Investasi Modal Tetap Trade Balance dan Openness

Deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia dapat dikatakan sebagai deindustrialisasi negatif karena tingkat pendapatan per kapita belum mencapai suatu titik balik. Deindustrialisasi yang terjadi bukan merupakan sebuah konsekuensi dari proses pembangunan yang sangat maju akan tetapi lebih disebabkan oleh sejumlah guncangan shock terhadap sistem perekonomian Indonesia. Guncangan perekonomian yang menyebabkan deindustrialisasi di Indonesia berdasarkan hasil penelitian ini adalah turunnya investasi modal tetap, menurunnya kinerja perdagangan luar negeri, turunnya nilai impor bahan baku, dan membanjirnya produk impor dari China dan impor barang-barang konsumsi di pasar domestik. Usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan kembali peranan sektor manufaktur adalah menangani guncangan tersebut agar tidak semakin berdampak buruk pada perekonomian Indonesia.

4.3.2 Investasi Modal Tetap

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa turunnya tingkat investasi modal tetap dapat menyebabkan deindustrialisasi. Investasi modal tetap sangat penting keberadaannya bagi pengembangan sektor manufaktur karena pada umumnya investasi modal tetap bersifat manufacturing intensive yaitu investasi yang ditanamkan digunakan untuk membeli produk manufaktur. Produk manufaktur yang dibeli adalah jenis barang modal. Berkurangnya investasi modal tetap ini berdampak pada berkurangnya demand produk manufaktur jenis barang modal. Keadaan ini bisa bertambah buruk terhadap sektor manufaktur Indonesia jika terdapat peningkatan investasi modal tetap akan tetapi barang modal tersebut didapatkan dari impor.

4.3.3 Trade Balance dan Openness

Turunnya trade balance ataupun openness turut menyumbang penurunan proporsi pekerja sektor manufaktur. Hal ini menandakan bahwa secara umum proses deindustrialisasi di Indonesia disebabkan foreign demand terhadap produk manufaktur Indonesia menurun. Turunnya foreign demand terhadap produk manufaktur Indonesia disebabkan oleh rendahnya daya saing produk Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Basri 2009. Terlebih lahirnya beberapa negara industri baru seperti China dan Korea Selatan semakin memperlemah daya saing Indonesia. China mempunyai daya saing dalam hal harga produk yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. Korea Selatan berhasil meningkatkan daya saing industri manufakturnya dengan standar internasional setelah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Korea Selatan melakukan 4 reformasi dalam perekonomian yaitu Suwarman 2006: a. Reformasi di bidang keuangan dengan memperbaiki sistem dan struktur lembaga keuangan. b. Reformasi di bidang pelayanan publik dengan memangkas birokrasi yang menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi. c. Reformasi di bidang ketenagakerjaan yaitu mendorong produktivitas tenaga kerja dengan sistem kerja insentif yang lebih baik dan mencegah aksi demo karyawan yang berlebihan. d. Reformasi di bidang korporasi dengan memperbaiki struktur industrinya agar lebih berdaya saing.

4.3.4 Impor Barang Modal, Bahan Baku dan Barang Konsumsi