32
Penelitian IMF 1997, IMF 1998 serta Rowthorn dan Coutts 2004 menunjukkan bahwa deindustrialisasi yang terjadi pada negara-negara OECD
adalah deindustrialisasi positif yang merupakan konsekuensi dari proses pembangunan yang telah maju sehingga tidak menimbulkan efek yang buruk bagi
kondisi perekonomian. Deindustrialisasi yang terjadi pada negara maju tersebut lebih diakibatkan oleh faktor internalnya dibandingkan faktor eksternalnya. Faktor
internal tersebut adalah pendapatan per kapita dan investasi. Pendapatan per kapita berhubungan dengan elastisitas demand terhadap produk manufaktur dan
produktivitas sektor manufaktur. Tingginya tingkat produktivitas sektor manufaktur berdampak baik pada perkembangan sektor selain manufaktur. Hal ini
sejalan dengan hukum pertumbuhan Kaldor yang menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur dapat menjadi pemicu bagi pertumbuhan sektor
lainnya sehingga didapatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi. Faktor eksternal yang berupa hubungan perdangan luar negeri turut menyebabkan
terjadinya deindustrialisasi akan tetapi pengaruhnya sangat kecil dibandingkan faktor internalnya.
2.2.2 Deindustrialisasi di Sub-Saharan Africa
Penelitian yang dilakukan Jalilian dan Weiss 2000 bertujuan menganalisis terjadinya deindustrialisasi di Sub-Saharan Africa SSA. Negara yang dicakup
dalam analisis tersebut adalah 86 negara termasuk 16 negara SSA dengan periode waktu tahun 1975 sampai dengan tahun 1993. Akan tetapi pada beberapa
persamaan regresi hanya menggunakan 65 negara karena keterbatasan data yang tersedia. Metode analisisnya menggunakan pendekatan regresi data panel. Model
dasar yang digunakan adalah: MANVA
= f GDP, POP, POL, N, DV 2.39
+ + + - ? MANSH
= f GDPCP, POP, POL, N, DV 2.40
+ + + - ?
Keterangan: MANVA
= nilai tambah sektor manufaktur MANSH
= proporsi nilai tambah sektor manufaktur dalam PDB GDP
= PDB
33
GDPCP = PDB per kapita
POP =
total penduduk
POL = variabel kebijakan perdagangan luar negeri yang menggambarkan
keterbukaan hubungan perdagangan luar negeri N
= ukuran sumber daya alam natural resource endowment yang didekati dengan proporsi nilai ekspor komoditas primer terhadap
total nilai ekspor DV
= beberapa variabel dummy untuk memebedakan karakteristik regional atau negara dan karakteristik periode waktu tertentu
Uji formal deindustrialisasi oleh Jalilian dan Weiss 2000 mengikuti aturan berikut:
a. Jika menggunakan persamaan 2.40 maka suatu negara atau wilayah mengalami deindustrialisasi jika proporsi nilai tambah sektor manufaktur
terhadap PDB lebih kecil daripada nilai prediksinya dan juga penyimpangannya itu terus bertambah sepanjang waktu.
b. Jika menggunakan persamaan 2.39 maka suatu negara atau wilayah mengalami deindustrialisasi jika nilai tambah sektor manufaktur lebih kecil
daripada nilai prediksinya dan juga penyimpangannya itu terus bertambah sepanjang waktu.
Jalilian dan Weiss 2000 menggunakan residual dari persamaan regresi data panel untuk melihat penyimpangan variabel MANSH dan MANVA dari nilai
prediksinya. Negara yang mempunyai outlier residual bernilai negatif artinya mengalami under-industrialized dan yang memiliki outlier residual bernilai positif
artinya mengalami over-industrialized. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 16 negara SSA terdapat 7 negara yang memiliki outlier residual bernilai negatif dan
terus berkembang sepanjang waktu. Negara yang memiliki outlier residual bernilai negatif tersebut dapat dikatakan mengalami deindustrialisasi negatif.
2.2.3 Deindustrialisasi di India