Analisis Kelayakan Proyek Kelayakan Adopsi Prototipe Usaha Home Industry Pineapple Soft Candy (Kasus pada Calon Pelaksana Potensial di Jalancagak- Subang, Jawa Barat)

23 produk barang dan jasa yang dihasilkan secara keseluruhan. Tetapi bagi kegiatan yang bersifat perantara penghubung antara pihak produksen dan pihak konumen omset diartikan sebagai nilai transakasi persetujuan atau kesepakatan atas pembelian atau penguasaan barang dan jasa. Dengan demikian nilai omset belum tentu merupakan pendapatan yang sebenarnya yang diterima oleh penjual. Perbedaan perlakuan omset dan keluaran anatar kegiatan ekonomi tergantung pada jenis transaksi yang dilakukan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Subang, 2004 Industri pengolahan dibedakan menjadi empat golongan, yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Industri besar adalah industri pengolahan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. Industri sedang adalah industri pengolahan yang mempunyai tenaga kerja 20 orang sampai 99 orang. Industri kecil aadalah industri pengolahan yang mempunyai tenaga kerja lima sampai 19 orang. Sedangkan industri pengolahan rumah tangga mempunyai tenaga kerja kurang dari lima orang. Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Subang, 2004

2.4 Analisis Kelayakan Proyek

Penelitian yang dilakukan oleh Rima Kumalasari 2006 yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Dodol Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat” bertujuan untuk mengetahui kondisi usaha kecil dodol nenas di Subang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil dodol nenas dan mengetahui status kelayakan usaha dodol nenas subang dilihat dari aspek finansial, teknis dan manajemen. Hasil analisis yang dilakukan adalah usaha dodol nenas dipengaruhi oleh sumberdaya usaha, produksi, distribusi, ketersediaan bahan baku, produk dan harga, kebijakan pemerintah daerah, sosial dan budaya, ekonomi dan lingkungan serta teknologi. Adapun hasil analisis kelayakan usaha dodol nenas di Subang bahwa usaha ini layak untuk dilakukan dalam jangka waktu 10 tahun dengan menunjukkan nilai NPV yang positif dan nilai IRR yang melebihi suku bunga yang berlaku yaitu 12,5 persen. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha dodol nenas lebih dipengaruhi oleh perubahan harga jual jika dibandingkan dengan perubahan biaya produksi. 24 Penelitian yang dilakukan oleh Sukirno dan Srihati 2005 yang berjudul “Pengembangan sistem produksi makanan dari bahan baku nenas di Kabupaten Subang Jawa Barat”. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa jumlah home industry teknolgi penglahan buah nenas di Jalancagak Kabupaten Subang sejumlah 12 unit produksi. Dengan produk yang dihasilkan yaitu dodol nenas, keripik nenas dan wajit nenas dengan total produksi rata-rata 5.922 kg per bulannya yang menghabiskan 16.920 kg bahan baku nenas segar per bulan yang dipenuhi dari pasokan buah nenas di Jalancagak. Pemasarannya meliputi Subang, Bandung, Purwakarta, Jakarta dan Bekasi. Usaha tersebut telah menyerap tenaga kerja sebanyak 32 orang dengan keuntungan Rp 25.000satu kali proses produksi atau Rp 5.215.000 per unit usaha dengan kapasitas 1.848 kg per bulan. Selain itu, hasil analisis finansial yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai NPV dari usaha pengolahan buah nenas ini bernilai positif dan menghasilkan Net BC sebesar 2,3. Jadi usaha ini dapat dikatakan layak dan menguntungkan untuk dilakukan. Tiara 2009 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Tujuan penelitian ini adalah : 1 Menganalisis kelayakan non finansial perusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, 2 menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahaan Cory dilihat dari aspek finansial, 3 menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan 25 mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontribusi kepada Negara berupa pajak, ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekiitar proyek, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Hasil analisis terhadap aspek finanasial yang meliputi NPV, Net BC, IRR dan payback period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.46,24, Net BC 1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga discount rate sebesar 9 persen. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional. Listiawati 2010 melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Kelayakan Usaha Jambu Biji Kasus di Desa Babakan Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor” adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah 1 menganalisis kelayakan usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ditinjau dari aspek non finansial aspek pasar, aspek teknis, manajemen, dan sosial ekonomi dan lingkungan dan aspek finansial, dan 2 menganalisis tingkat kepekaan usaha budidaya jambu biji terhadap penurunan jumlah produksi dan harga jual buah jambu biji. Hasil analisis non finansial yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha budidaya jambu biji studi kasus pada Desa Babakan Sadeng menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Analisis aspek pasar menunjukkan peluang pasar jambu biji masih terbuka besar di Indonesia, dimana peluang pasar menunjukkan peluang pasar yang selalu meningkat setiap tahunnya dan semakin mengindikasikan bahwa usaha budidaya jambu biji potensial untuk diusahakan dan dikembangkan di Indonesia. Anlaisis terhadap aspek teknis menunjukkan bahwa aspek teknis dalam kegiatan budidaya jambu biji telah dilaksanakan dengan baik oleh para petani. Analisis aspek manajemen 26 yang ditinjau pada faktor manajemen para petani dalam kegiatan budidaya manajemen pemasaran, dan manajemen petani dalam kaitannya dengan kelembagaan gapoktan, menunjukkan bahwa manajemen para petani telah dilakukan dengan baik dan sesuai. Segi aspek sosial ekonomi dan lingkungan menunjukkan bahwa usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng telah memberikan manfaat yang cukup banyak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Berdasarkan analisis aspek finansial yang dilakukan pada luas lahan jambu biji 2.300 m 2 , usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng layak untuk dilaksanakan pada kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari kriteria investasi NPV sebesar Rp 54.549.700,53, IRR sebesar 29 persen, net BC sebesar 2,18 persen, dan PP 2 tahun 5 bulan 17 hari. Analisis sensitivitas, jika terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 42,86 persen masih tetap layak. Jika penuunan harga jambu biji 60 persen, yaitu rata-rata Rp 2.000 menjadi Rp 8.000 per kg, maka usaha budidaya jambu biji ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga jual jambu biji merupakan variabel yang paling sensitif dan mempengaruhi. Penelitian mengenai kelayakan investasi yang dilakukan ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Beberapa persamaannya antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari, Srihati dan Sukirno, Atika dan Maghribi yaitu buah nenas dan produk turunannya berupa soft candy, dodol nenas dan jelly nenas. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari, Srihati dan Sukirno dilakukan di Jalancagak Subang, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Atika dan Maghribi yakni di LPPM PKBT Tajur. Persamaan dengan penelitian terdahulu yakni metode yang digunakan yaitu melakukan studi kasus pada suatu perusahaan atau daerah produksi dengan aspek non finansial dan aspek finansial yang digunakan menggunakan kriteria kelayakan seperti NPV, Net BC, IRR dan PP. Sedangkan perbedaan lainnya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Listiawati dan Tiara yang melakukan penelitian mengenai buah srikaya organik dan jambu biji. 27 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis