Deindustrialisasi di India Tinjauan Teori-Teori

33 GDPCP = PDB per kapita POP = total penduduk POL = variabel kebijakan perdagangan luar negeri yang menggambarkan keterbukaan hubungan perdagangan luar negeri N = ukuran sumber daya alam natural resource endowment yang didekati dengan proporsi nilai ekspor komoditas primer terhadap total nilai ekspor DV = beberapa variabel dummy untuk memebedakan karakteristik regional atau negara dan karakteristik periode waktu tertentu Uji formal deindustrialisasi oleh Jalilian dan Weiss 2000 mengikuti aturan berikut: a. Jika menggunakan persamaan 2.40 maka suatu negara atau wilayah mengalami deindustrialisasi jika proporsi nilai tambah sektor manufaktur terhadap PDB lebih kecil daripada nilai prediksinya dan juga penyimpangannya itu terus bertambah sepanjang waktu. b. Jika menggunakan persamaan 2.39 maka suatu negara atau wilayah mengalami deindustrialisasi jika nilai tambah sektor manufaktur lebih kecil daripada nilai prediksinya dan juga penyimpangannya itu terus bertambah sepanjang waktu. Jalilian dan Weiss 2000 menggunakan residual dari persamaan regresi data panel untuk melihat penyimpangan variabel MANSH dan MANVA dari nilai prediksinya. Negara yang mempunyai outlier residual bernilai negatif artinya mengalami under-industrialized dan yang memiliki outlier residual bernilai positif artinya mengalami over-industrialized. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 16 negara SSA terdapat 7 negara yang memiliki outlier residual bernilai negatif dan terus berkembang sepanjang waktu. Negara yang memiliki outlier residual bernilai negatif tersebut dapat dikatakan mengalami deindustrialisasi negatif.

2.2.3 Deindustrialisasi di India

Jurnal yang berjudul “Will Services be the New Engine of Indian Economic Growth? ” oleh Dasgupta dan Singh 2005 membahas secara khusus fenomena deindustrialisasi di India. Tujuan utama penelitian tersebut adalah untuk meninjau ulang peranan sektor manufaktur dan sektor informal pada pembangunan ekonomi 34 di India. Latar belakang penelitian tersebut adalah adanya fenomena beberapa di negara berkembang seperti pertumbuhan sektor jasa yang lebih cepat dibanding sektor manufaktur, munculnya gejala deindustrialisasi yang diikuti dengan rendahnya pendapatan per kapita, penurunan jumlah pekerja di sektor formal dan meluasnya sektor informal. Penelitian Dasgupta dan Singh 2005 menggunakan Kaldorian Framework dalam menganalisis peranan sektor pertanian, manufaktur dan jasa. Model regresi cross-section yang digunakan terdiri dari: log log 2.41 log log 2.42 log log 2.43 log log log 2.44 Persamaan 2.41 sampai dengan 2.43 digunakan untuk menganalisis hukum Kaldor pertama. Persamaan 2.44 digunakan untuk menganalisis hukum Kaldor kedua dan ketiga. Unit analisis dibagi menjadi dua. Kelompok pertama adalah 30 negara berkembang dengan tahun analisis 1980, 1990, dan 2000. Kelompok kedua adalah 29 negara bagian India dengan tahun analisis 19931994 dan 19992000 dan juga memisahkan antara sektor manufaktur yang terdaftar registered manufacturing dan tidak terdaftar un-registered manufacturing. Hasil analisis sepenuhnya mendukung hukum pertumbuhan Kaldor utamanya sektor manufaktur adalah mesin bagi pertumbuhan ekonomi. Alasan mengapa pertumbuhan sektor jasa yang relatif cepat disebabkan oleh pertumbuhan sektor manufaktur yang mempengaruhi pertumbuhan sektor jasa. Contoh sektor jasa yang sangat erat hubungannya dengan sektor manufaktur adalah sektor perdagangan dan transportasi. Menurut Dasgupta dan Singh 2005 pertumbuhan sektor jasa di bidang pengembangan teknologi informasi bukanlah dipengaruhi akan tetapi mempengaruhi pertumbuhan sektor manufaktur.

2.2.4 Deindustrialisasi pada Negara Berkembang