39
industrialisasi tersebut lebih diarahkan ke beberapa sektor tertentu atau lebih diarahkan ke semua sektor secara merata. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi dengan variabel dependennya adalah rata-rata pertumbuhan PDB tahun 1980-1992. Variabel independen yang digunakan adalah PDB per kapita
tahun 1980, rata-rata private saving, rata-rata pertumbuhan ekonomi negara tetangga, tingkat keterbukaan perdagangan internasional pada tahun 1980, indeks
intervensi pemerintah, dan indeks keragaman etnis. Hasil penelitian ini menyarankan untuk negara yang termasuk kategori less open economy, kebijakan
industrialisasi harus lebih diarahkan ke beberapa sektor tertentu saja dan untuk negara yang termasuk kategori more open economy, kebijakan industrialisasi
harus lebih diarahkan ke semua sektor secara merata. Hayashi 2005 dalam melakukan penelitian tentang perubahan struktural
sektor perekonomian dan perdagangan yang terjadi di Indonesia. Hayashi menggunakan pendekatan analisis Input Output IO. Tabel IO yang digunakan
adalah 1985, 1990, 1995 dan 2000. Pada penelitian ini membahas proses industrialisasi di Indonesia dan mencari faktor yang mendukung keberlangsungan
proses industrialisasi. Selama tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, sektor manufaktur memberikan peningkatan kontribusi output, peningkatan ekspor dan
penurunan ketergantungan impor. Kemajuan tersebut bukan dihasilkan dari peningkatan permintaan ekspor akan tetapi lebih disebabkan oleh depresiasi nilai
rupiah. Menurut Hayashi, penurunan investasi pada sektor manufaktur di Indonesia dapat menjadi permasalahan untuk proses industrialisasi selanjutnya
sehingga perlu diciptakan iklim investasi yang baik terutama bagi investor asing.
2.3 Kerangka Pemikiran
Proses industrialisasi di Indonesia dimulai sejak akhir tahun 1980 Dasril 1993. Perkembangan kondisi perekonomian sampai dengan tahun 2008
berdasarkan kriteria negara industri dalam Ruky 2008 dan kriteria UNIDO menunjukkan bahwa proses industrialisasi di Indonesia belum selesai. Belum
selesainya proses industrialisasi ini ditandai dengan belum masuknya Indonesia ke dalam kategori negara industri. Bertentangan dengan kenyataan tersebut,
fenomena yang terjadi pada perekonomian Indonesia memperlihatkan dengan
40
jelas tanda-tanda terjadinya proses deindustrialisasi. Proporsi pekerja sektor manufaktur terhadap total pekerja mengalami pertumbuhan yang negatif sejak
tahun 2002. Selain itu, pertumbuhan output sektor manufaktur dan komposisi sektor manufaktur dalam PDB terlihat menurun sejak tahun 2005. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Kaldorian untuk menganalisis peranan sektor manufaktur dalam perekonomian Indonesia selama proses industrialisasi dan fase
terjadinya gejala deindustrialisasi. Inti dari pendekatan Kaldorian tersebut adalah sektor manufaktur merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Analisis
Kaldorian ini juga bisa digunakan untuk mengetahui apakah proses deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia merupakan fenomena yang positif atau
negatif. Setelah dilakukan pengujian secara formal atas terjadinya deindustrialisasi di
Indonesia, maka ingin diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya deindustrialisasi. Variabel dependen yang digunakan sebagai proxy dari
deindustrialisasi adalah proporsi pekerja sektor manufaktur terhadap total pekerja dan proporsi nilai tambah sektor manufaktur dalam PDB. Faktor-faktor yang
diduga sebagai penyebab deindustrialisasi berdasarkan tinjauan teori dan empiris antara lain adalah:
Pendapatan per kapita Penggunaan variabel ini untuk menggambarkan kondisi permintaan terhadap
produk manufaktur. Hubungan pendapatan per kapita dengan proporsi pekerja sektor manufaktur terhadap total pekerja dapat menggambarkan tingkat
produktivitas pekerja sektor manufaktur. Hal ini sesuai dengan Engel’s Law dimana peningkatan pendapatan perkapita meningkatkan demand terhadap
produk manufaktur dan hal ini pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan produktivitas pekerja sektor manufaktur. Kelebihan pekerja yang dialami
sektor manufaktur karena produktivitas pekerja sektor manufaktur relatif sangat tinggi maka akan terjadi pergeseran struktur pekerja ke sektor yang
produktivitasnya lebih rendah. Investasi modal tetap fixed capital investment
Penggunaan variabel investasi sebagai penyebab deindustrialisasi mempunyai alasan karena pada umumnya investasi yang ditanamkan digunakan untuk
41
membeli produk manufaktur atau investasi modal tetap besifat manufacturing- intensive
. Neraca perdagangan dan openness
Faktor ini mewakili selera konsumen terhadap produk manufaktur. Jika permintaan produk manufaktur Indonesia rendah, yang digambarkan dengan
rendahnya neraca perdagangan produk manufaktur, maka bisa mengakibatkan produksi sektor manufaktur menjadi berkurang, dengan asumsi ceteris
paribus . Hal tersebut menyebabkan jumlah pekerja sektor manufaktur menjadi
berkurang. Pada perekonomian yang telah maju, ekspor sektor manufaktur berkurang dan berganti dengan knowladge-based services.
Impor barang modal, bahan baku dan barang konsumsi Semakin meningkatnya impor barang modal untuk proses produksi akan
menyebabkan penggunaan tenaga kerja semakin berkurang. Jika penggunaan bahan baku yang berasal dari impor berpengaruh signifikan terhadap kinerja
sektor manufaktur, maka penurunan volume impor bahan baku tanpa ada alternatif pengganti bahan baku yang berasal dari domestik akan menurunkan
kapasitas produksi. Penurunan kapasitas produksi pada akhirnya akan mengurangi jumlah pekerja. Impor barang konsumsi berpengaruh terhadap
domestic demand barang konsumsi. Adanya barang konsumsi yang berasal
dari impor dapat menyebabkan produk dalam negeri memiliki saingan. Jika daya saing barang konsumsi produksi dalam negeri lebih rendah daripada
produk impor, maka akan menurunkan kapasitas produksi barang konsumsi dalam negeri. Penurunan kapasitas produksi barang konsumsi dalam negeri
pada akhirnya juga akan mengurangi jumlah pekerja. Ekspor ke beberapa negara tujuan utama
Negara tujuan ekspor yang memiliki nilai transaksi terbesar adalah AS, Jepang dan Singapura. Pengidentifikasian negara tujuan ekspor utama dilakukan
untuk mengetahui apakah ekspor ke 3 negara tersebut berpengaruh signifikan terhadap terjadinya gelaja deindustrialisasi di Indonesia.
Impor dari China Membanjirnya produk impor yang berasal dari China utamanya dalam 3 tahun
42
terakhir membuat faktor ini turut diduga menjadi penyebab terjadinya gelaja deindustrialisasi di Indonesia. Faktor ini juga bisa digunakan sebagai bahan
kajian berlakunya perjanjian ASEAN China-Free Trade Area AC-FTA pada tahun 2009.
Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan bidang perekonomian menyangkut fenomena terjadinya deindustrialisasi agar
kebijakannya lebih tepat sasaran dan mampu memberikan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Gambar 8 menggambarkan kerangka pemikiran
konseptual dari penelitian ini.
Gambar 8 Kerangka pemikiran konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian