Ekspor ke Beberapa Negara Tujuan Utama Impor dari China

Gambar 13 Perkembangan impor barang modal dan barang konsumsi Indonesia tahun 2002-2008 Ketersediaan bahan baku impor ternyata juga sangat penting bagi kelangsungan hidup industri manufaktur Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis bahwa impor bahan baku mempunyai hubungan jangka panjang yang positif dengan proporsi pekerja sektor manufaktur. Hubungan ketergantungan sektor manufaktur Indonesia terhadap bahan baku impor sebenarnya dapat berdampak buruk pada saat nilai tukar mata uang kita terhadap negara partner impor mengalami depresiasi. Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya kapasitas produksi karena biaya produksi yang meningkat. Akan tetapi jika nilai tukar mata uang kita lebih kuat dibandingkan negara partner impor maka ketergantungan terhadap bahan baku impor tidak akan membawa dampak buruk. Penerapan kebijakan pengembangan sektor manufaktur ke depan hendaknya lebih memfokuskan pada pengembangan kegiatan manufaktur yang menggunakan bahan baku lokal dan ketersediannya bisa terjamin dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga ketergantungan terhadap bahan baku impor menjadi semakin berkurang.

4.3.5 Ekspor ke Beberapa Negara Tujuan Utama

Tiga besar negara partner ekspor Indonesia adalah AS, Jepang dan Singapura. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor ke 3 negara ini mempunyai hubungan jangka panjang dengan proporsi pekerja sektor manufaktur. Ekspor ke 2.24 1.78 2.56 2.90 2.51 2.65 4.21 1.35 1.22 1.48 1.62 1.30 1.51 1.61 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Impor barang modal terhadap PDB impor bahan konsumsi terhadap PDB AS utamanya tekstil dan produk tekstil TPT, alas kaki dan furnitur yang turun akibat krisis keuangan AS turut berkontribusi dalam terjadinya deindustrialisasi. Alasan mengapa peningkatan ekspor ke Jepang dan Singapura dapat menurunkan proporsi pekerja sektor manufaktur adalah karena komoditi ekspor utama Indonesia ke kedua negara tersebut bersifat padat modal seperti migas dan suku cadang barang elektronik.

4.3.6 Impor dari China

Kemajuan sektor manufaktur China salah satunya ditopang oleh besarnya kapasitas produksinya. Semakin besar kapasitas produksi maka marginal cost akan semakin kecil dan hal ini memberikan keuntungan rata-rata biaya produksi yang relatif lebih rendah. Hal ini bisa menyebabkan harga produk menjadi lebih murah. Membanjirnya produk impor dari China di Indonesia menyebabkan produk lokal mengalami penurunan demand karena harga produk lokal tidak dapat bersaing. Penurunan domestic demand produk manufaktur lokal menyebabkan kapasitas produksi berkurang dan pada akhirnya menyebabkan deindustrialisasi. Seiring dengan diberlakukannya ASEAN China-Free Trade Area AC-FTA bisa mengakibatkan bertambahnya pengangguran jika sektor manufaktur Indonesia tidak segera memperbaiki daya saingnya dan pengangguran yang tercipta tidak dapat terserap oleh sektor lainnya. Sejak tahun 2004 proporsi impor dari China terhadap PDB terus meningkat dan sejalan dengan itu tingkat pengangguran terbuka tahun 2004-2006 meningkat. Tahun 2007-2008 tingkat pengangguran terbuka mulai berkurang karena pada tahun tersebut mulai marak usaha kecil dan mikro baik dalam sektor manufaktur, sektor perdagangan dan sektor jasa sehingga pengangguran yang ada kembali terserap ke industri tersebut. Gambar 12 memperlihatkan perkembangan impor dari China ke Indonesia selama periode terjadinya deindustrialisasi di Indonesia. Gambar 12 Perkembangan impor dari China ke Indonesia tahun 2002-2008 1.23 1.26 1.60 2.04 1.82 1.98 2.97 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Impor dari China ke Indonesia terhadap PDB

5. KESIMPULAN DAN SARAN