industri baru seperti China dan Korea Selatan semakin memperlemah daya saing Indonesia. China mempunyai daya saing dalam hal harga produk yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan Indonesia. Korea Selatan berhasil meningkatkan daya saing industri manufakturnya dengan standar internasional setelah
mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Korea Selatan melakukan 4 reformasi dalam perekonomian yaitu Suwarman 2006:
a. Reformasi di bidang keuangan dengan memperbaiki sistem dan struktur lembaga keuangan.
b. Reformasi di bidang pelayanan publik dengan memangkas birokrasi yang menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi.
c. Reformasi di bidang ketenagakerjaan yaitu mendorong produktivitas tenaga kerja dengan sistem kerja insentif yang lebih baik dan mencegah aksi demo
karyawan yang berlebihan. d. Reformasi di bidang korporasi dengan memperbaiki struktur industrinya agar
lebih berdaya saing.
4.3.4 Impor Barang Modal, Bahan Baku dan Barang Konsumsi
Meningkatnya impor barang modal dan barang konsumsi turut menyebabkan terjadinya deindustrialisasi. Peningkatan impor barang modal
menyebabkan demand produk manufaktur lokal jenis barang modal akan berkurang dan juga peningkatan impor barang modal menyebabkan tenaga
manusia semakin tergantikan oleh mesin produksi. Kedua dampak peningkatan impor barang modal ini menyebabkan proporsi pekerja sektor manufaktur
Indonesia semakin berkurang. Dampak peningkatan impor barang konsumsi tidak sebesar dampak peningkatan impor barang modal terhadap terjadinya
deindustrialsasi. Hal ini terlihat dari lebih besarnya pengaruh impor barang modal daripada pengaruh impor barang konsumsi terhadap proporsi pekerja sektor
manufaktur berdasarkan hasil analisis pada Tabel 13 dengan asumsi ceteris paribus
. Gambar 13 juga memperkuat argumen ini karena besarnya peningkatan impor barang konsumsi terlihat lebih kecil dibandingkan peningkatan impor
barang modal selama periode terjadinya deindustrialisasi.
Gambar 13 Perkembangan impor barang modal dan barang konsumsi Indonesia tahun 2002-2008
Ketersediaan bahan baku impor ternyata juga sangat penting bagi kelangsungan hidup industri manufaktur Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil
analisis bahwa impor bahan baku mempunyai hubungan jangka panjang yang positif dengan proporsi pekerja sektor manufaktur. Hubungan ketergantungan
sektor manufaktur Indonesia terhadap bahan baku impor sebenarnya dapat berdampak buruk pada saat nilai tukar mata uang kita terhadap negara partner
impor mengalami depresiasi. Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya kapasitas produksi karena biaya produksi yang meningkat. Akan tetapi jika nilai tukar mata
uang kita lebih kuat dibandingkan negara partner impor maka ketergantungan terhadap bahan baku impor tidak akan membawa dampak buruk. Penerapan
kebijakan pengembangan sektor manufaktur ke depan hendaknya lebih memfokuskan pada pengembangan kegiatan manufaktur yang menggunakan
bahan baku lokal dan ketersediannya bisa terjamin dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga ketergantungan terhadap bahan baku impor menjadi semakin
berkurang.
4.3.5 Ekspor ke Beberapa Negara Tujuan Utama