101 5. Tahapan Konfirmasi Confirmation, ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
3.2.1. Kategori Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter penerima inovasi sesuai dengan tingkat keinovatifannya kecepatan dalam
menerima inovasi. Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers
1961. Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5 individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile,
cerdas, kemampuan ekonomi tinggi 2. Early Adopters PerintisPelopor: 13,5 yang menjadi para
perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan pemuka pendapat, orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority Pengikut Dini: 34 yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority Pengikut Akhir: 34 yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima
karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati- hati.
5. Laggards Kelompok KolotTradisional: 16 terakhir adalah kaum kolottradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan
terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
3.3. Kerangka Pemikiran Operasional
Nenas merupakan salah satu buah tropika non musiman yang banyak diproduksi di Kabupaten Subang. Karakteristik buah nenas yang memiliki shelf
life yang pendek dijadikan suatu kesempatan oleh para pelaku industri pengolahan
102 nenas untuk dijadikan penganan yang memilki daya simpan yang lebih lama serta
memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Salah satu produk olahannya yaitu dodol nenas. Kelompok Wanita Tani KWT yang tergabung dalam Kelompok
Usaha Bersama KUB pengolahan nenas yang didukung oleh dinas terkait memproduksi dodol dengan menggunakan bahan baku nenas yang tidak terserap
oleh pasar. Namun, seiring dengan waktu prospek pasar dari produk ini menunjukkan respon yang sangat baik. Variasi dari olahan buah nenas pun
semakin berkembang. Diantaranya yaitu wajit nenas, kerupuk nenas dan keripik nenas.
LPPM PKBT merupakan suatu organisasi yang bertujuan dalam meningkatkan kualitas dan nilai tambah pada produk pertanian untuk dapat lebih
tahan lama, dan memiliki nilai jual yang tinggi yang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Adanya penemuan pengolahan buah nenas yang
memiliki shelf life yang pendek dijadikan penganan permen lembut Soft Candy yang memiliki rasa yang enak dan tidak merubah rasa serta khasiat buah aslinya
menjadikan suatu peluang usaha yang dapat diadopsi oleh pelaku usaha kecil rumahan yang ada di sentra buah itu sendiri yaitu Jalancagak Subang yang telah
menghasilkan berbagai produk olahan nenas. Namun, selama berjalannya produksi soft candy yang dilakukan oleh
LPPM PKBT belum dinilai kelayakan usahanya apakah cocok dan layak untuk dilakukan pada skala rumahan lainnya di Jalancagak sebagai suatu tempat yang
potensial. Oleh karena itu dibutuhkan analisis investasi terhadap adopsi produksi pineapple soft candy. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan menilai apakah
usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan. Untuk dapat menganalisis kelayakan investasi perlu dilakukan kajian mengenai aspek-aspek yang berpengaruh
terhadap kegiatan investasi produksi pineapple soft candy, yaitu dengan menganalisis aspek non finansial dan aspek finansial.
Analisis aspek non finansial menggunakan kriteria kelayakan yang digunakan adalah aspek teknis yang ditujuan dengan adanya ketersediaan bahan
baku yang cukup, adanya tempat produksi dan layout produksi yang memadai, serta teknologi dalam memproduksi soft candy yang dapat bersaing di pasar.
Asapek manajemen ditujukan dengan pengelolaan dan pengendalian manajemen
103 yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan usaha, serta bagaimana izin
penjualan produk. Aspek sosial dan ekonomi ditujukan dengan bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan usaha dan apakah masyarakat ikut
serta dalam kegiatan usaha dan mendapatkan nilai positif dari adanya usaha tersebut. Dari aspek lingkungan ditujukan apakah dengan adanya usaha tersebut
lingkungan dapat menjadi lebih baik atau bahakan tercemar karena adanya usaha tersebut.
Penilaian mengenai aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi diantaranya yaitu NPV, IRR, Net BC, dan Payback Period
dengan kriteria penilaian yang digunakan adalah jika NPV0 maka investasi dinyatakan layak untuk dijalankan. Jika NPV0, maka investasi tidak layak untuk
dilakukan. Nilai IRR merupakan nilai persentase untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek
dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingakt diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang
modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi
dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti
investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. Nilai Net BC ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada
setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Investasi dikatakan layak untuk dilakukan apabila nilai Net BC ratio menunjukkan angka lebih besar dari satu,
sebaliknya jika nilai Net BC ratio nya kurang dari satu maka investasi tidak layak untuk dijalankan karena penambahan biaya lebih besar daripada tambahan
manfaat yang diterima dalam suatu usaha tersebut. Untuk mengetahui periode pengembalian modal dapat menggunakan payback period. Sedangkan analsis
sensitivitas digunkan untuk menilai kepekaan suatu perubahan kondisi tertentu yang masih dapat ditoleransi oleh usaha yang dijalankan atau terhadap kelayakan
investasinya. Hasil analisis dari kelayakan investasi aspek non finansial dan aspek
finansial akan menunjukkan bahwa usaha tersebut layak atau tidak untuk
104 dijalankan. Dari hasil analisis kelayakan investasi yang diperoleh selanjutnya akan
disampaikan dan direkomendasikan. Hasil analisis kelayakan investasi produksi pineapple soft candy juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
LPPM PKBT untuk memperluas usaha soft candy yang telah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jual dari buah nenas dengan
menunjuk pelaku industri rumahan yang potensial. Sebaliknya, apabila dari hasil evaluasi kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa produksi pineapple soft
candy tidak layak untuk dilaksanakan, maka sebaiknya mencari alternatif lain untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Jalancagak-Subang sebagai sentra produksi
buah nenas dan olahannya memiliki pasar dan pelaku
yang berpotensial dalam olahan buah nenas
Prototipe teknologi pembuatan pineapple soft
candy oleh LPPM PKBT IPB
Adopsi prototipe produksi Pineapple Soft Candy
Aspek Non Finansial : 1. Aspek Teknis
2. Aspek Manajemen 3. Aspek Sosial,
Ekonomi dan Lingkungan
Aspek Finansial : 1. NPV
2. IRR 3. Net BC
4. Payback Period 5. Sensitivitas
Kelayakan Investasi
Layak Tidak Layak
Rekomendasi adopsi prototipe
Pineapple Soft Candy
105
Gambar 1. Kerangka Berpikir Operasional Kelayakan Investasi Usaha Home
Industry Pineapple Soft Candy
106
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat
Kajian Buah Tropika LPPM PKBT yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi utama dari prototipe usaha produksi pineapple soft candy, dan calon
pelaksana usaha potensial nenas yang telah menjalankan usaha pengolahan nenas yang ada di Jalancagak Subang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa
LPPM PKBT sebagai lembaga resmi dan induk dari berdirinya usaha soft candy. Sedangkan calon pelaksana potensial nenas di Jalancagak Subang meruakan
sasaran subjek yang akan melaksanakan investasi dari usaha produksi pineapple soft candy ini. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni
2011.
4.2. Metode Pengumpulan Data