32
4.5 Emisi CH
4
dan N
2
O dari Aplikasi Kompos Bungkil Jarak Pagar
Pemanfaatan  bungkil  jarak  pagar  sebagai  pupuk  organik  kompos  merupakan  salah  satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan limbah hasil pengolahan biji jarak
pagar.  Akan  tetapi,  aplikasi  kompos  bungkil  jarak  pagar  di  lahan  pertanian  juga  berpotensi meningkatkan  emisi  CH
4
dan  N
2
O  dari  dalam  tanah.  Di  bawah  ini  merupakan  hasil  pengukuran CH
4
dan N
2
O dari aplikasi kompos bungkil jarak pagar di lahan perkebunan dan perbandingannya dengan aplikasi pupuk anorganik yaitu urea dan slow release urea.
4.5.1 Metana CH
4
Emisi  metana  dari  lahan  pertanian  sangat  dipengaruhi  oleh  dekomposisi  bahan  organik  di dalam tanah. Konsentrasi CH
4
dari perlakuan kompos bungkil jarak pagar pada 3, 5, 7 dan 14 hari setelah aplikasi pupuk HSAP adalah 2.9 ppm 2.8 mgCm
2
jam, 3.7 ppm 3.5 mgCm
2
jam, 3.0 ppm  2.8  mgCm
2
jam  dan  3.6  ppm  3.4  mgCm
2
jam.  Perubahan  konsentrasi  CH
4
yang dihasilkan masing-masing jenis pupuk dapat dilihat pada Gambar 12. Selama waktu pengamatan,
konsentrasi CH
4
maksimum terjadi pada 5 HSAP untuk semua jenis pupuk dengan nilai tertinggi dihasilkan  oleh  urea  sebesar  4.2  ppm  4.0  mgCm
2
jam.  Hasil  penelitian  utama  menunjukkan konsentrasi CH
4
dari kompos bungkil jarak pagar lebih rendah dibandingkan urea pada 3, 5 dan 7 HSAP,  sedangkan  pada  14  HSAP  konsentrasi  CH
4
dari  perlakuan  kompos  bungkil  jarak  pagar lebih tinggi. Bila dibandingkan dengan slow release urea SRU, konsentrasi CH
4
dari perlakuan kompos  bungkil  jarak  pagar  lebih  tinggi  pada  3,  5  dan  14  HSAP  sedangkan  pada  7  HSAP,
konsentrasi CH
4
dari kompos bungkil lebih rendah.
Gambar  12.  Perubahan  emisi  CH
4
sesaat  dari  setiap  perlakuan  selama  pengamatan  pada  pukul 07.00-09.00 WIB
Konsentrasi  CH
4
pada  3  HSAP  dari  yang  tertinggi  dihasilkan  dari  perlakuan  urea,  kompos bungkil jarak pagar, SRU dan terendah kontrol KO. Pada 5 HSAP konsentrasi CH
4
yang terukur meningkat untuk semua perlakuan. Konsentrasi CH
4
dari yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan urea, kompos, bungkil jarak pagar, SRU dan terendah kontrol.
Perlakuan pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap CH
4
yang dihasilkan pada 3 HSAP p=0.68, R
2
=0.37 dan 5 HSAP p=0.29, R
2
=0.62 Lampiran 10. Hal ini dapat disebabkan dekomposisi  bahan  organik  oleh  mikroorganisme  belum  optimal.  Produksi  CH
4
dari  lahan
1 2
3 4
5 6
2 4
6 8
10 12
14 16
C H
4 p
p m
HSAP urea
kompos slow release urea
KO
33 pertanian  berasal  dari  dekomposisi  bahan  organik  dalam  kondisi  anaerob  Suprihati,  2005.
Kompos  bungkil  jarak  pagar  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  mengandung  C  organik  yang tinggi  yaitu  48.4  sehingga  pemberian  pupuk  organik  tersebut  akan  menambah  ketersediaan  C
organik di dalam tanah  yang  secara langsung dapat  meningkatkan produksi CH
4
.  Aplikasi pupuk anorganik  seperti  urea  dan  SRU  juga  dapat  meningkatkan  produksi  CH
4
secara  tidak  langsung. Oleh  karena  itu,  diduga  sampai  dengan  5  HSAP  aktivitas  mikroorganisme  dalam  menghasilkan
CH
4
belum optimal sehingga konsentrasi CH
4
yang terukur tidak berbeda nyata. Meskipun  tidak  berbeda  nyata,  dari  hasil  penelitian  diketahui  perlakuan  urea  menghasilkan
konsentrasi CH
4
yang lebih tinggi dibandingkan kompos pada 3 dan 5 HSAP. Hal ini disebabkan pemberian  pupuk  urea  mampu  meningkatkan  aktivitas  mikroorganisme  penghasil  metana
metanogen. Menurut Dubey 2005, pemberian urea dapat memperbesar emisi CH
4
dengan cara meningkatkan pH tanah melalui hidrolisis urea dan menurunkan potensial redoks Eh yang dapat
menstimulasi  aktivitas  metanogen  dalam  memproduksi  CH
4
.  Sebaliknya,  konsentrasi  CH
4
dari pupuk slow release urea SRU pada 3 dan 5 HSAP lebih rendah dibandingkan  kompos bungkil
jarak  pagar.  Sama  halnya  dengan  urea,  pemberian  pupuk  SRU  dapat  meningkatkan  emisi  CH
4
secara  tidak  langsung.  Akan  tetapi,  SRU  terhidrolisis  lebih  lambat  dibandingkan  urea  sehingga memungkinkan produksi CH
4
dari aplikasi pupuk tersebut menjadi lebih rendah. Perlakuan  pemupukan  memberikan  pengaruh  nyata  pada  7  HSAP  p=0.02,  R
2
=0.80 Lampiran 10. Konsentrasi CH
4
pada 7 HSAP dari yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan urea 3.4  ppm,  3.2  mgCm
2
jam  kemudian  SRU,  kompos  bungkil  jarak  pagar  dan  terendah  KO. Berbeda  dengan  7  HSAP,  perlakuan  pemupukan  tidak  berpengaruh  nyata  terhadap  konsentrasi
CH
4
pada 14 HSAP p=0.73, R
2
=0.49 Lampiran 10. Konsentrasi CH
4
tertinggi pada 14 HSAP dihasilkan dari perlakuan kompos bungkil jarak pagar 3.6 ppm, 3.4 mgCm
2
jam, kemudian urea, SRU dan terendah kontrol.
Perlakuan  aplikasi  pupuk  memberikan  pengaruh  nyata  pada  7  HSAP  karena  diduga  proses dekomposisi bahan organik dan aktivitas metanogen di dalam tanah berlangsung optimal. Berbeda
dengan 3, 5 dan 14 HSAP, pada 7 HSAP konsentrasi CH
4
dari kompos bungkil jarak pagar lebih rendah  dibandingkan  pupuk  SRU.  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh  proses  hidrolisis  SRU  mampu
meningkatkan  aktivitas  metanogen  secara  signifikan  dan  CH
4
yang  dihasilkan  menjadi  lebih tinggi.  Pada  14  HSAP,  konsentrasi  CH
4
yang  dihasilkan  dari  perlakuan  urea  lebih  rendah dibandingkan dengan kompos bungkil jarak pagar karena sebagian besar urea sudah terhidrolisis di
awal pengamatan. Seperti  yang  telah  dijelaskan  pada  sub-bab  sebelumnya,  besarnya  emisi  CH
4
dari  lahan pertanian  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor  lingkungan.  Hasil  pengukuran  parameter  lingkungan
pada saat sampling dapat dilihat pada Lampiran 7. Analisis statistik menunjukkan konsentrasi CH
4
tidak berkorelasi dengan temperatur tanah, temperatur udara, radiasi matahari, kadar air tanah dan curah  hujan  Lampiran  11.  Hal  ini  menunjukkan  konsentrasi  CH
4
lebih  dipengaruhi  oleh perlakuan  aplikasi  pupuk.  Meskipun  demikian,  dari  data  parameter  lingkungan  diketahui
konsentrasi CH
4
tertinggi terjadi pada 5 HSAP dimana temperatur tanah, temperatur udara, radiasi matahari, kadar air tanah dan curah hujan tinggi.
Hujan  membuat tanah di lahan percobaan  menjadi lebih jenuh dengan air dan  meningkatkan kadar  air  tanah  sehingga  kondisi  tanah  menjadi  lebih  anaerob.  Kondisi  tersebut  dapat
meningkatkan  produksi  CH
4
di  dalam  tanah.  Selain  itu,  temperatur  tanah  dan  udara  yang  tinggi juga dapat meningkatkan aktivitas metanogen dan proses difusi CH
4
dari tanah ke atmosfer. Data konsentrasi  CH
4
yang diperoleh selama pengamatan merupakan data sesaat pada pukul 07.00-09.00  WIB.  Total  CH
4
selama  24  jam  dan  14  hari  diperkirakan  dengan  menggunakan
34 persamaan  grafik  yang  diperoleh  melalui  Interpolasi  Lagrange  Lampiran  13.  Hasil  perhitungan
total  CH
4
selama  24  jam  pada  setiap  waktu  pengambilan  sampel  disajikan  pada  Gambar  13 sedangkan  total  CH
4
selama  14  hari  dapat  dilihat  pada  Gambar  14.  Hasil  perhitungan  total  CH
4
selama  14  hari  menunjukkan  emisi  CH
4
tertinggi  dihasilkan  dari  pupuk  slow  release  ureaSRU 638  mgCm
2
,  kemudian  urea  630  mgCm
2
dan  paling  rendah  kompos  621  mgCm
2
.  Total emisi CH
4
dari urea yang lebih rendah dibandingkan SRU dapat dikarenakan sebagian urea telah terhidrolisis di awal pengamatan.
Gambar 13. Emisi CH
4
selama 24 jam dari setiap perlakuan pada 3, 5, 7 dan 14 HSAP
Gambar 14. Total emisi CH
4
selama 14 hari dari setiap jenis pupuk
4.5.2 Dinitro Oksida N