondisi  yang  mendukung  untuk  pertumbuhan  dan
aktivitas mikroorganisme; 2 menghambat supply O
2
dengan cara memenuhi pori-pori tanah; 3 membebaskan  substrat  C  dan  N  tersedia  selama  siklus  pelembaban  dan  pengeringan;  dan  4
14 menyediakan  media  difusi  dimana  substrat  dan  produk  dapat  masuk  dan  keluar  dari
mikroorganisme tanah. Aulakh et al., 1992 diacu dalam Pathak, 1999. Secara  umum,  pembebasan  N
2
O  ke  atmosfer  dapat  ditingkatkan  melalui  alternatif  dry-wet cycles
. Pembasahan wetting meningkatkan mineralisasi bahan organik dalam proses nitrifikasi, dan membentuk kondisi anaerobik yang dibutuhkan dalam proses denitrifikasi. Di bawah kondisi
tersebut, produksi N
2
O kemungkinan melebihi reduksi N
2
O menjadi N
2
; curah hujan yang terjadi berikutnya akan menurunkan peak N
2
O secara umum Batjes dan Bridges, 1992. 2
Oksigen Beberapa  hasil  penelitian  menunjukkan  N
2
O  yang  dihasilkan  dalam  proses  denitrifikasi berbanding  terbalik  dengan  konsentrasi  O
2
terlarut.  Hal  ini  dikarenakan  oksigen  diperkirakan menjadi  inhibitor  dari  enzim  nitrat  reduktase  sehingga  dapat  menekan  proses  denitrifikasi  oleh
mikroorganisme Batjes dan Bridges, 1992; Pathak, 1999. 3
pH tanah pH  optimum  untuk  emisi  N
2
O  melalui  denitrifikasi  bervariasi  menurut  spesies  dan  umur organisme serta konsentrasi NO
3
, akan tetapi sebagian besar denitrifier mempunyai pH optimum untuk pertumbuhan diantara 6 dan 8. Keasaman tanah mempunyai kemungkinan mengatur emisi
N
2
O melalui berbagai mekanisme Pathak, 1999; 3.1
Peningkatan  keasaman  tanah  dapat  menurunkan  tingkat  dekomposisi  bahan  organik  tanah sehingga ketersediaan N sebagai substrat dalam pembentukan N
2
O menurun. 3.2
Keasaman tanah yang tinggi secara langsung dapat mengurangi nitrifikasi dan denitrifikasi. 3.3
Pengasaman  dapat  menghambat  N
2
O  reduktase  sehingga  dalam  proses  denitrifikasi  akan lebih banyak dihasilkan N
2
O dibandingkan N
2
. 3.4
Penurunan pH dapat mengurangi ketersediaan molybdenum yang dapat mengurangi sintesis NO
3
reduktanse, yaitu enzim molybdo-protein. 3.5
Dengan  penurunan  pH,  pembentukan  N
2
O  melalui  reduksi  NO
3
akan  menjadi  toksik  dan pelarutan alumunium atau mangan kemungkinan menyebabkan efek toksisitas.
4 Tekstur tanah
Pengaruh  tekstur  tanah  terhadap  emisi  gas  N
2
O  kemungkinan  merupakan  hasil  dari  variasi fisik  antara  proporsi  udara  dan  air.  Chaterpaul  et  al.  1980  diacu  dalam  Pathak  1999
melaporkan bahwa tingkat emisi N
2
O lebih besar pada tekstur tanah yang halus. 5
Temperatur Temperatur  merupakan  salah  satu  faktor  penting  yang  mempengaruhi  proses  emisi  N
2
O. Hasil  penelitian  Yunshe  et  al.  2000  menunjukkan  adanya  peningkatan  fluks  N
2
O  pada temperatur tanah yang lebih tinggi. Menurut Batjes dan Bridges 1992, pH dan aerasi tanah lebih
mempengaruhi besarnya variasi emisi N
2
O dibandingkan temperatur. 6
Aplikasi pemupukan Produksi N
2
O dari tanah selama proses denitrifikasi dan nitrifikasi meningkat dengan adanya pemupukan  N.  Jenis  pupuk  N  yang  digunakan  mempengaruhi  besarnya  emisi  N
2
O  yang
15 dihasilkan. Emisi N
2
O lebih banyak dengan adanya aplikasi urea, kemudian diikuti dengan pupuk ammonium  sulfat  dan  nitrat  Bremner  dan  Blackmer,  1978;  Mosier  et  al.,  1986  diacu  dalam
Pathak, 1999. 7
Pupuk organik Denitrifier  dan  nitrifier  menggunakan  kandungan  C  organik  sebagai  elektron  donor  untuk
energi  dan  sintesis  dari  konstituen  sel.  Residu  tanaman,  pupuk  hijau  dan  pupuk  pekarangan dilaporkan dapat meningkatkan denitrifikasi Aulakh et al., 1992 diacu dalam Pathak, 1999.
8 Tanaman
Tanaman  berdampak  pada  emisi  N
2
O  dengan  mempengaruhi  kandungan  nitrat  dan  karbon dalam  tanah  dan  tekanan  parsial  oksigen.  Dampak  tidak  langsung  lainnya  adalah  kemampuan
beberapa  tanaman  seperti  padi,  untuk  menyediakan  O
2
pada  rhizospherenya,  yang  dapat meningkatkan kandungan nitrat melalui peningkatan nitrifikasi Pathak, 1999.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian  dilaksanakan  selama  10  bulan,  dimulai  pada  bulan  Mei  2010  sampai  bulan  Februari 2011.  Pengambilan  contoh  gas  dilaksanakan  di  kebun  percobaan  jarak  pagar  milik  PT.  Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. Analisis konsentrasi gas dilaksanakan di Lembaga Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi SBRC dan Laboratorium
Instrumen Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB
.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kompos bungkil jarak pagar, urea, dan slow release urea. Aplikasi
pupuk  dilakukan  di  perkebunan  jarak  pagar  Jatropha  curcas  L.  PT.  Indocement  Tunggal  Prakarsa
Tbk.,  Cibinong.  Gas  standar  yaitu  CO
2
350  ppm,  CH
4
50  ppm  dan  N
2
O  50  ppm  disiapkan  untuk menghitung  konsentrasi  gas-gas  yang  akan  diidentifikasi.  Peralatan  yang  digunakan  meliputi  tabung
penangkap  gas,  stadler  bag  untuk  menyimpan  sampel  gas, gas  tight  syringe  1  mL,  vacuum  syringe 100 mL, Hoboware Pro alat pengukur temperatur tanah dan udara, radiasi matahari, kadar air tanah
dan  curah  hujan,  termometer,  gas  kromatografi  GC  Merk  HP  seri  5890  yang  dilengkapi  detector tipe  Thermal  Conductivity  Detector  TCD,  Flame  Ionization  Detector  FID,  dan  Electron  Capture
Detector ECD. Kolom  yang digunakan adalah  Agilent Technology  HP Plot Q dengan  pajang 30 m
dan  diameter  0.53  mm  dengan  ketebalan  film  40  µm.  Peralatan  yang  digunakan  dalam  penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penelitian Pendahuluan Clearing dan Diurnal Change
Penelitian  pendahuluan  bertujuan  untuk  mengetahui  perbedaan  emisi  gas  CO
2
,  CH
4
dan  N
2
O antara  siang  dan  malam  Diurnal  Change  sehingga  dapat  diketahui  waktu  emisi  mencapai
maksimum.  Pada  penelitian  ini  juga  dilakukan  clearing  untuk  menentukan  posisi  tabung  penangkap gas. Tahapan pelaksanaan penelitian pendahuluan ini adalah :
1 Aplikasi pupuk
Pemberian  pupuk  pada  tanaman  dilakukan  sehari  setelah  pemangkasan.  Jenis  pupuk  yang digunakan  dalam  penelitian  pendahuluan  adalah  urea.  Pemupukan  dilakukan  dengan
membenamkan pupuk di sekeliling tanaman pada kedalaman ± 10 cm. 2
Pengambilan sampel gas Pengambilan sampel gas untuk clearing dilakukan pada pukul 08.00, 12.00, 16.00 dan 24.00
WIB.  Pengambilan  sampel  gas  untuk  pengukuran  diurnal  change  dilakukan  setiap  jam  dalam sehari  24  kali  pengambilan  gas.  Gas  yang  diemisikan  tanah  ditangkap  dengan  menggunakan
tabung  penangkap  gas    yang  terbuat  dari  bahan  PVC  dan  tutup  tabung  yang  dilengkapi  dengan valve
.  Gas  diambil  ±  10  menit  setelah  tabung  ditutup.  Sampel  yang  ada  dalam  tabung  diambil dengan  menggunakan  vacuum  syringe  ukuran  100  mL,  kemudian  disimpan  dalam  stadler  bag.