28 Hal ini mengakibatkan harga nenas yang diterima petani rendah dan banyak nenas
yang dijual murah serta terbuang karena tidak memenuhi standar dan tidak diserap pasar sepenuhnya.
Dalam upaya peningkatan kualitas komoditas nenas, dibutuhkan suatu terobosan pengolahan pasca panen yang dapat memberikan nilai tambah pada
buah nenas. Perbaikan pengolahan pasca panen yang dilakukan adalah dengan penyediaan sarana dan prasarana serta teknologi dalam mengolah buah nenas
menjadi komoditas yang memiliki nilai tambah diantaranya melalui pengembangan industri pengolahan buah nenas seperti selai, manisan, dodol,
wajit, kerupuk dan keripik nenas. Hal tersebut dimaksudkan agar nenas dapat lebih tahan lama dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
1.2. Perumusan Masalah
Nenas merupakan buah tropika yang banyak disukai oleh masyarakat di Indonesia. Nenas juga merupakan komoditas agribisnis non musiman sehingga
selalu tersedia di pasaran. Namun, nenas segar memiliki umur simpan atau shelf- life yang pendek yakni hanya dapat bertahan selama dua minggu pasca panen,
sehingga mayoritas konsumen hanya dapat menikmatinya dalam bentuk segar. Permasalahan shelf-life yang pendek dapat mengurangi nilai ekonomis buah nenas
itu sendiri dikarenakan buah yang tidak terserap oleh pasar yakni kualitasnya yang kurang baik karena kerusakan ataupun pembusukan sehingga buah-buah tersebut
dijual dengan harga yang rendah. Selain itu, bentuk dan ukuran dari buah nenas sendiri menjadi suatu hambatan bagi konsumen dalam proses pembelian.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan nilai tambah buah nenas melalui produk olahan seperti manisan dan dodol. Namun, produk manisan
memiliki kelemahan seperti daya simpan yang rendah dan tidak praktis serta belum tentu semua kalangan usia menyukainya.
Semakin meningkatnya pengetahuan dan preferensi konsumen mengenai berbagai macam produk, menjadikan mereka tidak hanya mementingkan sisi
kualitas produk melainkan juga nilai tambah lain yang dapat diberikan produk seperti kepraktisan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pusat Kajian Buat
Tropika PKBT IPB saat ini telah menemukan salah satu produk turunan buah
29 nenas yang dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis buah nenas
melalui memperpanjang shelf-lifenya serta dapat memenuhi keinginan konsumen yaitu produk yang bergizi, enak serta praktis untuk dikonsumsi, dan memiliki rasa
yang sama dengan produk aslinya yaitu dalam bentuk Soft Candy atau permen lembut yang diolah dengan bahan baku utama buah nenas, gula dan ekstrak
rumput laut sehingga menghasilkan produk yang berbeda dengan produk olahan yang sering dijumpai di pasaran saat ini seperti dodol, wajit dan manisan.
Prototipe yang dibuat oleh LPPM PKBT ini masih dalam skala yang kecil, namun produksi dan penjualan Pineapple Soft Candy menunjukkan respon pasar
yang positif, kebanyakan konsumen tertarik untuk mengkonsumsi karena unik dan enak. Produksi yang dilakukan oleh LPMM PKBT dilakukan dengan bahan baku
yang berasal dari kebun percontohan PKBT Tajur yang jumlah produksinya masih sangat terbatas. Agar kontinuitas dan kemudahan dalam pasokan buah nenas dapat
terpenuhi dalam produksi soft candy, pendirian industri kecil rumahan harus dilakukan di daerah sentra produksi buah nenas yaitu Kabupaten Subang.
Tabel 5. Keragaan Sentra Produksi Nenas di kabupaten Subang Tahun 2003
Kecamatan Luas Areal Ha
Produksi Ton Jalancagak
2.608 98.880,0
Sagalaherang 12
450,0 Cijambe
133 4.987,5
Cisalak 500
18.750,0 Jumlah
3.253 123.067,5
Sumber : Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Subang 2004 Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa kecamatan yang paling banyak
memproduksi nenas adalah kecamatan Jalancagak dengan total produksi satu tahunnya mencapai 98.880 ton dan luas lahan 2.608 Ha yang sangat jauh lebih
besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Selain itu, Jalancagak merupakan salah satu sentra produksi pengolahan
buah nenas sebagai salah satu makanan khas dan unggulan daerah Subang. Diantranya yaitu dodol nenas, wajit nenas, kerupuk nenas, dan keripik nenas. Pada
awalnya, nenas yang tidak terserap oleh pasar diolah menjadi dodol nenas oleh
30 Kelompok Wanita Tani KWT agar dapat memiliki nilai ekonomis serta tidak
terbuang. Namun, seiring dengan waktu respon pasar terhadap produk olahan ini semakin meningkat. Pemerintah setempat pun memberikan dukungan dengan baik
pada industri pengolahan nenas yang dilakukan oleh KWT yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama KUB dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan
bantuan modal serta peralatan. Teknologi yang digunkan dalam pengolahan buah nenas oleh KUB
pengolahan buah nenas masih tradisional seperti tungku kayu dan masih sangat sedikit yang menggunakan teknologi semi modern. Sedangkan produksi pineapple
soft candy menggunakan teknologi semi modern dengan menggunakan alat pengaduk otomatis dan oven. Selain itu, kemasan yang digunakan oleh industri
pengolahan nenas di Jalancagak masih menggunkan plastik dan kertas kardus, sedangkan pineapple soft candy dikemas dalam kemasan aluminium foil sehingga
produk dapat lebih tahan lama dan tidak mudah terkontaminasi. Seperti yang telah dilakukan oleh LPPM PKBT Tajur, prototipe usaha
produksi pineapple soft candy merupakan sutau kesempatan yang sangat baik untuk dapat diaopsi oleh para pelaku usaha rumahan pengolahan buah nenas yang
ada di Jalancagak Subang guna meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis dari buah nenas. Pengadopsian prototipe pengolahan nenas menjadi pineapple soft
candy yang dilakukan oleh pelaku usaha rumahan potensial yakni pelaku yang telah melakukan usaha produksi dodol nenas dan produk olahan nenas lainnya
perlu dinilai sejauh mana dapat dijalankan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah buah nenas, meningkatkan pendapatan dan keuntungan pelaku usaha
dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, ketersediaan dan kontinuitas pasokan soft candy yang akan dipasarkan ke konsumen perlu diteliti manajemen
yang cocok agar dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan alat analisis dalam menilai aspek kelayakan non finansial yaitu aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan yang akan diuji pada calon pelaku potensial yang merupakan pengusaha industri rumahan dodol
nenas dan produk olahan nenas lainnya yang mengacu pada LPPM PKBT yang telah melakukan usaha ini. Selain itu, aspek finansial dari adaposi prototipe ini
harus dihitung dan dinilai tingkat kelayakannya agar dapat diketahui sejauh mana
31 adopsi tersebut dapat menguntungkan dan berhasil serta dapat meningkatkan
manfaatan tambahan yang diterima oleh para pengadopsi. Selain itu, penilaian akan kepekaan usaha tersebut terhadap perubahan harga input maupun output
yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha harus dilakukan. Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah produksi pineapple soft candy dapat dijalankan pada tingkat usaha
rumahan di Jalancagak? 2. Apakah produksi pineapple soft candy dapat menguntungkan bagi
pelakunya dan berapa tambahan manfaat yang dapat diterima oleh para calon pelaksana dengan mengadopsi usaha ini?
3. Bagaimana tingkat kepekaan sensitivitas kelayakan produksi pineapple soft candy?
1.3. Tujuan Penelitian