26
Sumber: IMF 1997
Gambar 6 Proporsi output sektor manufaktur terhadap real output persen
2.2 Tinjauan Empiris
Beberapa studi empiris tentang deindustrialisasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut diantaranya sebagai berikut. Bagian 2.2.1
sampai dengan 2.2.7 membahas penelitian khusus tentang deindustrialisasi sedangkan sisanya merupakan penelitian lain yang dapat mendukung analisis
penulis tentang deindustrialisasi.
2.2.1 Deindustrialisasi pada Negara-Negara OECD
IMF Working Paper IMF 1997 yang berjudul “Deindustrialization:
Causes and Implications ” menyatakan bahwa deindustrialisasi bukan merupakan
fenomena negatif, tapi merupakan konsekuensi dari dinamika industri pada sebuah negara yang telah maju. Negara-negara yang menjadi fokus penelitian
adalah 21 negara dari 23 negara OECD negara industri berdasarkan World Economic Outlook
. Negara yang tidak dimasukkan dalam analisis adalah Luxemburg dan Iceland. Data yang digunakan mencakup beberapa titik waktu
yaitu tahun 1963, 1970, 1975, 1980, 1985, 1990 dan 1994. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya deindustrialisasi di negara-
negara OECD adalah pertumbuhan produktivitas relatif, neraca perdagangan trade balance, investasi, dan beberapa faktor lainnya. Produktivitas relatif
dihitung berdasarkan produktivitas sektor manufaktur dibagi dengan produktivitas sektor jasa. Variabel dependen yang digunakan adalah proporsi pekerja sektor
manufaktur terhadap total pekerja dalam satuan persen. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Tulisan tersebut menggunakan beberapa
persamaan regresi data panel dalam analisisnya. Kesimpulan dari beberapa
Time, per capita income
Æ
27
simulasi yang dilakukan didapatkan empat faktor yang dapat menjelaskan terjadinya deindustrialisasi di negara-negara industri. Tabel 4 merupakan
ringkasan hasil analisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya deindustrialisasi di negara-negara OECD dengan periode analisis tahun 1970 -
1994. Pertumbuhan produktivitas relatif adalah faktor yang pengaruhnya paling penting dalam menjelaskan terjadinya deindustrialisasi di negara-negara OECD.
Tabel 4 Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis deindustrialisasi di negara-negara OECD
Jenis Variabel Nama Variabel
Variabel dependen Kontribusi share pekerja sektor manufaktur terhadap
total pekerja persen
Variabel independen 1. Pertumbuhan produktivitas relatif
2. Pangsa neraca perdagangan ekspor dikurangi impor dalam PDB
3. Pangsa investasi dalam PDB 4. Faktor lainnya
a
- +
- -
Keterangan: a Faktor lainnya adalah perubahan pola konsumsi, perubahan kontrak kegiatan yang sebelumya
dilakukan di sektor manufaktur ke sektor jasa, efek perdagangan North-South dan pengaruh faktor lain yang tidak teridentifikasi.
Tanda positif + dan negatif - yang terletak di sebalah kanan variabel independen menandakan arah hubungan antara variabel dependen dan independen.
Tulisan tersebut juga membahas implikasi dari adanya deindustrialisasi. Pada saat proses deindustrialisasi terus berlanjut, produktivitas total akan tumbuh
berdasarkan pertumbuhan produktivitas sektor jasa sesuai dengan persamaan 2.22. Hal ini menyebabkan peningkatan standar hidup selanjutnya akan
dipengaruhi oleh pertumbuhan produktivitas sektor jasa. Deindustrialisasi juga mengimplikasikan bahwa peranan serikat perdagangan trade unions dapat
berubah pada perekonomian yang telah maju. Perubahan peranan tersebut terjadi dalam hal penentuan standar upah pekerja. Pada perekonomian yang telah maju,
serikat perdagangan sulit menentukan standar upah sektor jasa yang tepat karena sektor jasa terdiri dari bermacam-macam aktivitas dan masing-masing aktivitas
memerlukan kemampuan pekerja yang berbeda-beda. Selain IMF 1997, penelitian Rowthorn dan Ramaswamy dalam IMF
Working Paper IMF 1998 yang berjudul “Growth, Trade, and
28
Deindustrialization ” juga memfokuskan analisis deindustrialisasi di 18 negara
OECD dengan periode 1963–1994 dengan metode regresi data panel. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui seberapa penting peranan faktor internal,
yaitu produktivitas dan struktur demand, dalam menjelaskan fenomena deindustrialisasi. Model ekonometrik yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah: log
log ∑
2.31 log
log ∑
2.32
log log
log log
∑
2.33 log
log log
2.34 log
log log
∑ 2.35
log log
log ∑
2.36 , , ,
; , , , , 2.37
Keterangan: = produktivitas pekerja sektor manufaktur relatif terhadap
produktivitas pekerja total semua sektor perekonomian = harga barang manufaktur relatif terhadap indeks harga umum
= proporsi nilai tambah riil sektor manufaktur terhadap PDB riil = proporsi jumlah pekerja sektor manufaktur terhadap total
pekerja = pendapatan per kapita
= variabel-variabel lain yang ditambahkan untuk melihat pengaruh perdagangan luar negeri dan faktor internal lainnya
Persamaan 2.34 akan berlaku jika unit pengukurannya tepat. Variabel yang ditambahkan untuk melihat pengaruh perdagangan luar negeri
adalah persentase neraca perdagangan barang manufaktur terhadap PDB TRADEBAL : nilai total ekspor dikurangi nilai total impor dan persentase nilai
impor barang manufaktur dari negara berkembang terhadap PDB LDCIMP.
29
Variabel LDCIMP digunakan untuk mengetahui efek kompetisi barang manufaktur yang berasal dari negara dengan tingkat upah rendah pada negara
maju. Satu variabel yang ditambahkan lagi adalah persentase nilai bruto investasi modal tetap domestik FIXCAP terhadap PDB. Alasan memasukkan variabel ini
karena investasi barang modal bersifat manufacturing-intensive sehingga semakin banyak investasi akan menyebabkan demand terhadap produk manufaktur
menjadi lebih besar dibanding demand produk selain manufaktur. Hasil penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Peningkatan pendapatan per kapita dapat meningkatkan produktivitas pekerja sektor manufaktur. Hasil ini sesuai dengan Engel’s Law dimana peningkatan
pendapatan perkapita meningkatkan demand terhadap produk manufaktur dan hal ini pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan produktivitas pekerja
sektor manufaktur. b. Tingkat harga relatif barang manufaktur utamanya dipengaruhi oleh
perubahan produktivitas pekerja sektor manufaktur. Semakin tinggi produktivitas pekerja sektor manufaktur maka harga relatif barang manufaktur
akan semakin rendah. c. Elastisitas demand terhadap produk manufaktur bernilai di atas satu untuk
negara miskin dan akan menurun ketika negara itu menjadi negara kaya. Hal ini berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan keeratan hubungan antara
variabel OUTSHARE dan Y. d. Pengaruh harga relatif barang manufaktur terhadap demand barang
manufaktur tidak pasti. Pernyataan ini berdasarkan hasil analisis yang berbeda ketika metode analisis yang digunakan berbeda.
e. Persentase pekerja sektor manufatur terhadap total pekerja akan terus meningkat pada tahap awal pertumbuhan dan akan menurun pada saat
pendapatan per kapita mencapai level yang tinggi. f. Variabel FIXCAP mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap
EMPSHARE dan OUTSHARE. Hal tersebut bisa disebabkan oleh pengaruh
investasi modal tetap dapat dirasakan setelah beberapa periode setelah investasi tersebut dilakukan.
30
g. Variabel perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap produktivitas pekerja sektor manufaktur, harga relatif barang
manufaktur, persentase nilai tambah sektor manufaktur terhadap PDB, dan persentase pekerja sektor manufaktur terhadap total pekerja.
Kesimpulan umum yang didapat dari penelitian tersebut adalah deindustrialisasi yang terjadi pada beberapa negara maju lebih disebabkan oleh faktor internal
perekonomiannya yaitu produktivitas dan struktur demand. Jurnal yang ditulis oleh Rowthorn dan Coutts 2004 dengan judul “De-
industrialisation and the balance of payments in advance countries ” juga berfokus
pada negara-negara OECD juga. Penelitian ini mendefinisikan deindustrialisasi sebagai penurunan kontribusi pekerja sektor manufaktur terhadap total pekerja.
Pada jurnal ini dijelaskan apa yang menyebabkan terjadinya deindustrialisasi pada negara-negara maju. Beberapa faktor tersebut antara lain adalah adanya
spesialisasi, perubahan pola konsumsi yang mengacu pada Engel’s Law, produktivitas pekerja sektor manufaktur yang tinggi, perdagangan internasional
dan investasi. Jumlah negara yang dicakup dalam analisis sebanyak 23 negara dengan
tahun analisis dari tahun 1963 sampai dengan tahun 2002. Metode ekonometrik yang digunakan adalah regresi data panel. Model dasar regresi data panel yang
digunakan adalah: log
log ∑
2.38 Variabel EMPSHARE merupakan kontribusi pekerja sektor manufaktur terhadap
total pekerja, Y adalah pendapatan per kapita, dan Z adalah variabel lain. Variabel lain yang turut mempengaruhi EMPSHARE tersebut adalah TRADEBAL,
LDCIMP , OPEN, IMPCHINA, FIXCAP, dummy negara. Variabel-variabel yang
digunakan untuk mengukur pengaruh perdagangan internasional antara lain TRADEBAL
neraca perdagangan barang-barang manufaktur, LDCIMP nilai impor barang manufaktur dari negara-negara berkembang, OPEN nilai ekspor
ditambah nilai impor barang manufaktur, dan IMPCHINA nilai impor barang manufaktur dari China. Variabel FIXCAP persentase investasi modal
tetapkapital bruto terhadap PDB dimasukkan dalam analisis dengan alasan yang sama dengan penelitian IMF 1998. Semua variabel tersebut dimasukkan dalam
31
persamaan regresi dalam bentuk persentase terhadap PDB atas dasar harga berlaku.
Hasil analisisnya sesuai dengan penelitian IMF 1998 dimana faktor internal mempunyai pengaruh lebih dominan dalam menjelaskan terjadinya
deindustrialisasi. Faktor internal tersebut antara lain pendapatan per kapita dan investasi. Peningkatan pendapatan per kapita berhubungan dengan elastisitas
demand terhadap produk manufaktur, produktivitas dan perubahan harga relatif
barang manufaktur. Pengaruh perdagangan luar negeri cukup signifikan tapi relatif kecil jika dibandingkan pengaruh faktor internal terhadap terjadinya
deindustrialisasi. Selain itu, jurnal ini juga membahas secara khusus kasus deindustrialisasi
yang terjadi di Amerika Serikat AS dan Inggris. Pada kedua negara ini terjadinya deindustrialisasi justru dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Rowthorn dan Coutts 2004 membandingkan produktivitas dan perdagangan internasional dari kedua negara ini. Produktivitas yang diukur dengan log output
per kapita di AS secara umum lebih besar dibanding dengan di Inggris. Sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2003, produktivitas di kedua negara semakin
meningkat. Perbandingan kondisi balance of payments neraca pembayaran antara AS dan Inggris dapat dilihat pada Gambar 7. Perkembangan neraca
pembayaran pada kedua negara tersebut relatif sama yaitu mulai defisit pada awal tahun 1980-an.
Gambar 7 Perkembangan neraca pembayaran AS dan Inggris 1965 – 2003
B a
lance of payments te
rh ad
ap PD
B
AS Inggris
32
Penelitian IMF 1997, IMF 1998 serta Rowthorn dan Coutts 2004 menunjukkan bahwa deindustrialisasi yang terjadi pada negara-negara OECD
adalah deindustrialisasi positif yang merupakan konsekuensi dari proses pembangunan yang telah maju sehingga tidak menimbulkan efek yang buruk bagi
kondisi perekonomian. Deindustrialisasi yang terjadi pada negara maju tersebut lebih diakibatkan oleh faktor internalnya dibandingkan faktor eksternalnya. Faktor
internal tersebut adalah pendapatan per kapita dan investasi. Pendapatan per kapita berhubungan dengan elastisitas demand terhadap produk manufaktur dan
produktivitas sektor manufaktur. Tingginya tingkat produktivitas sektor manufaktur berdampak baik pada perkembangan sektor selain manufaktur. Hal ini
sejalan dengan hukum pertumbuhan Kaldor yang menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur dapat menjadi pemicu bagi pertumbuhan sektor
lainnya sehingga didapatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi. Faktor eksternal yang berupa hubungan perdangan luar negeri turut menyebabkan
terjadinya deindustrialisasi akan tetapi pengaruhnya sangat kecil dibandingkan faktor internalnya.
2.2.2 Deindustrialisasi di Sub-Saharan Africa