Metana CH Diurnal Change

29 matahari dan curah hujan Lampiran 4. Konsentrasi CO 2 hanya berkorelasi nyata dan negatif dengan radiasi matahari p=0.0017, r=-0.61 Lampiran 11. Selama pengambilan sampel gas untuk diurnal change, radiasi matahari di lokasi penelitian sangat berfluktuasi dengan nilai maksimum 842.5 wm 2 dan minimum 0.6 wm 2 .

4.4.2 Metana CH

4 Perubahan diurnal selama 24 jam untuk gas CH 4 disajikan pada Gambar 9. Konsentrasi CH 4 mencapai nilai tertinggi pada pukul 05.00 sebesar 5.4 ppm 5.2 mgCm 2 jam dan terendah pada pukul 15.00 sebesar 4.4 ppm 4.1 mgCm 2 jam. Konsentrasi CH 4 yang terukur relatif stabil dengan rata-rata 4.9 ppm 4.6 mgCm 2 jam dan total emisi selama 24 jam sebesar 701 ppm 111 mgCm 2 . Rata-rata konsentrasi CH 4 pada siang hari 4.8 ppm 4.5 mgCm 2 jam sedangkan rata- rata pada malam hari 5.0 ppm 4.7 mgCm 2 jam. Hasil analisis ragam menunjukkan jam pengambilan gas tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi CH 4 yang terukur p=0.10, R 2 =0.45 Lampiran 9. Gambar 9. Pola perubahan diurnal emisi CH 4 selama 24 jam Emisi metana juga dikendalikan oleh berbagai faktor lingkungan seperti kandungan bahan organik, kadar air, tekstur, temperatur, dan pH. Dari parameter temperatur tanah, temperatur udara, radiasi matahari, kadar air tanah dan curah hujan yang diamati, hasil analisis statistik menunjukkan konsentrasi CH 4 berkorelasi kuat dan negatif dengan temperatur tanah p0.0001, r=-0.72 dan temperatur udara p=0.0030, r=-0.58 Lampiran 11. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Yunshe et al. 2000 yang menyatakan temperatur menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi variasi harian emisi gas rumah kaca. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi CH 4 meningkat pada malam hari, mencapai maksimum pada pagi hari, menurun saat siang hingga minimum pada sore hari dengan rata-rata pada malam hari lebih tinggi dibandingkan siang hari. Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan konsentrasi CH 4 pada malam hari lebih tinggi dibandingkan siang hari. Pada malam hari supply oksigen ke dalam tanah berkurang sehingga lingkungan lebih bersifat anaerobik. Kondisi lingkungan yang anaerob dapat meningkatkan produksi CH 4 oleh mikroorganisme. Konsentrasi CH 4 pada malam hari relatif lebih tinggi dibandingkan siang hari mengindikasikan bahwa temperatur sangat mempengaruhi besarnya emisi CH 4 ke atmosfer. Konsentrasi CH 4 yang lebih rendah pada siang hari dapat disebabkan oleh peningkatan temperatur saat siang hari menyebabkan terhambatnya aktivitas mikroorganisme penghasil CH 4 . Menurut Couwenberg 2009, mikroorganisme yang berperan penting dalam menghasilkan metana adalah 2 3 4 5 6 7 8 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 C H 4 p p m waktu pukul Rata-rata CH 4 = 4.9 ppm 4.6 mgCm 2 jam Total emisi CH 4 = 701 ppm 111 mgCm 2 30 bakteri metanogenik Archaea yang bersifat anaerob. Aktivitas dari bakteri metanogen tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur. Peningkatan temperatur dapat meningkatkan produksi CH 4 sampai pada temperatur optimum. Setelah itu, peningkatan temperatur di atas temperatur optimum dapat menyebabkan penurunan produksi CH 4 . Hasil penelitian Juottonen 2008 menunjukkan produksi CH 4 rendah pada temperatur 5°C dan 14°C, lebih tinggi pada 25-35°C dengan nilai optimum pada ~30°C dan menurun pada suhu di atas 35°C. Dalam penelitian ini, konsentrasi CH 4 yang dihasilkan lebih tinggi pada temperatur tanah 26-27°C dengan rata-rata CH 4 sebesar 5.2 ppm sedangkan pada temperatur antara 28-32°C rata-rata CH 4 yang terukur adalah 4.7 ppm. Konsentrasi CH 4 pada malam hari yang cenderung lebih tinggi juga dapat disebabkan oleh menurunnya aktivitas oksidasi metan. Emisi metan ke atmosfer merupakan hasil interaksi antara tiga proses yaitu produksi metan methanogenesis di dalam tanah oleh metanogen, oksidasi metan oleh metanotrop dan distribusi metan melalui transpor tanaman, difusi atau ebullition Dubey, 2005. Aktivitas oksidasi metan membutuhkan supply oksigen. Sementara itu menurut Raskin dan Kende 1985 diacu dalam Batjes dan Bridges 1992, pada malam hari hanya sebagian kecil dari O 2 yang di transportasikan ke sistem perakaran tanaman sehingga oksidasi metan berkurang. Kondisi tersebut menghasilkan net emisi CH 4 yang lebih besar pada malam hari. Rata-rata konsentrasi CH 4 yang terukur dalam penelitian ini adalah 4.9 ppm 4.6 mgCm 2 jam atau 111 mgCm 2 hari. Sementara itu, hasil penelitian Isminingsih 2009 di lahan sawah menunjukkan lahan yang diberi perlakuan pengairan berselang dan diberi tambahan pupuk anorganik mempunyai fluks CH 4 sebesar 268 mgCm 2 hari. Fluks CH 4 di lahan sawah lebih besar disebabkan oleh kondisi lahan sawah yang selalu tergenang air sehingga lebih bersifat anaerob. Kondisi tersebut dapat meningkatkan aktivitas metanogen dalam menghasilkan metan sehingga emisi CH 4 di lahan sawah menjadi lebih besar.

4.1.2 Diniro-Oksida N