Spesifikasi Model Ekonometrik METODE PENELITIAN

Koefisien pada persamaan 3.23 atau pada persamaan 3.24 menjelaskan pengaruh jangka pendek X terhadap Y. Pengaruh jangka panjang X terhadap Y dijelaskan oleh . Model VECM disusun apabila rank kointegrasi lebih besar dari nol dan merupakan turunan pertama dari persamaan VAR. Model VECM ordo p dan rank kointegrasi r dituliskan seperti persamaan 3.25. x Πx ∑ Π x e 3.25 Keterangan: П = αβ’ β = vektor kointegrasi berukuran k x 1 α = vektor koefisien error correction berukuran k x 1 Koefisien error correction menggambarkan kecepatan penyesuaian penyimpangan pada jangka pendek menuju kondisi keseimbangan pada jangka panjang. Keberartian pengaruh jangka pendek ditunjukkan dengan nilai α yang tidak sama dengan nol dan signifikan secara statistik.

3.4 Spesifikasi Model Ekonometrik

Model yang digunakan untuk mengkaji peranan sektor manufaktur dalam perekonomian Indonesia selama tahap industrialisasi diturunkan dari teori pertumbuhan Kaldor. Rumusan persamaan regresi dari Hukum Kaldor didapatkan dari Felipe 1998, Knell 2004, dan Libanio dan Moro 2007. Hukum Kaldor pertama Hukum Kaldor I diformulasikan dengan persamaan regresi seperti pada persamaan 3.26 sampai dengan persamaan 3.28. 3.26 3.27 3.28 Keterangan: = pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang didekati dengan pertumbuhan PDB riil persen = pertumbuhan nilai tambah riil sektor manufaktur persen = pertumbuhan nilai tambah riil sektor selain manufaktur persen Hasil analisis untuk , dan diharapkan bernilai positif sesuai dengan tinjauan teori Hukum Kaldor I. Hukum Kaldor II diformulasikan dengan persamaan regresi seperti pada persamaan 3.29 sampai dengan persamaan 3.31. Hukum Kaldor III diformulasikan dengan persamaan regresi seperti pada persamaan 3.32 3.29 3.30 3.31 3.32 Keterangan: = pertumbuhan produktivitas pekerja persen = pertumbuhan jumlah pekerja persen = pertumbuhan produktivitas pekerja sektor selain manufaktur persen Hasil analisis untuk , dan diharapkan bernilai positif serta diharapkan bernilai negatif. Hal tersebut sesuai dengan tinjauan teori Hukum Kaldor II dan Hukum Kaldor III. Model ekonometrik yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah gejala dini deindustrialisasi yang terjadi cenderung menuju ke arah yang positif atau negatif merujuk pada Hukum Kaldor I juga. Sehingga persamaan 3.26 sampai dengan 3.28 digunakan kembali pada analisis untuk pemecahan masalah kedua. Perbedaannya dengan analisis sebelumnya terletak pada tahun analisis. Model ekonometrik untuk analisis permasalahan pertama menggunakan tahun analisis dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2008, sedangkan untuk analisis permasalahan kedua menggunakan tahun analisis dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008. Hal ini disesuaikan dengan fakta bahwa terjadinya gejala dini deindustrialisasi dimulai sejak tahun 2002. Model ekonometrik yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses deindustrialisasi di Indonesia mengikuti model yang digunakan beberapa peneliti terdahulu dengan sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan fenomena yang terjadi dalam perekonomian Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan antara lain IMF 1997, IMF 1998, Rowthorn dan Coutts 2004, Dasgupta dan Singh 2006, serta Suwarman 2006. Secara umum model yang digunakan mengikuti persamaan 3.33 dan 3.34. ln ln ∑ 3.33 ln ln ∑ 3.34 Keterangan: = proporsi pekerja sektor manufaktur terhadap total pekerja persen = pendapatan per kapita yang didekati dengan PDB per kapita rupiah = investasi yang didekati dengan persentase PMTB Pembentukan Modal Tetap Bruto terhadap PDB persen = variabel-variabel lain yang ditambahkan untuk melihat pengaruh perdagangan luar negeri Variabel-variabel yang ditambahkan untuk melihat pengaruh perdagangan luar negeri dalam penelitian ini adalah trade balance ekspor dikurangi impor, openness ekspor ditambah impor, impor barang modal MModal, impor bahan baku MBaku, impor barang konsumsi MKons, ekspor ke Amerika Serikat X_USA, ekspor ke Jepang X_Japan, ekspor ke Singapura X_Sing dan impor dari China M_China. Semua variabel tersebut dimasukkan ke persamaan 3.33 dalam bentuk persentase terhadap PDB.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Peranan Sektor Manufaktur dalam Perekonomian Indonesia 4.1.1 Perkembangan Dukungan Pemerintah terhadap Sektor Manufaktur Indonesia Dukungan pemerintah terhadap pengembangan sektor manufaktur di Indonesia sudah ada sejak zaman pemerintahan Presiden Soekarno. Pemerintahan Soekarno melakukan privatisasi perusahaan domestik dan nasionalisasi perusahaan asing. Pada masa Kabinet Natsir 1950-1951 dibuat Rancangan Urgensi Ekonomi RUE yang bertujuan mengembangkan industri manufaktur modern yang dikuasai dan dikendalikan oleh orang Indonesia. RUE tersebut menyebutkan bahwa pembangunan industri manufaktur hendaknya dibiayai dahulu oleh pemerintah kemudian diserahkan kepada pihak swasta atau perusahaan milik bersama pemerintah dan swasta. Gagalnya pelaksanaan RUE menyebabkan Kabinet Djuanda membuat Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama Repelita I yang berlaku tahun 1955-1960 Kuncoro 2007. Pemerintah pada era Soekarno sampai dengan tahun 1966 sangat mengintervensi pengembangan strategi industri dan berfokus pada Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak dalam sektor manufaktur. BUMN tersebut didukung dengan kemudahan kredit perbankan, subsidi, dan bantuan valas valuta asing. Minimnya cadangan devisa nasional menyebabkan pemerintah menerapkan kebijakan kontrol devisa yang pada akhirnya mengakibatkan bahan baku dan suku cadang impor menjadi langka. Kondisi ini juga diperburuk dengan rendahnya investasi di bidang industri. Kondisi buruk tersebut mengakibatkan tingginya inflasi mencapai angka ratusan persen per tahun, rendahnya pertumbuhan ekonomi bahkan negatif dan menumpuknya utang luar negeri. Langkah reformasi perekonomian pemerintahan Presiden Soeharto atau orde baru orba untuk memperbaiki kondisi perekonomian adalah dengan membebaskan sistem kontrol devisa, memberlakukan kebijakan anggaran berimbang, memberikan kesempatan modal asing masuk Undang-Undang UU Penanaman Modal Dalam Negeri Nomor 61966 dan menarik masuk devisa yang dimiliki penduduk Indonesia yang bermukim di luar negeri UU Penanaman