Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sektor manufaktur telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi selama tahap industrialisasi berdasarkan analisis dengan pendekatan Kaldorian. Pertumbuhan sektor manufaktur memicu pertumbuhan sektor selain manufaktur sehingga pada akhirnya pertumbuhan PDB akan tumbuh lebih pesat. 2. Proses deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2002 cenderung menuju ke arah yang negatif. Deindustrialisasi negatif ini salah satunya ditandai dengan rendahnya trade balance. 3. Deindustrialisasi yang terjadi bukanlah dampak alamiah dari proses pembangunan yang sangat maju melainkan lebih disebabkan oleh guncangan shock terhadap perekonomian Indonesia. Guncangan terhadap perekonomian Indonesia yang pengaruhnya signifikan terhadap terjadinya deindustrialisasi ditunjukkan dengan analisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses deindustrialisasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut turunnya investasi modal tetap, menurunnya kinerja perdagangan luar negeri, turunnya nilai impor bahan baku, dan membanjirnya produk impor dari China dan impor barang- barang konsumsi di pasar domestik.

5.2 Saran

Fakta bahwa peranan sektor manufaktur sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia maka perlu kebijakan yang memperkuat peranan sektor manufaktur agar terjadinya proses deindustrialisasi yang cenderung berdampak negatif dapat segera diatasi. Penguatan peranan sektor manufaktur diharapkan agar mempertimbangkan hasil analisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses deindustrialisasi di Indonesia. Hal tersebut membuat penelitian ini dapat memberikan saran sebagai berikut: a. Pemerintah dan masyarakat perlu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan industri manufaktur baik bagi skala besar, sedang, kecil dan mikro. Pemerintah dapat mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung, diantaranya adalah: • Pemerintah menghimbau lembaga keuangan agar mempermudah akses kredit usaha utamanya bagi usaha mikro dan kecil yang merupakan kelompok yang sulit mendapatkan tambahan modal kecuali meminjamnya dari lembaga keuangan. • Otoritas moneter dapat menurunkan suku bunga acuan kredit bagi usaha dan lembaga keuangan yang ada segera menyesuaikan agar investasi dapat segera ditingkatkan. • Pemerintah dapat memberlakukan pembatasan impor dengan cara-cara yang tidak melanggar perjanjian perdagangan internasional. Salah satu cara membatasi masuknya produk impor dapat dilakukan dengan memberlakukan sertifikat halal untuk produk makanan dan minuman. Cara lainnya adalah memberikan aturan produk impor yang masuk harus bersifat ramah lingkungan dan sesuai dengan standar nasional Indonesia SNI yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. • Produsen bahan baku dan bahan bakar lokal lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan industri manufaktur dalam negeri dibandingkan untuk ekspor. • Masyarakat lebih memilih produk manufaktur lokal dalam mengkonsumsi barang agar demand produk manufaktur lokal dapat ditingkatkan dan agar penjualan produk manufaktur lokal tidak hanya bergantung pada ekspor. Pada saat demand produk manufaktur lokal telah meningkat pesat maka akan banyak menimbulkan dampak positif terutama pengurangan pengangguran. b. Peningkatan produktivitas pekerja perlu dilakukan agar pendapatan pekerja dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan demand terhadap produk manufaktur. Peningkatan produktivitas pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sistem kerja insentif seperti yang dilakukan oleh Korea Selatan. Skema sistem kerja insentif yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja sehingga didapatkan produktivitas pekerja yang tinggi. Selain saran kebijakan, penelitian ini juga memberikan saran untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan substansi, metodologi dan cakupan analisis. Saran-saran tersebut adalah: a. Saran yang berkaitan dengan substansi adalah menggunakan data sektor manufaktur yang dibagi menjadi sektor formal dan sektor informal atau menambahkan variabel lain yang dapat diduga menjadi penyebab deindustrialisasi di Indonesia. b. Saran yang berkaitan dengan metodologi adalah menggunakan metode selain interpolasi cubic spline untuk mengestimasi data tenaga kerja Indonesia yang tidak tersedia dalam periode triwulanan. Saran lain yang berkaitan dengan metodologi adalah menganalisis fenomena deindustrialisasi dengan metode Computable General Equilibrium CGE agar dampak deindustrialisasi yang terjadi terhadap semua variabel ekonomi yang saling berkaitan dapat diketahui secara langsung. c. Saran yang berkaitan dengan cakupan adalah menggunakan data panel pada level provinsi atau kabupaten karena karakteristik setiap daerah di Indonesia cukup beragam. Halaman ini sengaja dikosongkan. DAFTAR PUSTAKA Basri F. 30 November 2009. Deindustrialisasi. Tempo Edisi 30 Nov - 5 Des 2009: 102-103. Bjorvatn K, Coniglio ND. 2007. On the Importance of Openness for Industrial Policy Design in Developing Countries. IMF Working Paper 14: 1-26. Bluestone B, Harrison B. 1982. The Deindustrialization of American: Plant Closings, Community Abandonment and the Dismantling of Basic Industry . New York: Basic Books. Dasgupta S, Singh A. 2005. Will Services be the New Engine of Indian Economic Growth. Journal of Development and Change Institute of Social Studies 36: 1035-1057. Dasgupta S, Singh A. 2006. Manufacturing, Services and Premature Deindustrialization in Developing Countries: A Kaldorian Analysis. Research Paper United Nation University No. 200649: 1-18. Dasril ASN. 1993. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia, 1971-1990 [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Enders W. 2004. Applied Econometric Time Series. United States: John Wiley and Sons. Felipe J. 1998. The role of manufacturing sector in Southeast Asian Development: A test of Kaldor’s first law. Journal of Post Keynesian Economics Spring 1998 Volume 20 Number 3: 463-485. Gollin D, Parente S, Rogerson R. 2002. The Role of Agriculture in Development. The American Eonomic Review May 2002; 92, 2: 160-164. Gonzalo, Pitarkis J. 2000. Lag Length Estimation in Large Dimensional System. Departemen of Economics: University of Reading. Gujarati D. 2003. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill. Hayashi M. 2005. Structural Changes in Indonesian Industry and Trade: An Input- Output Analysis. Journal of the Developing Economies XLIII-1: 39-71. [IMF] International Monetary Fund. 1997. Deindustrialization: Causes and Implications. IMF Working Paper WP9742: 1-38. [IMF] International Monetary Fund. 1998. Growth, Trade, and Deindustrialization. IMF Working Paper WP9860: 1-28. Jalilian H, Weiss J. 2000. De-indistrialisation in Sub-Saharan: Myth or Crysis?. Journal of American Economies Volume 9 Number 1: 24-43. Khim V, Liew S. 2004. Which Lag Length Selection Criteria Should We Employ. Economics Bulletin 3: 1-9. Kitson M, Michie J. 1997. Does Manufacturing Matter?. Management Research News Volume 20 Number 23: 63. Knell M. 2004. Structural Change and The Kaldor-Verdoorn Law in the 1990s. Revue D’Economie Industrielle Number 105 1st trimestre 2004: 71-83. Kuncoro M. 2007. Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara Industri Baru 2030? . Yogyakarta: Penerbit Andi. Libanio G, Moro S. 2007. Manufacturing Industry and Economic Growth in Latin America: A Kaldorian Approach. http:www.networkideas.org ideasactJun07ia19_Beijing_Conference.htm. [18 Nov 2009]. Logan JR, Swanstrom T. 1990. Beyond City Limits: Urban Policy and Economic Restructuring in Comparative Perspective . Philadelphia: Temple University Press. Pitelis C, Antonakis N. 2003. Manufacturing and competitiveness: the case of Greece. Journal of Economic Studies 305: 535-547. Rao BB. 1995. Cointegration for the Applied Economist. Hampshire England: Palgrave Macmillan. Reisman G. 2002. Profit Inflation by the US Government. http:www.capitalism.netarticlesProfit20Inflation20by20the20U S20Government.html. [27 Agustus 2009]. Rowthorn R. 1992. Productivity and American Leadership – A Review. Review of Income and Wealth Vol. 38, No. 4: 47-96. Rowthorn R, Coutts K. 2004. De-industrialization and the balance of payments in advanced economies. Cambridge Journal of Economics Volume 28: 767- 790. Ruky IMS. 2008. Industrialisasi di Indonesia: Dalam Jebakan Mekanisme Pasar dan Desentralisasi. Di dalam: Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Ekonomi pada Fakultas Universitas Indonesia ; Jakarta, 15 November 2008. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hlm 1-61. Singh A. 1977. UK Industry and the World Economy: A Case of De- Industrializatin?. Cambridge Journal of Economics Volume 1 Number 2: 113-136. Supranto. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Ed ke-6. Jakarta: Erlangga. Suwarman W. 2006. Faktor-faktor Apakah yang Mendorong Terjadinya Proses Deindustrialisasi di Indonesia [tesis]. Depok: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Tempo Interaktif. 2005. Peringkat Industrialisasi Indonesia Terendah. http: www.tempointeraktif.com. [27 Agustus 2009]. Wikipedia. 2009. Deindustrialization. http:en.wikipedia.orgwiki Deindustrialization. [27 Agustus 2009]. Young, A. 1928. Increasing Returns and Economic Progress. The Economic Journal Volume 38: 527-542. Halaman ini sengaja dikosongkan. Lampiran 1 Data dari Variabel-Variabel yang Digunakan a. Data yang digunakan dalam Hukum Kaldor I, II dan III Periode gPDB gManuf gNonManuf gProductivity gEmp gPNonManuf 1983Q2 13.4816 -5.5917 16.5467 12.8130 0.5927 15.9463 1983Q3 -1.5077 4.8390 -2.3338 -1.9904 0.4925 -2.8126 1983Q4 -5.1453 4.8297 -6.5391 -5.5543 0.4331 -7.0063 1984Q1 10.5857 15.6711 9.7886 10.1301 0.4137 9.1921 1984Q2 0.0298 0.2454 -0.0058 -0.4019 0.4335 -0.6256 1984Q3 1.8109 1.3929 1.8802 1.3127 0.4918 1.1382 1984Q4 -10.0231 0.3448 -11.7313 -10.5490 0.5879 -12.4969 1985Q1 10.0134 13.4420 9.3712 9.2261 0.7208 8.2388 1985Q2 1.8564 -5.2481 3.2365 0.9587 0.8891 1.9665 1985Q3 0.5359 1.5146 0.3614 -0.5482 1.0901 -1.0917 1985Q4 -6.5463 1.0456 -7.9155 -7.7138 1.2650 -9.4043 1986Q1 7.1365 3.2012 7.9153 5.7326 1.3278 6.1519 1986Q2 3.2692 0.6050 3.7734 1.9678 1.2763 2.2163 1986Q3 4.2880 9.5944 3.3144 3.1356 1.1173 2.0480 1986Q4 -5.2474 1.6139 -6.5828 -6.1148 0.9239 -7.4413 1987Q1 3.0290 -1.5764 4.0040 2.2100 0.8013 3.2342 1987Q2 6.2065 0.0523 7.4394 5.4102 0.7554 6.6891 1987Q3 0.0416 9.8634 -1.7908 -0.7352 0.7825 -2.5646 1987Q4 -6.1407 3.9149 -8.2393 -6.9051 0.8211 -9.0561 1988Q1 3.6252 0.6743 4.3227 2.8239 0.7793 3.4575 1988Q2 8.0814 1.3764 9.6108 7.3815 0.6518 8.9583 1988Q3 0.0988 4.8187 -0.8969 -0.3421 0.4424 -1.0881 1988Q4 -2.3536 -0.7300 -2.7158 -2.5940 0.2468 -2.5140 1989Q1 5.8671 2.7609 6.5743 5.6452 0.2101 6.9342 1989Q2 0.1204 5.4750 -1.0551 -0.2217 0.3428 -0.8853 1989Q3 3.6288 0.2285 4.4245 2.9692 0.6406 4.1248 1989Q4 -2.1707 -0.6761 -2.5064 -3.0986 0.9575 -3.2974 1990Q1 4.4828 7.2663 3.8459 3.3738 1.0729 2.7429 1990Q2 1.7818 4.3127 1.1836 0.7993 0.9747 0.1510 1990Q3 4.3189 3.3719 4.5497 3.6205 0.6740 3.8172 1990Q4 -3.9659 -3.9685 -3.9652 -4.2770 0.3250 -4.2456 1991Q1 6.6470 6.3909 6.7088 6.4813 0.1557 6.6237 Lanjutan Lampiran 1 Periode gPDB gManuf gNonManuf gProductivity gEmp gPNonManuf 1991Q2 -0.4625 1.3565 -0.8994 -0.6433 0.1820 -0.9857 1991Q3 4.0715 4.5133 3.9630 3.6569 0.4000 3.6406 1991Q4 -3.4323 1.9662 -4.7656 -4.0740 0.6690 -5.3354 1992Q1 5.1866 0.4911 6.4283 4.3793 0.7735 5.6573 1992Q2 0.7943 1.5211 0.6128 0.0947 0.6989 -0.0646 1992Q3 4.5268 6.9403 3.9188 4.0555 0.4529 3.4500 1992Q4 -3.4252 0.8959 -4.5455 -3.6039 0.1853 -4.7147 1993Q1 3.6009 -3.7689 5.6205 3.4751 0.1216 5.5854 1993Q2 1.0834 3.5008 0.4666 0.8022 0.2790 0.4323 1993Q3 7.3993 19.8843 4.1173 6.7031 0.6525 3.9321 1993Q4 1.5924 7.3183 -0.1407 0.5428 1.0439 -0.5022 1994Q1 -1.1623 -9.7808 1.6412 -2.2901 1.1543 1.2041 1994Q2 2.6671 3.9214 2.3050 1.6824 0.9684 1.9257 1994Q3 3.7032 7.4389 2.6076 3.1848 0.5024 2.4152 1994Q4 -1.2487 3.3095 -2.6486 -1.2442 -0.0045 -2.6563 1995Q1 2.8424 -5.0775 5.4236 3.0441 -0.1957 5.3925 1995Q2 1.9200 0.2633 2.4061 1.9634 -0.0426 2.1314 1995Q3 4.1907 14.1970 1.3158 3.7216 0.4523 0.5902 1995Q4 0.3068 6.2127 -1.6057 -0.7259 1.0403 -2.7593 1996Q1 -0.7309 -11.4120 3.0028 -2.0419 1.3384 1.6180 1996Q2 2.8197 2.9266 2.7876 1.4779 1.3222 1.5322 1996Q3 5.8901 15.7328 2.9270 4.8309 1.0104 2.0836 1996Q4 2.0308 9.0967 -0.3610 1.4278 0.5945 -0.7191 1997Q1 -3.1872 -14.4965 1.0045 -3.5251 0.3502 0.8283 1997Q2 0.5759 3.1597 -0.2348 0.2804 0.2947 -0.5242 1997Q3 5.9939 8.9161 5.0459 5.5474 0.4230 4.3830 1997Q4 -2.0566 0.2397 -2.8291 -2.6626 0.6225 -4.0141 1998Q1 -8.5248 -10.5005 -7.8392 -9.1803 0.7217 -9.0381 1998Q2 -8.7468 -13.4160 -7.1734 -9.3885 0.7082 -8.2172 1998Q3 2.7427 11.8139 -0.1086 2.1442 0.5859 -0.7478 1998Q4 -4.6882 -4.1745 -4.8689 -5.0860 0.4191 -4.9289 1999Q1 5.0445 1.1753 6.4157 4.7273 0.3028 6.7104 1999Q2 -1.0421 1.5762 -1.9243 -1.2828 0.2439 -1.5795 1999Q3 3.8042 3.9157 3.7654 3.5546 0.2411 3.9315 1999Q4 -2.3586 3.6004 -4.4411 -2.6207 0.2692 -4.5844 Lanjutan Lampiran 1 Periode gPDB gManuf gNonManuf gProductivity gEmp gPNonManuf 2000Q1 3.7933 -2.4880 6.1732 3.4930 0.2902 5.8034 2000Q2 -0.5796 0.6615 -1.0461 -0.8776 0.3006 -1.4580 2000Q3 4.2317 3.9289 4.3474 3.9191 0.3008 3.9755 2000Q4 -1.2741 1.6984 -2.4062 -1.5615 0.2920 -2.6350 2001Q1 1.5258 -3.2154 3.4075 1.2462 0.2762 3.2532 2001Q2 1.2406 2.2291 0.8735 0.9844 0.2538 0.7640 2001Q3 1.9372 1.7572 2.0050 1.7086 0.2248 1.8904 2001Q4 -3.0684 2.5979 -5.1963 -3.2647 0.2029 -5.3427 2002Q1 3.4836 -0.2749 5.0110 3.2683 0.2085 4.7742 2002Q2 1.9179 1.5015 2.0787 1.6707 0.2432 1.7475 2002Q3 3.2467 2.9218 3.3714 2.9317 0.3061 2.9067 2002Q4 -3.8653 -1.8204 -4.6466 -4.2129 0.3629 -5.1819 2003Q1 3.7054 1.9974 4.3773 3.3322 0.3612 3.7511 2003Q2 2.0366 1.1652 2.3716 1.7344 0.2971 1.7966 2003Q3 2.7842 4.0168 2.3160 2.6068 0.1729 1.8559 2003Q4 -3.7988 -0.2666 -5.1630 -3.8676 0.0715 -5.4806 2004Q1 3.1774 0.9342 4.0884 3.0531 0.1206 3.7490 2004Q2 2.3195 2.3700 2.2996 1.9825 0.3305 1.8584 2004Q3 2.8929 1.8843 3.2904 2.1851 0.6927 2.6275 2004Q4 -1.3497 2.0508 -2.6716 -2.1495 0.8174 -3.2500 2005Q1 2.0282 -0.1160 2.9022 1.8949 0.1308 3.1629 2005Q2 2.2290 0.9686 2.7277 2.9374 -0.6882 3.8892 2005Q3 2.8608 1.4282 3.4179 3.4167 -0.5375 4.1537 2005Q4 -2.0316 0.6324 -3.0477 -2.6813 0.6676 -4.0957 2006Q1 2.0481 -0.0414 2.8754 0.9169 1.1210 1.2321 2006Q2 2.0405 1.5680 2.2223 2.0165 0.0236 2.4029 2006Q3 3.7730 3.6152 3.8333 3.5395 0.2255 3.8669 2006Q4 -1.8535 0.5532 -2.7714 -2.9345 1.1137 -3.8884 2007Q1 2.0236 -0.5735 3.0479 0.6683 1.3462 1.5909 2007Q2 2.6271 1.4840 3.0622 1.4265 1.1837 1.8643 2007Q3 3.7175 3.0443 3.9698 2.5082 1.1797 2.7195 2007Q4 -2.5293 -0.1505 -3.4128 -3.6253 1.1373 -4.6152 2008Q1 2.4074 -0.1283 3.3810 1.6916 0.7039 2.5854 2008Q2 2.7940 1.4377 3.2971 2.5723 0.2161 3.1064 2008Q3 3.6983 3.1157 3.9105 3.4728 0.2179 3.7258 2008Q4 -3.6452 -2.5037 -4.0578 -4.3622 0.7497 -4.8258 Lanjutan Lampiran 1

b. Data yang digunakan untuk mengestimasi persamaan 3.33