PENDAHULUAN Aplikasi Kompos Bungkil Jarak Pagar untuk Mereduksi Emisi Gas Rumah Kaca Karbondioksida (CO2), Metana (CH4) dan Dinitro-Oksida (N2O) dari Perkebunan Jarak Pagar

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu limbah organik yang dihasilkan dari pengolahan biji jarak pagar Jatropha curcas L. adalah bungkil. Bungkil merupakan sisa pengepresan kerneldaging biji jarak pagar yang masih mengandung minyak dan memiliki kandungan protein dan serat yang cukup tinggi. Menurut Makkar et al . 2008, bungkil sisa proses ekstraksi minyak mencapai 500–600 g per kg kernel. Dengan demikian, produksi minyak dari 1 ton biji jarak pagar akan menghasilkan 500-600 kg bungkil jarak pagar. Banyaknya limbah bungkil sisa pengepresan akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan tepat. Salah satu solusi dari masalah limbah tersebut adalah dengan memanfaatkan bungkil jarak pagar sebagai kompos. Kompos merupakan bahan organik berupa limbah hasil pertanian yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat- sifat tanah. Pemberian kompos akan menambah sumber karbon organik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan amonifikasi, nitrifikasi dan fiksasi nitrogen yang bermanfaat bagi tumbuhan. Bungkil jarak pagar merupakan salah satu bahan organik yang sangat baik digunakan sebagai kompos. Menurut Nurcholis dan Sumarsih 2007, bungkil daging biji jarak pagar memiliki kandungan unsur hara yang tinggi diantaranya C organik 55.2, N 4.1, P 0.5, dan K 1.2 sehingga cocok digunakan sebagai pupuk organik. Penggunaan bungkil jarak pagar sebagai kompos selain mengatasi permasalahan limbah yang dihasilkan dari pengolahan biji jarak juga meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan jarak pagar itu sendiri. Di sisi lain, aplikasi kompos bungkil jarak pagar pada lahan pertanian juga dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan berupa peningkatan konsentrasi gas rumah kaca GRK. Peningkatan konsentrasi GRK seperti CO 2 , CO, N 2 O, CH 4 , NO x , SO x dan CF x C y di atmosfer menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin meningkat atau yang biasa dikenal dengan pemanasan global global warming. Fenomena tersebut terjadi karena GRK menahan radiasi panas matahari lebih banyak daripada yang dibutuhkan bumi. Adanya peningkatan suhu permukaan bumi ini juga diikuti oleh perubahan alam yang lain seperti naiknya suhu dan ketinggian permukaan air laut serta perubahan pola iklim. Perubahan-perubahan alam tersebut tentunya membawa kerugian yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Diantara beberapa jenis GRK yang disebutkan sebelumnya, menurut Irmansyah 2004 kontribusi terbesar GRK di Indonesia berasal dari karbon dioksida CO 2 , metan CH 4 dan dinitro oksida N 2 O. Sektor energi dan kehutanan merupakan penghasil emisi GRK terbesar. Pada tahun 1990 kehutanan dan tata guna lahan menghasilkan 42.5 dari total emisi GRK, sementara dari sektor energi menghasilkan 40.9, kemudian diikuti oleh emisi sektor pertanian 13.4, industri 2.4 dan limbah 0.8. Data dari World Meteorological Organization 2007 menunjukkan rata-rata konsentrasi gas CO 2 , N 2 O dan CH 4 di atmosfer bumi pada tahun 2006 masing-masing mencapai 381.2 ppm, 320.1 ppb dan 1782 ppb. Angka tersebut apabila dibandingkan dengan kondisi pada masa pra- industri mengalami peningkatan masing-masing sebesar 36, 19 dan 155. Terkait dengan peningkatan konsentrasi GRK dari aplikasi kompos bungkil jarak pagar di lahan pertanian, tingginya ketersediaan bahan organik dalam tanah dengan adanya pemberian kompos berpotensi meningkatkan emisi gas metan CH 4 . Penambahan kompos juga dapat meningkatkan aktivitas nitrifikasi yang menghasilkan produk samping berupa gas dinitro oksida N 2 O. Selain itu, 2 pemberian kompos juga berpeluang meningkatkan emisi karbon dioksida CO 2 yang dihasilkan dari respirasi mikroorganisme. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini akan diukur emisi gas CO 2 , CH 4 dan N 2 O dari aplikasi kompos bungkil jarak pagar pada lahan perkebunan dan membandingkannya dengan emisi gas serupa dari aplikasi urea dan slow release urea.

1.2 Tujuan

1 Mengukur perubahan diurnal emisi CO 2 , CH 4 dan N 2 O pada siang dan malam hari sehingga dapat diketahui waktu emisi mencapai maksimum 2 Mengukur emisi gas rumah kaca CO 2 , CH 4 dan N 2 O dari aplikasi kompos bungkil jarak pagar, kemudian dibandingkan dengan emisi gas serupa pada aplikasi urea dan slow release urea. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA