Pineapple Soft Candy Kelayakan Adopsi Prototipe Usaha Home Industry Pineapple Soft Candy (Kasus pada Calon Pelaksana Potensial di Jalancagak- Subang, Jawa Barat)

20 yaitu PT Great Giant Pineapple di Lampung. Negara tujuan ekspor adalah Perancis, Jerman dan Amerika Serikat. Walaupun daerah penghasil buah nenas sudah menyebar rata, Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia, yaitu hanya sekitar 5 persen. Padahal menurut proyeksi kebutuhan nenas dunia akan naik sebesar lima persen dari kebutuhan dunia saat ini. Usaha agroindustri nenas skala kecil mengolah buah nenas menjadi berbagai produk olahan seperti dodol, manisan, keripik dan jus. Produk-produk tersebut dipasarkan untuk masyarakat menengah ke bawah di beberapa kota tertentu. Namun, karena keterbataasan teknologi dan modal, industri rumah tangga ini belum mampu berkembang dengan cepat. Oleh karena itu, industri skala rumah tangga ini masih banyak memerlukan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah baik dalam pengembangan teknolgi, kesiapan sumber daya manusia, manajemen usaha, modal usaha dan pemasaran.

2.2 Pineapple Soft Candy

Penelitian yang dilakukan oleh Atika Dwifajarsari 2010 yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah Kasus : ‘Fruit Talk Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy’ LPPPKBT, Tajur dan Jus Jambu Merah ‘JJM’ KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi LPPM PKBT dan KWT Turi serta merumuskan alternatif strategi yang harus dilakukan keduanya. Berdasarkan hasil analsis lingkungan internal dan eksternal LPPM PKBT menunjukkan bahwa memiliki kekuatan mutu produk yang baik, dan kelemahan utamanya adalah promosi yang dilakukan masih terbatas, peluang LPPM PKBT adalah perkembangan teknologi yang cepat serta ancamannya adalah perkembangan produk substitusi. Dari hasil analisis matriks IFE LPPM PKBT didapat total skor sebesar 3,058 dan hasil analisis matriks EFE di dapat total skor sebesar 2,702. Hasil analisis dari IFE dan EFE pada matriks IE menunjukkan bahwa posisi LPPM PKBT saat ini berada pada sel IV yaitu strategi tumbuh dan kembang growth and build. Strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah penetrasi pasar, 21 pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan empat alternatif strategi yang dapat dijalankan LPPM PKBT yaitu melakukan pengembangan produk, melakukan strategi perluasan pasar dengan melakukan kerjasama dengan usaha minimarket, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing di pasaran, melakukan strategi penentrasi pasar melalui promosi penjualan. Maghribi 2010, penelitiannya yang berjudul “ Kajian Produksi dan Penurunan Mutu Permen Jelly Nenas Ananas cosmosus L Merr. selama Penyimpanan”. Penelitian ini memiliki tujuan yiatu : 1 mengetahui karakteristik nenas subang dan nenas bogor, 2 mengetahui kemasan terbaik untuk mengemas permen jelly nenas 3 mengetahui umur simpan produk dan 4 mengetahui biaya produksi per kilogram permen jelly nenas. Hasil analisis penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nenas bogor dan nenas subang, dimana nenas subang memiliki bentuk buah yang bulat dan pendek, daun yang lebar dan pendek, duri yang terletak hanya di ujung daun, bobot buah 840,40 gram, kandungan air 87,11 persen serta kandungan vitamin C 161,92 mg100g. Nenas Bogor memiliki bentuk buah yang lebih lonjong dan panjang, bentuk daun yang sempit dan panjang, letak duri di sepanjang pinggiran daun dan kulit, bobot buah 502,31 gram, kandungan air 80,38 persen serta kandungan vitamin C 128,48 mg100 g. Dari parameter uji, yaitu kadar air, vitamin C, total asam, dan hasil uji organoleptik secara keseluruhan menyatakan bahwa permen jelly nenas bogor yang dikemas dengan alumunium foil mampu mempertahankan kandungan gizi yang terdapat pada permen jelly, yaitu kadar air yang meningkat dari 6,12 persen menjadi 7,18 persen - 9,24 persen. Sedangkan pada kemasan PP dan gelas peningkatan nilai kadar air cukup tinggi yang mencapai 9,98 persen. Selain itu, umur simpan terbaik diperoleh produk permen jelly nenas Bogor dalam kemasan alumunium foil, yaitu sekitar 158,83 hari pada suhu 5 o C, 138,39 hari suhu 15 o C, dan 107,91 hari pada suhu 35 o C. jika dilihat dari penampilan fisik, permen tersebut tidak mengalami perubahan warna, namun terjadi penurunan niali gizi. Dalam menentukan biaya produksi, bahan baku yang dipilih berdasarkan produk yang memiliki kadar air relatif rendah , kandungan vitamin C dan total asam yang cukup tinggi serta penilaian konsumen pada uji orgaboleptik hasil uji 22 menunjukkan bahwa permen jelly nenas Bogor secara keseluruhan lebih disukai, baik dari segi warna, tekstur, aroma, dan rasa. Perhitungan biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya mesin dan peralatan, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya produksi untuk membuat permen jelly nenas Bogor dengan kapasitas 36 kg nenas utuh 18 kg bubur nenas adalah Rp 57.271,37 per kilogram.

2.3 Usaha Kecil Menengah UKM