2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori-Teori
Beberapa teori yang ditinjau untuk mendukung penelitian ini adalah teori pertumbuhan wilayah yang dikemukakan dengan pendekatan Kaldorian,
perubahan struktural structural change, definisi deindustrialisasi dan model deindustrialisasi.
2.1.1 Sektor Manufaktur sebagai Mesin Pertumbuhan Pendekatan Kaldorian
Teori pertumbuhan Kaldor digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis peranan sektor manufaktur dalam perekonomian Indonesia sejak
Indonesia mengalami proses industrialisasi. Analisis dengan pendekatan Kaldorian dapat mengidentifikasi apakah sektor manufaktur telah menjadi mesin
pertumbuhan ekonomi. Apabila sektor manufaktur menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, hal ini berarti bahwa perekonomian secara keseluruhan yang terdiri dari
berbagai jenis aktivitas ekonomi digerakkan oleh sektor manufaktur. Hukum Kaldor dalam konteks fenomena deindustrialisasi dapat digunakan
sebagai penentu apakah deindustrialisasi yang terjadi merupakan fenomena positif atau negatif. Deindustrialisasi yang merupakan fenomena positif artinya proses
pembangunan ekonomi telah mencapai tahap yang matang mature dan ditandai dengan kuatnya pengaruh sektor manufaktur dalam menggerakkan perekonomian.
Deindustrialisasi yang merupakan fenomena negatif ditandai dengan kurang kuatnya pengaruh sektor manufaktur dalam menggerakkan perekonomian dan hal
ini dapat menyebabkan turunnya nilai output atau jumlah pekerja sektor manufaktur yang tidak disertai dengan tingkat pendapatan per kapita yang cukup
tinggi. Pendapatan per kapita yang tinggi mencirikan bahwa suatu wilayah telah mencapai tahap pembangunan ekonomi yang matang mature.
Kaldor menggunakan analisis ekonomi klasik dan hasil analisis Young 1928 dalam mengusulkan teorinya. Kaldor memperkenalkan konsep dynamic
economies of scale yang menyatakan bahwa semakin tinggi pertumbuhan output
sektor manufaktur maka produktivitas sektor ini juga akan semakin tinggi. Model Kaldor menganalisis total factor productivity dari sisi demand dan supply,
10
sedangkan neoklasik hanya menganalisisnya dari sisi supply. Kaldor percaya bahwa tidak cukup memformulasikan sebuah teori pertumbuhan hanya
berdasarkan pada sebuah sektor perekonomian karena kondisi supply dan demand setiap sektor berbeda. Pada sisi demand, Kaldor menyatakan bahwa elastisitas
pendapatan terhadap demand untuk produk manufaktur lebih besar dibanding produk pertanian dan kurang lebih sama untuk sektor jasa. Pada sisi supply, sektor
manufaktur mempunyai potensi pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat dibandingkan sektor jasa.
Model pertumbuhan Kaldor juga berbeda dengan teori pertumbuhan endogen endogenous growth theory. Menurut Knell 2004, teori pertumbuhan
endogen mempunyai hipotesis dasar bahwa pertumbuhan output dibatasi oleh supply
pekerja dan kapital, sedangkan model pertumbuhan Kaldor mempunyai hipotesis dasar bahwa pertumbuhan output dibatasi oleh banyaknya demand.
Model pertumbuhan Kaldor sangat menekankan pentingnya perluasan pasar, yang menggambarkan peningkatan demand, dalam menjelaskan adanya increasing
returns to scale . Hubungannya adalah ketika demand semakin meningkat,
dibutuhkan output yang lebih banyak sehingga dengan adanya pengaruh perubahan teknologi dan technological learning pada output maka proses
produksi akan terus mengalami increasing returns to scale. Kaldor’s growth law
menerangkan hubungan antara pertumbuhan sektor- sektor industri, pertumbuhan produktivitas, dan pertumbuhan total output.
Kaldor’s growth law tersebut adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pertumbuhan output berhubungan positif dengan pertumbuhan sektor sekunder terutama sektor manufaktur.
Hukum pertama ini lebih terkenal dengan istilah “manufacturing is the engine of growth
” dan diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai berikut.
2.1 dengan adalah pertumbuhan total output dan adalah pertumbuhan sektor
manufaktur. Akan tetapi persamaan 2.1 tersebut belum cukup menguatkan argumentasi bahwa sektor manufaktur merupakan mesin pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah. Kaldor menambahkan hubungan yang lebih spesifik
11
yaitu semakin besar selisih pertumbuhan sektor manufaktur dengan pertumbuhan sektor selain manufaktur maka pertumbuhan total output
semakin cepat. Hubungan tersebut diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai berikut.
2.2 dengan
adalah pertumbuhan sektor selain manufaktur. Kaldor juga menambahkan argumentasi yang dapat menguatkan hukum Kaldor yang
pertama yaitu pertumbuhan sektor selain manufaktur juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor manufaktur. Argumentasi ini diformulasikan dalam
persamaan regresi sebagai berikut. 2.3
Terdapat dua alasan yang dapat menjelaskan keeratan hubungan antara pertumbuhan sektor manufaktur dan pertumbuhan output Libanio dan Moro
2007. Alasan pertama adalah pertumbuhan output dan pekerja sektor manufaktur menyebabkan terjadinya transfer pekerja dari sektor yang
mempunyai produktivitas rendah, karena sektor ini memiliki surplus pekerja, menuju sektor manufaktur yang mempunyai produktivitas lebih tinggi. Hasil
proses transfer ini adalah peningkatan produktivitas pada semua sektor perekonomian dan hanya sedikit atau bahkan tidak menyebabkan dampak
negatif pada sektor primer. Kaldor 1967 yang diacu dalam Felipe 1998 menyebutkan bahwa proses ini disebut sebagai transisi dari perekonomian
yang bersifat immature menuju perekonomian yang bersifat mature dan hal ini merupakan pertanda bahwa proses pembangunan telah memasuki tahap
intermediate . Alasan kedua adalah adanya static increasing returns pada
sektor manufaktur yang berhubungan dengan economies of scale internal to firm
dan adanya dynamic increasing returns pada sektor manufaktur yang berasal dari proses ‘learning by doing’, ‘induced’ technological change,
economies of scale external to firm .
Kaldor 1967 yang diacu dalam Felipe 1998 mengemukakan empat alasan mengapa sektor manufaktur memegang peranan penting dalam
menjelaskan pertumbuhan ekonomi. Alasan tersebut adalah:
12
a. Pada saat proses produksi sektor manufaktur mengalami peningkatan, terdapat aliran pekerja dari sektor selain manufaktur, yang memiliki
pengangguran terselubung disguised unemployment dan surpus pekerja, menuju sektor manufaktur sehingga produktivitas sektor selain manufaktur
mengalami peningkatan produktivitas dengan asumsi bahwa sumber daya sektor selain manufaktur tersebut memiliki opportunity cost yang kecil.
Berdasarkan hal tersebut, implikasinya adalah semakin cepat pertumbuhan sektor manufaktur, yaitu sebelum pertumbuhannya mengalami diminishing
returns , maka proses transfer pekerja menjadi semakin cepat.
b. Kegiatan sektor manufaktur memiliki backward linkage dan forward linkage
yang lebih besar dibanding sektor-sektor lainnya. c. Sektor industri khususnya sektor manufaktur mempunyai sifat static
increasing returns yang berasal dari ukuran dan skala produksinya dan
sifat dynamic increasing returns karena bisa mengalami proses learning by doing
dalam proses produksinya. d. Adanya kendala neraca pembayaran balance-of-payments yang
diperlonggar akan menyebabkan pertumbuhan output dan sektor selain manufaktur semakin cepat jika pertumbuhan sektor sekunder semakin
cepat. 2. Produktivitas pekerja sektor manufaktur berhubungan positif dengan
pertumbuhan output sektor manufaktur itu sendiri. Hubungannya lebih cenderung kepada pertumbuhan output sektor manufaktur yang mempengaruhi
pertumbuhan produktivitas pekerja sektor manufaktur. Hukum Kaldor kedua ini disebut juga dengan Verdoorn’s Law atau Kaldor-Verdoorn Law.
Verdoorn’s Law biasanya digunakan untuk membuktikan adanya static
increasing returns dan dynamic increasing returns yang merupakan kunci
penting pada model pertumbuhan circular and cummulative causation dalam analisis Kaldorian Kaldor 1970, Dixon dan Thirlwall 1975 diacu dalam
Libanio dan Moro 2007. Argumentasinya adalah dengan tingkat pertumbuhan output
tertentu, output tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Pada saat produktivitas pekerja meningkat, unit labor
costs biaya pekerja per unit akan menurun dan dengan asumsi ceteris
13
paribus harga barang per unit akan turun. Harga barang per unit yang menjadi
relatif murah ini akan meningkatkan daya saing competitiveness dan pada akhirnya akan meningkatkan output melalui peningkatan permintaan ekspor.
Knell 2004 menyebutkan bahwa terdapat tiga rumus dasar untuk Kaldor-Verdoorn Law
dan berasal dari persamaan dasar berikut. 2.4
dengan adalah pertumbuhan output, adalah pertumbuhan output per pekerja produktivitas pekerja dan adalah pertumbuhan pekerja. Verdoorn
menyatakan bahwa pertumbuhan produktivitas berhubungan linier dan positif dengan pertumbuhan output. Berdasarkan pernyataan tersebut didapatkan
rumus pertama dari Kaldor-Verdoorn Law yaitu: 2.5
dikenal dengan koefisien Verdoorn dan koefisien ini bisa menjelaskan adanya pertumbuhan demand perluasan pasar dan perubahan struktural.
Rumus kedua didapatkan dari pandangan lain Kaldor mengenai hubungan antara pertumbuhan output dan produktivitas pekerja. Rumus kedua
tersebut adalah: 2.6
Kaldor menyebutkan bahwa persamaan 2.6 tersebut telah memadai untuk mengetahui adanya static increasing returns atau dynamic increasing returns.
Jika 1 dan signifikan secara statistik maka perekonomian dalam kondisi
dynamic increasing returns. Jika
= 1 dan signifikan secara statistik maka proses pertumbuhan dapat dikatakan mengikuti model pertumbuhan Solow
tanpa peningkatan teknologi. Jika tidak signifikan secara statistik maka
Kaldor mendeskipsikan perekonomian sebagai nihilistic. Rumus Kaldor-Verdoorn Law ketiga berasal dari pernyataan Cripps dan
Tarling 1973 yang diacu dalam Knell 2004. Mereka menyatakan bahwa persamaan 2.5 dan 2.6 harus diuji secara simultan dengan menggunakan
persamaan berikut. 2.7
Kaldor 1975 yang diacu dalam Knell 2004 menyatakan bahwa persamaan 2.7 ini tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesisnya dan bahkan bisa
14
terjadi misleading ketika terdapat hubungan yang negatif dari kedua variabel tersebut.
3. Produktivitas sektor selain manufaktur berhubungan positif dengan pertumbuhan output sektor manufaktur. Hukum ini lebih intuitif dan
berdasarkan pada argumentasi bahwa sektor selain manufaktur memiliki diminishing returns to scale
.
2.1.2 Perubahan Struktural